Senin, 19 September 2016

Pulang Idul Adha 1437H, Surprise untuk Mbah

Awalnya kami tidak merencanakan untuk pulang di liburan Idul Adha tahun ini. Pertimbangan utamanya karena sekolah Hikari dan Hoshi. Walaupun masih SD, tapi rasanya kok nggak enak kalau mereka harus izin seminggu untuk pulang ke Lampung. Pertimbangan lain karena tahun ini saya sudah mengambil lumayan banyak jatah cuti tahunan untuk keperluan pindahan ke Wonosari dan pada saat Idul Fitri.

Sudah bilang juga ke mbahnya anak-anak bahwa kami tidak akan pulang idul adha. Mbah malah bilang kalau mbah aja nanti yang ke Wonosari bulan oktober.

Tapi kemudian menjelang Idul Adha ada surat pemberitahuan dari sekolah tentang liburan dalam rangka hari tasyrik, tanggal 13-15 September 2016 (hari selasa, rabu, kamis). Trus Ummiyo spontan bilang "Wah liburan kemana kita nih, ke rumah mbah yuk..."

Dan Hikari Hoshi langsung antusias menyetujui. Tau sendiri lah gimana mereka kalau suatu rencana sudah terlanjur disebut-sebut. Sibuklah mendesak-desak untuk pulang ke lampung. Masing-masing bahkan sudah punya agenda spesial. Hikari mau ke Al-Karim ketemu ummi guru dan teman-teman, terutama Dea. Sementar Hoshi nggak mau kalah mau ke rumah Galuh, soulmatenya.

Akhirnya setelah berpikir panjang, diputuskan untuk pulang aja. Naik bus saja, karena kalo cari tiket pesawat mendadak gini kemungkinan besar nggak akan dapat harga yang terjangkau. Tadinya sih Ummiyo mikir dia dan anak-anak aja yang pulang, sementara saya tinggal di Wonosari. Ngomongnya sambil khawatir pulak "Kalo Hime aja yg pergi sama anak-anak gimana, Re tinggal sendirian nggak pa-pa?" Aih sayang banget ya sama suaminya...

Ya nggak masalah sih... Tapi gimana caranya nanti dia ngurusin anak-anak pas di dalam kapal? Karena repotnya perjalanan darat ke Lampung atau sebaliknya itu adalah pada saat penyeberangan. Karena penumpang bus diharuskan turun dari bus dan pindah ke dek atas, tidak boleh di dalam bus untuk menghindari resiko kebakaran. Dan repot banget bawa 2 anak tambah 1 bayi pindah-pindah gitu.

Pertama, karena sering kali pas masuk ke dalam kapal itu anak-anak sedang nyenyak tertidur. Kalau dibangunkan tiba-tiba, nggak jarang mood mereka itu masih jelek karena kaget. Hikari masih mending. Nah kalau Hoshi, moodnya sedang nggak bagus.. repotnya bisa berkali-kali lipat. Dan kedua, untung-untungan banget soal kualitas kapalnya. Kalau pas dapat kapal yang bagus dan nyaman ya rejeki anak sholeh banget. Apalagi kalau ada ruangan khusus untuk lesehan yang bersih dan sejuk. Tapi Kalau pas dapat kapal yang kurang bagus.. yang adanya cuma kursi-kursi yang nggak nyaman untuk diduduki, ya sudah lah pasrah.

Makanya nggak mungkin banget rasanya Ummiyo pergi berempat saja dengan anak-anak. Dan akhirnya diputuskan saya akan ikut pulang untuk mengantar mereka. Tapi nggak cuti, jadi nanti pas sampai di sana langsung pulang lagi ke Wonosari.

Jumat pagi baru diputuskan untuk berangkat hari sabtu tanggal 10 September 2016. Jumat jam 13.00 baru pergi cari tiket di agen Rosalia Indah yang di Simpang Selang, dekat rumah Baleharjo. Alhamdulillah masih dapat bangku berurutan untuk 4 orang walaupun agak belakang, nomor 7. Harga tiket @Rp375.000 Executive Class berangkat dari Wonosari pukul 13.30 WIB. Dapat kupon makan yang ditempel di bagian depan tiketnya.


Setelah berkemas seperlunya, hari sabtu minta tolong mas Eko, driver kantor, untuk mengantar ke Simpang Selang kemudian mobil diparkir di kantor. Bus belum datang pada waktu kami sampai di agen. Sempat beli bakpia dulu untuk oleh-oleh. Harganya lumayan murah, dan rasanya juga enak.

Lewat sedikit dari jam setengah dua, bus datang. Ternyata ini cuma bus sementara untuk sampai ke Jogja saja. Jadi bukan bus yang nantinya akan ke Lampung. Kami dibawa ke pool Rosalia Indah yang ada di Ringroad Selatan, seberang hotel Ros-In. Di sini turun untuk ganti bus. Dan ternyata harus menunggu lama karena berdasarkan keterangan dari pegawai di bagian penjualan tiket, busnya masih di Klaten.

