Jumat, 30 Desember 2011

Hikari dan Pampers Ulat

Dengan semakin lancarnya Hikari memakai toilet, maka pemakaian diaper pun semakin berkurang. Sekarang hampir selalu menolak jika hendak dipakaikan diaper. Terutama di siang hari dan cuma main di rumah dengan ummi dan Hoshi. Bertambahnya kepintarannya itu tentu berbanding lurus dengan pengurangan pos biaya pembelian diaper setiap bulannya. Dan si ummi jelas senang dengan hal itu. :)

Tapi dalam beberapa kondisi, tetap harus pakai diaper. Malam hari menjelang tidur, wajib dipakaikan diaper. Karena kemungkinan besar akan menjadi sangat heboh jika dia mengompol lalu terbangun. Jika moodnya sedang bagus sih, dia akan terbangun dengan tenang lalu sedikit merengek saat mengadu kalau dia ngompol. Setelah pakaiannya diganti dan kasurnya diberi alas yang kering, dia akan tidur lagi tanpa perlu disuruh. Lain halnya kalau sedang kambuh manjanya. Dia akan menangis heboh seolah-olah terjadi sesuatu yang hebat dan perlu kesabaran lebih untuk membujuknya supaya tidur lagi. Maka itu lah malam hari menjadi wajib bagi Hikari memakai diaper. 

Juga saat hendak bepergian ke luar rumah. Pergi berbelanja ke minimarket atau hipermarket. Pergi kondangan atau menghadiri acara apa pun di rumah kawan dan saudara. Pergi makan di tempat yang jauh dari rumah. Pergi ke arena bermain. Tentu akan sangat merepotkan jika Hikari mendadak ingin pipis dan akses ke kamar mandi tidak sebebas jika berada di rumah sendiri. Lain halnya kalau sekedar pergi ke rumah neneknya atau ke rumah kawan umminya atau kawan abinya yang memang sudah dekat, tidak perlu pakai.

Diaper yang dipakai Hikari maupun Hoshi adalah Pampers (mohon maaf, bukan ngiklan). Tipenya yang original, bukan yang tipe celana. Yang masih perlu dibaringkan saat hendak memakainya. Sudah pernah mencoba berbagai merk, dari yang relatif mahal (yang kami beli jika sedang ada diskon) sampai yang lumayan murah (yang kami beli eceran di warung dekat rumah atau di kedai kecil saat kepepet, kehabisan atau lupa membawa saat dalam perjalanan). Dari yang merknya terkenal sampai yang merknya ntah apa-apa namanya. Dan yang kami rasa cocok memang Pampers ini. Tak perlu lah dijelaskan mendetail ya keunggulan dan kelemahannya. Toh nggak akan dibayar juga sama Pampers-nya. Haha.

Berhubung tipenya yang original, jadi Hikari tidak bisa memakainya sendiri. Bisa sih sebenarnya, tapi tidak akan rapi. Nah. Di sini lah sering kali drama itu terjadi. Saat memakaikannya itu lah, sering kali mesti menahan sabar karena Hikari berulah.

Diapernya itu di bagian pinggang depannya ada gambar-gambar binatang. Gambar-gambarnya memang lucu dan imut. Berguna juga sih memang untuk sekalian memperkenalkan nama-nama binatang kepada anak. Juga sekaligus sebagai penanda bahwa bagian yang bergambar itu adalah bagian depan.

Binatangnya ada bermacam-macam. Saya tak pernah sengaja menghitung dan memperhatikan ada berapa macam binatang di dalam satu kemasannya. Tapi berdasarkan foto, setidaknya ada delapan binatang di situ. Harimau, Singa, Monyet, Anjing, Kuda Nil, Sapi, Zebra dan Ulat. Yang paling disukai oleh Hikari adalah si Ulat kuning gendut itu, entah kenapa. Mungkin karena memang lucu, atau karena warnanya kuning. Entahlah.  Yang jelas si ulat kuning itu lah yang sering kali menjadi biang masalahnya.

Jika sedang baik, bergambar apa saja Pampers itu, dia menurut saja. Tapi jika sedang bertingkah, Pampersnya harus gambar ulat. Mintanya pun sambil teriak ULAAT!! Tak mau yang lain, semakin dibujuk semakin keras teriaknya, dan bisa berakhir dengan tangisan.

Repotnya, dalam satu kemasan (ukuran XL isi 34) itu sering kalo hanya ada 3 atau 4 buah saja yang bergambar Ulat. Tak mungkin setiap dia teriak ULAT bisa dituruti karena yang tersisa tinggal binatang yang lain. Sungguh menguji kesabaran. Padahal tak jarang kami bersiap-siap pergi ke suatu tempat itu dengan terburu-buru karena menunggu mereka bangun tidur sementara waktu sudah mepet.

Atau mungkin ada teman-teman yang juga pakai Pampers jenis ini dan mau bertukar? Hihi.

