Rabu, 24 November 2010

Cium Lalu Pukul

Berhati-hatilah saat mengajarkan sesuatu kepada balita. Sebisa mungkin jangan ajari mereka hal-hal yang tidak baik, walaupun dalam konteks bercanda. Karena seperti yang selalu dibilang orang, balita seperti kaset kosong yang akan merekam suara apa saja saat ada yang menekan tombol Rec. (btw masih ada nggak ya orang yang make kaset untuk merekam?)

Dulu, saat Hikari masih sendiri dan Hoshi belum lahir, ada masa di mana dia suka sekali tiba-tiba mencium saya atau umminya. Saat sedang bermain, dia akan menghampiri kami lalu mendaratkan ciuman kecil yang basah di pipi atau bibir kami.

Saya membuat kesalahan di saat itu. Dengan maksud bercanda, kadang saya menyuruhnya mencium umminya.
Cium Ummi, Nak.
Dia menurut dan mencium umminya dengan lembut. Tak lupa mulut kecilnya berkata "mmmah"
Babab Ummi.
Babab adalah kode di antara kami untuk kata pukul. Umminya yang menciptakan kata ini. Biasanya digunakan jika dia bertingkah manja yang merepotkan. Umminya akan menggendong Hikari lalu menepuk-nepuk pantatnya pelan sambil berkata "babab nanti kalo nakal"
Maka saat saya mengucapkan kata itu.. Plak! Tangan kecilnya mendarat telak di pipi umminya yang baru saja dicium.
Saya tertawa, umminya merengut.

Umminya berkali-kali komplain jika saya bermain Cium-Babab dengan Hikari. Tapi saya tak mendengarkan. Tak terpikir apa-apa kecuali sekedar bercanda saja. Tapi siapa sangka akibatnya sungguh di luar dugaan.

Hoshi pun lahir.

Hikari sangat menyayangi adik kecilnya. Walaupun kadang cemburu dan menuntut perhatian lebih, tapi tetap terlihat rasa sayangnya ke Hoshi. Dan terjadilah yang ditakutkan Umminya, "pelajaran" Cium-Babab yang didapat Hikari dari saya rupanya tertanam sangat kuat.

Dia suka sekali menciumi Hoshi. Tapi sering kali hal itu menjadi teror untuk Hoshi.

Normalnya Hikari menciumi Hoshi dengan sayang, lalu tertawa-tawa menengok ke arah kami seolah pamer dia baru saja mencium Hoshi. Tapi tak jarang, tangannya bergerak lancar dan cepat memukul kepala Hoshi.
Plak. Dan Hoshi kecil menjerit-jerit histeris kesakitan.

Kejadiannya selalu cepat dan tak terduga. Karena benar-benar sesaat setelah dia mencium dengan sayang. Siapa pun tak akan menduga dia akan memukul. Tak jarang kejadian itu terjadi dengan kami tepat berada di samping mereka.

Kami percaya bahwa Hikari tak pernah bermaksud jahat. Kami yakin bahwa pukulannya itu dimaksudkan sebagai tanda sayang. Mungkin seperti itulah yang dia tau, karena ajaran seperti itu yang dia dapat.

Kasian Hoshi. Menjadi korban pukulan Hikari yang mendapat ajaran salah dari abinya. Dan sekarang kami mesti ekstra waspada jika mereka sedang bermain berdua, karena tak pernah tau kapan pukulan Hikari akan melayang ke kepala Hoshi.

Sungguh menyesal saya pernah bercanda seperti itu.

Senin, 22 November 2010

Mohawk dan Hair-Tattoo

Rambut ini awalnya mau dibiarin aja gondrong. Walaupun cewek-cewek yang magang di kantor bilang jelek dan nggak rapi (hahaha), dan walaupun banyak teman yang bilang nggak pantes, pokoknya kepengen rambut gondrong. Mumpung punya bigboss yang nggak rese soal rambut. Kapan lagi? Haha..

Tapi apa daya, keinginan tak pernah jadi kenyataan. Rencana tinggal rencana, karena istri tercinta jua yang mempengaruhi hasil akhirnya. Haha.