Ruang tunggunya sih sebenarnya lumayan, ber-AC. Sayang sekali penataan ruangannya menyatu dengan toilet. Dan toiletnya kurang terawat dengan baik sehingga aroma tidak sedapnya masuk ke dalam ruang tunggu. Hoshi yang sudah terlanjur tertidur di dalam bus yang dari Wonosari sempat jelek mooodnya dan tak mau masuk ke dalam ruang tunggu.

Setelah menunggu selama lebih dari 2 jam, menjelang jam 5 sore busnya pun datang. Rosalia Indah dengan nomor lambung 429. Alhamdulillah busnya bagus. Bersih dan sejuk. Penumpang tidak terlalu penuh. Masih banyak bangku yang kosong. Kami duduk di 7 ABCD. Hikari Hoshi sih udah biasa naik bus jarak jauh. Hiro nih yang baru pertama kali. Agak deg-degan juga sih. Tapi kan dia udah pernah jalan jauh juga pas waktu pindahan ke Wonosari dulu itu. Jadi kekhawatiran kami nggak terlalu sih. Cuma deg-degan dikit aja.

Bus melaju mulus. Jalanan juga nggak terlalu padat. Dan alhamdulillah Hiro anteng-anteng saja. Senyum-senyum, sesekali bercanda dengan kakak dan mbaknya, mimik, pindah-pindah gendong abiyo ke ummiyo ke abiyo, mimik lagi dan kemudian tertidur. Saya pun ikut tertidur tak lama kemudian.

Menjelang jam 9 malam, bus berhenti untuk makan. Kalo nggak salah di daerah Karanganyar gitu deh. Nggak perhatiin detail soalnya sibuk ngurusin Hikari Hoshi yang males-malesan karena dibangunkan pas sedang enak tidur. Ternyata berhenti untuk makan.

Makan gratis. Pakai kupon makan yang ada di dalam tiketnya. Menunya nasi, ayam goreng, sayur dan sambal. Disajikan prasmanan dengan tambahan pengumuman AMBIL SATU SAJA (maksudnya ayam gorengnya kali ya). Rasanya yaa gitu deh. Hikari dan Hoshi nggak makan. Jatah makannya boleh take away. Dikemas pake kotak kertas sederhana gitu. Setelah selesai makan dan sholat, bus berangkat lagi. Penumpang nggak terlalu banyak, cuma separuh dari kapasitas bangku yang terisi. Baris nomor 6 kosong, jadi saya pindah ke depan supaya Ummiyo dan Hiro bisa agak leluasa ruang geraknya.

Jam 4 pagi Ummiyo membangunkan saya. Hoshi ngompol. Aduh. Memang pas berhenti makan tadi dia nggak pipis sih, katanya nggak pengen pipis. Dan akhirnya sekarang malah ngompol. Bajunya basah. Kursinya juga basah. Untung di dalam tas yang dibawa ke kabin memang sedia baju bersih, jadi bisa langsung tukar pakaian. Dan untung juga banyak kursi yang kosong, jadi Hoshi bisa pindah duduk ke kursi di depannya dan lanjut tidur lagi.

Bus berhenti lagi di Bitung sekitar pukul 7 pagi. Awak bus ngasih pengumuman kalo istirahatnya agak lama soalnya bus mau sekalian dibersihkan. Jadi penumpang bisa makan dan mandi kalo yang mau. Hikari Hoshi bangun dengan mood yang bagus. Mungkin karena sudah puas tidur sepanjang malam. Hiro juga sumringah wajahnya walaupun keliatan ngantuk. Ummiyo nampak kelelahan. Mungkin karena tidak nyenyak tidur harus menyusui di dalam bus.


Di sini ternyata dapat jatah makan gratis lagi. Berarti dapat makannya 2 kali. Ternyata selain kupon makan yang ditempel di bagian depan tiket itu, ada satu lagi kupon makan yang letaknya di dalam tiket itu sendiri. Seru juga nih dapat makan lagi. Padahal yang jatah tadi malam aja belum dimakan.

Kali ini menunya lebih layak daripada tadi malam. Walaupun cuma telur balado tapi rasanya jauh lebih oke. Ada semur tahu dan sayur kembang kol. Teh manisnya juga terasa gulanya. Hikari Hoshi lagi-lagi nggak mau makan. Katanya kenyang. Tapi mau juga disuapin ummiyo beberapa sendok. Jatah mereka berdua dikotakin lagi.