Minggu, 25 Desember 2011

Hikari dan KFC

Ada restoran KFC di pusat perbelanjaan dekat rumah. Satu kompleks dengan swalayan Giant. Hikari sering minta mampir ke situ setiap kali kami belanja di Giant. Tidak beli macam-macam sih, cuma burger seharga lima ribuan saja yang dimintanya. Kadang-kadang juga minta eskrimnya.

Kemarin sore pun begitu. Hikari minta dibelikan burger saat kami sudah selesai belanja susu untuknya. Antriannya lumayan ramai, jadi mesti menunggu beberapa lama. Saat mengantri itu si ummi tertarik dengan promo Chaki Kids (kalau tidak salah, ini namanya). 

Jadi promonya ini khusus untuk anak-anak. Dengan membayar 60ribu rupiah akan mendapat Starter Kit berupa tas, tshirt, topi dan buku tulis. Lalu juga ada beberapa kupon belanja yang bisa dipakai untuk belanja di KFC mana saja.

Tanya ke pegawainya, pas pulak paketnya tinggal satu. Jadilah Hikari didaftarkan jadi member Chaki Kids. Katanya akan dapat kartu anggota, tapi nunggu sebulan lagi.

Onde mande. Hikari girang bukan kepalang dengan starter kit yang didapatnya. Tshirt-nya langsung jadi pakaian favoritnya. Kalau pergi ke luar rumah maunya pakai tshirt itu. Tas dan topinya juga begitu. Bangga sekali nampaknya dia menyandang tas di punggung lalu memakai topi merah bergambar ayam itu.

"Kak Ai mau sekolah" begitu katanya.

Kamis, 22 Desember 2011

Hikari dan Toilet Training

Salah satu kemampuan yang mulai dikuasai balita usia 16-36 bulan adalah mengendalikan urin dan feses. Kapan waktu yang tepat untuk memulai latihan? Tentu berbeda-beda pada tiap balita, tergantung kesiapannya. Siap fisik dengan mampu duduk, jongkok dan berdiri dengan stabil, serta siap berkomunikasi secara verbal untuk menyampaikan kapan dia kebelet.

Berkat umminya yang tak lelah mengajari, Hikari sekarang sudah pandai pipis dan oo' di wc. Sekarang sudah semakin sering menolak ketika hendak dipakaikan diapers. Pergi-pergi ke luar rumah pun tak mau pakai.

Dan memang dia sudah semakin jarang pipis dan oo' di celana. Selalu minta dibukakan atau dibukanya sendiri lalu minta dikawankan ke kamar mandi. Tak jarang dia pergi sendiri.

Tapi yaa... tetap saja ada tapi-nya. Bukan Hikari namanya kalau tidak berperangai macem-macem. Hihi. Saat saya tidak di rumah, umminya selalu cerita tentang betapa pintarnya Hikari saat ke kamar mandi. Pokoknya sempurna deh. Buka celana sendiri, ke kamar mandi sendiri, cebok sendiri (dicebokkan kalau oo'), lalu pakai celana lagi sendiri. Pinter.

Tapi begitu saya ada di rumah, misalnya siang hari saat jam istirahat atau hari libur sabtu minggu, tak jarang Hikari men-downgrade kemampuannya. Macem-macem yang dibuatnya. Pipis di celana tak bilang-bilang. Bisa jadi memburuk kalau dia juga dengan cueknya bermain-main dengan air pipisnya yang tergenang di lantai (wekk). Atau sengaja naik ke atas kasur lalu pipis di situ. Pokoknya yang semacam itu lah.

Mungkin dia ingin bermanja-manja selagi saya ada di rumah. Entahlah, bisa jadi begitu. Tapi ulahnya itu tentu saja membuat umminya mengomelinya. "Kak Ai kalo abi di kantor pinter ke kamar mandi, ngapalah kalo ada abi kayak gitu gayanya?"


**kosa kata di postingan ini kok rasanya gimanaa gitu ya.. kebelet, feses, cebok...**

Mereka Cepat Belajar

Orang dewasa sering kali memandang remeh kemampuan balita dan anak-anak. Dalam banyak hal, oranag-orang dewasa sering berfanggapan bahwa balita dan anak-anak tidak mempunyai pemahaman yang cukup akan sesuatu.

Padahal, seperti kata orang-orang dewasa yang lain, mereka ibarat spons kering yang akan menyerap cairan apa saja yang ada di dekatnya. Anak-anak dan balita adalah kertas putih yang kosong. Tergantung orang tuanya akan diisi dan diwarnai apa. Coret-coret tak bermakna atau tulisan-tulisan yang memberi manfaat? Dilukis dengan cat dan warna-warna indah atau sekedar disiram dengan tinta hitam?
Mereka juga ibarat spons kering yang akan menyerap cairan apa saja yang ada di dekatnya.