Saya kangen potong rambut yang seluruh prosesnya atau sebagian besar menggunakan gunting. Teringat dulu waktu kecil, kalo rambut udah mulai panjang, saya akan dibawa ibu ke pasar. Trus ditinggal di tukang cukur yang mangkal di bawah pohon beringin besar sementara ibu berbelanja. Tukang cukurnya bapak-bapak tua dan dia cuma pakai gunting dalam menjalankan aksinya. :D

Sebenarnya bapak juga bisa motong rambut. Cuma bapak sering kali jadi nggak sabar karena saya tak bisa tenang dan selalu menggaruk-garuk. Atau minta berhenti dulu untuk membersihkan rambut yang menempel di leher. Acara potong rambut jadinya lama dan akhirnya bapak malas motong rambut saya makanya dibawa ibu ke pasar.

Kalau tak salah, sampai SD saya selalu potong rambut di pasar dengan bapak-bapak tua yang saya panggil pakde di bawah pohon beringin besar itu. Setelah SMP, tukang potong rambut saya adalah paklik saya, adik bapak yang paling kecil. Kenapa tak ke pasar lagi, saya tak ingat alasannya.

Yang jelas, saya suka dipotong rambut memakai gunting saja. Suka dengan bunyi kres-kres-kres saat rambut terpotong.

Sementara di pekanbaru ini, semua tempat pangkas rambut yang pernah saya datangi sudah menggunakan mesin pemotong rambut. Sekali-sekali gunting juga dipakai, tapi lebih banyak memakai mesin. Saya kurang nyaman sebenarnya. Entah kenapa. Mungkin karena suara desingan mesinnya, atau sebab lain. Entahlah.

Tapi itu pun tempat pangkas rambutnya yang biasa aja. Yang tukang pangkasnya semuanya laki-laki dan tarifnya murah meriah. Yang hanya melayani pangkas rambut, kalau ada layanan lain ya paling-paling cukur kumis atau jambang. Entah kalau di salon-salon yang melayani bermacam-macam perawatan ya.. Mungkin stylist-nya kerja pake gunting ya. Saya nggak pede masuk salon terkenal kayak gitu. :(

Ceritanya jadi kemana-mana nih.. haha.

Setelah berhari-hari menebalkan telinga mendengar istri mengulang perintah untuk potong rambut, akhirnya saya turuti juga. Tapi harus istri yang motong, biar mesra. Haha. Jumat sore, setelah Hoshi terlelap, dengan senjata gunting kecil dan sisir seadanya mulailah potong rambutnya.

Lama kemudian, setelah melewati proses yang syahdu dan romantis selama hampir 2 jam, selesai lah. Modelnya mohawk. Niat hati kepengen kayak david beckham ini. Tapi rupanya selain beda ras dan beda bakat, beda wajah antara saya dengan dia pun terlalu jauh. Hasilnya sungguh tak layak untuk difoto. Mertua yang datang ke rumah sore harinya pun ikut mentertawakan. Haha.

Tapi istri bilang sih oke-oke aja. Ah. Istri memang paling baik dan paling bisa membesarkan hati saya. Padahal mungkin dalam hati pun dia tertawa selama memotong rambut saya.

Model mohawk itu akhirnya cuma bertahan hingga sabtu siang, karena saya jadi semakin nggak pede. Kepikiran reaksi teman-teman di kantor besok senen. Istri nurut aja. Dan bekerja keras lagi merapikan rambut saya. Sekali ini lebih mudah karena tinggal membuang rambut yang di bagian tengah saja. Meratakan dengan bagian yang lain. Model botak pendek cepak rata. Haha.

Tapi istri kayaknya nggak puas, karena ada sebagian kecil di sebelah kanan yang terpotong lebih pendek. Jadinya kayak berlubang gitu. Pitak istilah kerennya.

Akhirnya bikin hair tatto aja. Di bagian yang pitak itu dibuat menjadi garis melengkung melewati atas telinga hingga ke belakang. Dua garis.

Ah. Keren.
Istri memang berbakat.

Dan yang satu ini kayaknya nggak bikin malu untuk dipajang di sini.