Seperti yang saya bilang di awal tadi, kesan pada saat pulang ke Lampung dan sebaliknya kalau jalan darat itu tergantung kapalnya. Kalau kapalnya bagus dan nyaman ya perjalanan jadi kerasa enak dan sebaliknya. Dan alhamdulillah pas dapat kapal yang enak. Sekitar jam setengah 9 pagi kami sudah ada di atas kapal. Namanya RAJA RAKATA. Ada ruang lesehan yang sejuk dan bersih. Karpetnya juga lumayan empuk.

Dan pagi itu penumpang sedikit. Hikari Hoshi leluasa lari-larian di dalam ruangan sambil main dengan Hiro. Nasi kotak yang dari Bitung dimakan di atas kapal. Hoshi mau makan, Hikari juga. Saya berbaring saja memperhatikan mereka. Cuaca juga bersahabat. Angin bertiup pelan. Nyaris tak terasa goyangan karena ombak. Beberapa kali Hikari Hoshi minta ditemani keluar melihat laut dari tepi lambung yang berpagar. Alhamdulillah.

Kami turun di depan rumah mbah tepat pada tengah hari. Mbahnya kaget karena kami memang sengaja tidak mengabari kalau pulang.

Jadi bisa dibilang perjalanan kali ini lumayan nyaman. Busnya enak. Drivernya juga santai nggak ugal-ugalan. Dan yang terpenting nggak merokok. Nggak seperti (beberapa) driver bus lintas sumatera yang asik merokok sepanjang perjalanan. Trus poin lebihnya lagi, awak busnya mau goda-godain Hiro. Mau berusaha coba menggendong juga, walaupun Hironya cuma mau digendong sebentar aja.

Sabtu, 27 Februari 2016

Taman Kupu-Kupu Gita Persada Bandar Lampung

Hikari dan Hoshi sangat menyukai capung dan kupu-kupu. Jika sedang berada di rumah mbahnya di Kalianda, kerjanya setiap hari mengejar-ngejar capung dan kupu-kupu yang memang masih banyak beterbangan. Tak jarang pula mengumpulkan ulat-ulat yang berada di gulungan daun pisang.

Jumlah spesies kupu-kupu sangat banyak dan jumlah yang sudah dideskripsikan juga masih berupa perkiraan karena masing-masing ahli mempunyai data yang berbeda. Ada ratusan ribu spesies. Pokoknya banyak banget deh.  :D

Negara kita ini dianugerahi keragaman kupu-kupu yang berlimpah dengan tingkat endemik yang jauh melebihi penyebaran di wilayah dunia yang lain. Ada sekitar 1600 jenis kupu-kupu di seluruh Indonesia, dan jumlah tersebut lagi-lagi hanyalah perkiraan sementara.

Di Bandar Lampung ternyata ada tempat penangkaran kupu-kupu, namanya Taman Kupu-Kupu Gita Persada. Dari akun instagram @explorelampung lah awalnya kami mengetahui tentang tempat wisata edukasi ini. Dan setelah dicari-cari, lokasinya tak jauh dari rumah. Masih berada di wilayah kecamatan Kemiling. Tepatnya di Jalan Way Rahman, Kelurahan Sumber Agung.

Kalau lihat di googlemap sih lokasinya memang dekat dari rumah. Perkiraan waktu tempuhnya hanya sekitar 7 menit untuk sampai ke lokasi. Baiklah, diputuskan hari sabtu (27/02) ajak anak-anak ke sana. Ummiyo kemudian woro-woro di grup watsapnya. Dan bunda Zahra tertarik juga pergi bersama.

Hari sabtu, jam 9 pagi, Zahra sudah sampai di rumah. Karena kami pun memang sudah siap untuk pergi, ya langsung deh berangkat. Kami di depan, Zahra mengikuti di belakang. Nggak bawa banyak barang dan makanan. Cuma minuman dan camilan secukupnya. Zahra sih katanya bawa mi goreng dan nasi sisa sarapan yang tidak dihabiskan. Di perjalanan singgah sebentar di warung untuk beli lotion anti nyamuk. Siapa tau kan, namanya di kebun,  nyamuknya banyak.

peta yang nampaknya gimpil
Berbekal peta di googlemap dan gps di android, saya dengan pedenya berkata "tauu.. gampang kok jalannya"ketika Ummiyo bertanya apakah saya sudah tau persis lokasinya. Dan nampaknya memang gimpil. Tinggal ikuti saja jalan Cik Di Tiro, belok kanan, ikuti jalan.. sampe deh. Begitu pikir saya.

Tapi saya langsung menjadi korban kesombongan saya sendiri. Gps ternyata tidak bisa mengunci lokasi dengan tepat, padahal sinyal kelihatannya baik-baik saja. Bar terisi penuh warna hijau dengan huruf H di sebelahnya. Tapi entah kenapa begitu sampai di depan SLB, gps-nya langsung ngaco. :(

Untung segera berbalik arah sebalum nyasar terlalu jauh. Ummiyo menelepon Bunda Rafa yang sudah pernah ke sana sementara saya mengamati google map dengan lebih seksama. Ternyata kami kelewatan belokan yang ke kanan itu. Mestinya tak jauh dari SLB itu langsung belok ke kanan, baru deh ikuti saja jalannya sampai ke lokasi. Alhamdulillah setelah belokan itu gps berfungsi dengan semestinya. Ini berguna sekali karena tidak ada penunjuk arah sama sekali untuk menuju ke lokasi.