Minggu, 21 November 2010

Bahasa bayi

Senangnya memperhatikan anak-anak mulai belajar berkomunikasi.

Hoshi masih meracau tak beraturan. Tapi dia senang sekali jika diajak bicara. Tak berhenti mengeluarkan suara-suara dari mulut kecilnya. Sekarang Hoshi sedang belajar tengkurep. Dan dia heboh banget kalo nggak juga berhasil berguling. Seperti marah dan kesal. Menggeram, menjerit dan semacamnya. :)

Hikari mulai lancar bicara. Ada saja kata baru yang terucap dari mulutnya. Beberapa terdengar jelas dan fasih diucapkan, tapi lebih banyak yang masih cadel dan tak sempurna. Meskipun begitu, Hikari sudah bisa diajak komunikasi.

Sudah bisa melakukan perintah-perintah sederhana. (seperti ; Tarok bajunya di keranjang hijau. Tolong kasih ini ke Ummi. dll)
Juga sudah mulai paham jika dilarang. (misalnya; Jangan maen di luar, hujan. Minggir, awas ada motor. dsb)
Dia pun sudah bisa menyampaikan keinginannya walaupun dengan satu atau dua kata saja. (antara lain; mamam=makan. mimik=minum susu, nNum=minum selain susu. Ik=naik. dan banyak lagi)

Ada juga beberapa kata yang tak bisa kami pahami. Udah coba ditebak-tebak pun tetap saja tak ngerti maksudnya. Mungkin bayi memang memiliki bahasa mereka sendiri yang tak bisa dipelajari orang dewasa. Sering kali Hikari dan Hoshi seperti bercakap-cakap berdua dan saling tersenyum-senyum.

Senangnya mengikuti anak-anak bertumbuh dari waktu ke waktu. Selalu bersyukur setiap kali melihat mereka mencapai satu tahap kepandaian. Lega karena semuanya berjalan wajar dan sempurna.

Bobop dan Pipin

Hikari tak suka nonton televisi.

Mungkin memang sudah sudah bawaan sejak dalam kandungan. Di awal masa pernikahan, tak ada televisi di rumah kami. Sampai kira-kira usia kandungan istri menginjak bulan ke-5, ibu mertua membawakan tivi bekas yang sudah tak terpakai ke rumah. Katanya biar agak rame. :)

Tapi karena sudah mulai terbiasa hidup tanpa televisi, sampai Hikari lahir pun televisi itu jarang kami tonton. Ditambah lagi gambarnya yang kurang bagus karena hanya menggunakan antena dalam yang kecil karena saya malas memasang antena luar. Jadi lah kami semakin jarang menghidupkan kotak ajaib itu. (Antena luar baru dipasang oleh adik saya yang datang beberapa bulan setelah Hikari lahir.)

Orang bilang, hal yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya dalam kandungan akan berpengaruh pada anaknya di kemudian hari. Jadi mungkin saja Hikari tak tertarik pada televisi karena memang umminya jarang nonton tivi saat sedang hamil :)

Tapi setelah lahir pun, kami memang tak membiasakan Hikari berada di depan tivi yang hidup. Di malam hari, Hikari memang sering saya bawa ke ruang depan karena udaranya lebih sejuk daripada di kamar tidur. Tapi dia selalu tidur sementara saya menemaninya sambil nonton. Siang hari pun Hikari lebih banyak tidur di kamar dan tak ada 'interaksi' dengan tivi. Hikari bayi memang hobi tidur. Tenang dan nggak bikin repot. Itu yang selalu kami banggakan ke orang-orang.

Kami sudah banyak membaca berbagai artikel tentang pengaruh televisi terhadap perkembangan balita dan anak-anak. Juga sudah melihat bagaimana anak-anak yang terlalu sering menonton tivi bertingkah laku dalam hidup sehari-hari. Kami ingin anak kami berkembang dengan alami dan kalau bisa seminimal mungkin berinteraksi dengan televisi. Tak mungkin terbebas 100% karena benda itu nyaris ada di mana-mana.

Dan saya sendiri pun terkadang tak bisa menahan diri untuk menonton beberapa acara favorit padahal Hikari masih berkeliaran menjelajahi rumah.

Saat piala dunia 2010 yang lalu, Hikari sering menemani saya nonton jika dia terjaga di malam hari dan tak bisa segera tidur lagi. Pembenaran saya adalah, sepakbola tak berbahaya bagi perkembangannya. Hahaha

Lalu Upin dan Ipin. Saya menyukainya sejak pertama kali nonton di lapak cd bajakan di mal-ska. Dan tak pernah bosan walaupun yang diputar di TPI (sekarang mnc-tv) adalah episode yang diulang-ulang terus. Istri selalu mengejek kalau saya menonton episode ulangan itu, tapi saya cuek saja.

Dan satu lagi adalah Spongebob Squarepants. Nautical Nonsenses dari Bikini Bottom ini selalu lucu ditonton. Walaupun banyak episode yang diulang (dan harus dengar ejekan istri juga), tapi ada juga beberapa episode baru yang belum pernah tayang. 

Hikari cuek saja sementara saya menonton. Dia akan asik bermain sendiri, mondar-mandir sekeliling rumah. Atau kalau bosan, dia akan mengganggu saya atau menarik-narik saya mengajak bermain). Tapi sama sekali tak terlihat ketertarikannya pada Upin-Ipin_Kak Ros_Opah_Jarjit_Fizi_Ehsan_Tuk Dalang dll maupun Spongebob_Patrick_Squidward_Mr.Krabs dll yang sedang saya tonton.

Sejak awal Hikari memang tak suka tivi, seperti saya tuliskan di awal cerita. Tapi ternyata, Hikari tau apa saja yang terjadi di televisi yang sedang ditonton abi dan umminya. Siapa sangka?

Suatu kali, kami (full team) pergi ke eria bunda bersama nenek memeriksakan jamur di mulut Hoshi yang tak jua mau pergi. Di depan rumah sakit itu ada ibu-ibu penjual balon gas yang bentuknya bermacam-macam karakter. Ada binatang, ada pesawat terbang dan juga tokoh-tokoh kartun. Saya dan Hikari lebih dulu keluar saat Ummi, Hoshi dan Nenek masih di dalam. 

Hikari menunjuk ke balon-balon gas yang melayang-layang itu dan meneriakkan sesuatu. Perlu waktu beberapa lama bagi saya untuk menebak kata yang dikeluarkan mulut kecilnya. Dan begitu sadar, saya pun terpana. BOBOP, itu katanya. Saya segera sadar karena ada Spongebob di antara balon-balon gas tersebut.
Hee? Padahal Hikari tak pernah peduli saat saya menonton.

Lalu beberapa hari yang lalu, kami mengunjungi teman istri yang baru saja melahirkan anak keduanya. Dan sekali lagi saya dibuat takjub. Anak pertama dari teman istri itu sudah mulai sekolah tk, namanya Naura. Saat kami sedang bercerita-cerita, Naura mengeluarkan buku-buku dari tas sekolahnya untuk dipamerkan ke Hikari. Tiba-tiba Hikari menunjuk salah satunya dan berkata : PIPIN.

Itu adalah buku mewarnai yang di sampulnya bergambar si kembar gundul Upin dan Ipin. Ternyata Hikari tau. Padahal setiap kali saya pangku dia saat sedang menonton, dia akan langsung melepaskan diri dan bermain sendiri.

Kejadian kecil yang menyadarkan kami bahwa ternyata otak balita memang mempunyai daya rekam yang luar biasa. Bayangkan, dengan sikap cueknya terhadap televisi saja Hikari bisa mengingat nama karakter yang hanya didengarnya sambil lalu saat dia bermain. Tanpa menonton pun, Hikari menyimpan nama-nama itu di dalam memory-nya.

Ah. Apa jadinya kalau yang kami tonton setiap hari adalah hal-hal yang tidak cocok dengan anak-anak dan balita? Apa yang terekam oleh otak Hikari jika misalnya yang didengarnya adalah kata-kata kasar dan bentakan-bentakan serta makian seperti di dalam sinetron?