Jalannya ternyata searah dengan jalan yang menuju ke Kebun Binatang Bumi Kedaton. Kami mengenalinya dari bagian jalan yang teduh karena ranting pohon yang berjajar di sepanjang jalan melengkung meneduhi badan jalan.

Tak sampai 10 menit kemudian, sampailah kami di Taman Gita Persada. Tidak ada yang istimewa di gerbang masuknya. Sederhana dan cenderung seadanya. Tapi cukuplah sebagai penanda. Tidak nampak adanya petugas jaga atau semacamnya di sekitar pintu masuk.



Begitu melewati gerbang dan turun dari mobil, kami langsung disambut suara cicada (tonggeret) bersahut-sahutan. Menyenangkan. Udaranya sejuk. Suasananya nyaman dan berangin. Tidak ada tempat khusus untuk memarkirkan kendaraan roda empat di dalam lokasi. Kami parkir di tempat yang agak lapang di dekat pintu masuk. Itu pun hanya pas untuk dua mobil saja.

Baru setelah kami semua turun dari mobil, seorang bapak seumuran saya mendatangi. Ternyata petugas jaga. Tiket masuknya 10.000 rupiah per orang. Cukup terjangkau. Di lembar tiket yang diberikan oleh si bapak sih nggak ada nominalnya, tapi ya sudah lah. Lagi pula bapak petugasnya cukup informatif memberi keterangan singkat tentang taman wisata ini. 

Foto dulu mumpung Mbak Hoshi masih bagus mood nya. :)
Hikari dan Hoshi antusias. Zahra malah masih tidur digendongan bundanya.  Berdasarkan keterangan bapak penjaga, terdapat beberapa bangunan di dalam lokasi taman kupu-kupu. Ada museum kupu-kupu, tempat penangkaran, rumah pohon, bangunan untuk istirahat dan tempat bermain anak-anak. Semuanya boleh dinikmati oleh pengunjung. Museum Kupu-Kupu terletak tak jauh dari pintu masuk, tapi kami memutuskan untuk langsung ke tempat penangkaran. Ke museumnya nanti terakhir kali aja pas mau pulang.

Tempat penangkarannya berada tak jauh dari pintu masuk. Berupa bangunan sederhana tak berdinding dan tak beratap. Hanya rangka dari besi saja dikelilingi jaring-jaring halus. Ada bagian bangunan yang beratap, tapi kecil saja. Di dalamnya nampak semacam kandang-kandang sederhana.

Kami masuk ke dalam bangunan melalui pintu yang juga sederhana. Ada mbak-mbak yang kayaknya sih masih usia anak kuliahan. Dia sedang serius mencatat dan memperhatikan kepompong ketika kami masuk. Hikari Hoshi langsung mendekat ingin tahu. Dan mbaknya menyapa ramah. Ada banyak ulat dan kepompong di dalam bangunan sederhana itu. Masing-masing berada di tempat yang berbeda. Mbaknya menawarkan kepada H2 untuk memegang ulat yang ada.

Dia menjelaskan bahwa semua ulat yang akan menjadi kupu-kupu tidak ada yang menyebabkan gatal di kulit. Jika kulit kita gatal karena bersentuhan dengan ulat, dipastikan itu adalah ulat yang akan menjadi ngengat. H2 bersemangat ketika mbaknya mengambil ulat dengan hati-hati lalu meletakkannya di telapak tangan mereka. Saya sih geli. Tapi mereka kayaknya seneng banget.

Menyenangkan berada di tempat ini. Tempatnya luas dan pohon-pohonnya rindang. Kontur tanahnya tidak rata melainkan naik turun. Bahkan ada yang cukup curam hingga seperti lembah. Tapi sudah dibuatkan jalan yang menyerupai tangga, walaupun masih berupa tanah. Tapi cukup membantu jika ada pengunjung yang ingin menjelajah.

Keluar dari tempat penangkaran, rupanya Zahra sudah bangun. Kami masuk ke tempat yang dikelilingi semacam jaring halus yang cukup luas. Jaringnya tinggi mengelilingi. Di dalamnya ada banyak kupu-kupu beterbangan. H2 dan Zahra asyik berjalan dan berlarian mengejar kupu-kupu. Sekilas sepertinya terbang pelan saja, tapi tidak bisa ditangkap.

Semoga makin banyak tempat wisata sejenis ini ya di Lampung.