Televisi memang menyenangkan. Kotak ajaib yang penuh hiburan dan seringkali sangat berat untuk dimatikan. Tapi tidak selamanya yang ditayangkan baik untuk anak-anak. Spongebob ada efek buruknya nggak ya buat balita? Ah.

Minggu, 07 November 2010

Tentang Romance Dawn

Selama ini saya kekeuh cuma baca ONE PIECE yang versi cetakannya terbitan elex. Sama sekali nggak tergoda untuk baca yang versi mangascan walaupun gratisan dan ceritanya udah jauh banget. Karena buat saya, baca komik versi cetakan yang sudah dalam bentuk buku itu jauh lebih memberikan kepuasan daripada baca mangascan di monitor komputer.

Bisa baca sambil tiduran di mana aja, atau baca saat menemani Hikari main atau tiduran di sebelah Hoshi yang meracau sendiri. :) Komik edisi cetak juga berguna banget sebagai pengisi sepi kalo saya lagi ada di suatu tempat dan mengharuskan menunggu, karena saya nggak punya hape yang cukup bagus untuk bisa online sekedar fesbukan atau twiteran. :)

Saya adalah tipe pembaca komik yang hobi mengulang. Nggak puas kalo hanya baca sekali. Apalagi untuk ONE PIECE ini, bisa puluhan kali saya baca ulang. Memperhatikan detail gambarnya sampai hal-hal remeh temeh di dalamnya. :D Tak terhitung berapa kali denger istri komplain terheran-heran liat saya baca komik yang sama berkali-kali.

Baca sambil tiduran, baca saat ngantri di bank, dan pengulangan itu akan susah sekali dilakukan saat membaca mangascan. Tak mungkin kan tiap saat ngidupin komputer dan online cuma buat ngulang baca? Kecuali mungkin kalo suatu hari ada yang bermurah hati ngasih saya ipad gratis.  Karena tak masuk akal juga kalo saya mesti nge-print itu mangascan untuk dibawa kemana-mana.

Makanya walaupun di forum-forum yang membahas ONE PIECE udah ngomongin chapter ke sekian, saya bertahan dengan keluaran elex yang ketinggalan jauh.

Tapi entah pengaruh apa, hari itu kok tiba-tiba nggak bisa nahan keinginan untuk ngintip mangascan-nya setelah baca-baca thread ONE PIECE di AMH kaskus. Dan secara kebetulan juga pas lagi googling kok nggak sengaja terdampar ke blog yang menyediakan scanlation komik onepiece dalam bahasa indonesia. Tak tanggung-tanggung, ketemunya sampe 3 blog sekaligus.

Ternyata ceritanya udah jauuh banget, versi elex jadi kerasa telat setahunan. Yang saya baca saat itu adalah chapter 600. Ahai! Bajak laut topi jerami sudah bertambah dewasa dan keliatan semakin oke dengan penampilan baru mereka.

Seminggu kemudian, chapter 601 pun tersedia. Dan saya terlonjak melihat judulnya; Romance Dawn For The New World. Hoho. Oda memang jenius sejati! Romance Dawn adalah judul untuk chapter 1, dan Oda menggenapkannya hingga 600 lalu memulai babak baru dalam petualangan bajak laut topi jerami di chapter 601 dengan judul yang sama. Jenius.

Saat pertama kali saya mem-publish blog ini, (haha, mem-publish) ada beberapa orang teman yang bertanya kenapa dikasih judul Romance Dawn. Saat ini saya menjawab, nanti akan saya ceritakan. Nah, maka dengan postingan ini, terjawablah pertanyaan mereka itu. Yes. Memang memang diambil dari judul chapter 1 yang saya sebutkan tadi.

Saya sangat sangat menyukai ONE PIECE. Ini adalah manga yang spesial dari segala sisi. Akan menjadi postingan yang sangat panjang jika saya jelaskan kenapanya. Dan belum tentu juga temans akan setuju dengan cerita saya lalu ikut menyukai ONE PIECE. Lebih baik baca saja langsung dan siapa tau teman akan menemukan keajaiban dan tenggelam dalam dunia ONE PIECE seperti saya. :)