Mengikuti perkembangan Hikari dan Hoshi dari hari ke hari membuka mata kami bahwa balita adalah peniru yang sangat handal. Mereka mempelajari pengetahuan baru dengan kecepatan yang membuat kami terkagum-kagum setiap hari.

Kami berusaha tidak pernah meremehkan. Tapi tetap saja, saat mereka melakukan sesuatu yang baru, kami selalu terbawa ke dalam perasaan heran dan takjub yang sama. Berulang-ulang setiap saat. 

Ekspresi yang "EH?? Kok bisa??!"  
Atau langsung tertawa keras spontan.
Atau melongo saling memandang satu sama lain -saya dan istri.
Atau langsung memeluk sambil menghujani wajah mereka dengan ciuman tanpa henti.

Beberapa hari yang lalu misalnya.
Seperti yang sudah saya tuliskan DI SINI dan DI SINI  Hikari dan Hoshi tergila-gila dengan film RIO dan serial UPIN-IPIN.  Well, saya pikir mereka hanya asyik menonton begitu saja. Sekedar mengagumi burung-burung yang berwarna-warni atau suara comel si kembar upin-ipin saja. Tapi ternyata salah. Mereka mengerti jalan ceritanya. Mungkin tidak semuanya. Tapi secara garis besar mereka mengerti.        

Buktinya?
Di serial UPIN IPIN episode SAKIT KE? diceritakan bahwa Upin dan Ipin akhirnya disunat. Juga kedua orang temannya Ehsan dan Fizi. Lain lagi dengan Ijat. Dia tidak jadi disunat karena lari ketakutan.
 
Nah, saat sedang menonton episode yang lain, Hikari tiba-tiba menunjuk ke layar laptop sambil bercerita : "Bi, upin ipin udah sunat. yang ini udah, yang ini udah, yang ini lari." 
Lalu dilanjutkan : "Ma-in (maksud dia Ma-il) udah sunat duluan, dia bohong" 
Hee? Di dalam kisah itu memang diceritakan kalau Ma-il sudah lebih dulu sunat dan dia berbohong kepada teman-temannya yang belum sunat bahwa disunat itu sakitnya seperti digigit harimau.
Sampai terkesima saya dibuatnya.

Dan cerita dari umminya.
Saat mereka bermain game Angry Birds, Hikari bisa mengidentifikasi dengan tepat mana burung yang jahat dan burung yang baik. "Ini baek" (sambil menunjuk burung warna biru) "Ini ahat" (sambil menunjuk burung warna putih)

Padahal film RIO itu berbahasa inggris dan Hikari belum bisa membaca subtitle-nya. Bagaimana mungkin dia bisa mengerti jalan ceritanya? Membedakan mana yang baik dan mana yang jahat?

Oh. Jelaslah, kami sudah meremehkannya. Balita 2.5 tahun ini ternyata daya tangkap dan kemampuan analisanya sudah berjalan dengan baik. Dan kami mungkin terlena karena selalu menganggapnya sebagai bayi saja. 

Ini kita membicarakan serial Upin dan Ipin yang menurut banyak orang adalah tontonan yang biasa saja. Lalu bagaimana jadinya jika anak-anak dan balita itu dibiarkan menonton sinetron seperti yang sekarang ini banyak ditayangkan di tivi swasta? Apa yang akan direkam dan tertanam di dalam ingatan mereka?


Hikari dan Mbah

Ini cerita ummi H2 tadi siang.

Saat ummi sedang menyetrika, tiba-tiba terdengar suara pesawat terbang.
"Pesawat terbang, Kak Ai" kata ummi memberitahu Hikari.

Tak disangka-sangka, Hikari langsung berkata kepada Hoshi:
"Kak Ai mau ke umah Mbah naek sawat tebang Dek"
*rumah Mbahnya di lampung

Hee?
Dari mana pulak itu ide ke rumah mbah naek pesawat terbang?
Padahal tak ada di antara kami yang merasa pernah mengajari tentang pesawat terbang. Kami selalu bilang ke rumah mbah itu naik mobil ummi atau naik bus.

Dan satu lagi hal yang menjadi perhatian kami.
Ini adalah ke sekian kalinya Hikari menyebut-nyebut "ke rumah Mbah".
Sedemikian kangennya kah dia dengan Mbahnya sehingga berkali-kali terkenang?




Kamis, 15 Desember 2011

Hoshi dan Namanya

Hoshi sudah bisa mengucapkan namanya.
Hoshi.
Lancar dan jelas, meskipun dengan bunyi S yang lucu.

Tapi akhirnya pelafalan nama itu malah jadi jawabannya untuk semua pertanyaan yang dimulai dengan kata 'siapa'.
Siapa nama Adek? Hoshi.
Siapa nama Kakak? Hoshi.
Siapa yang tumpahkan air? Hoshi.
Siapa yang belikan baju? Hoshi.

Ahahaha.

Rabu, 14 Desember 2011

Hikari dan Ancaman

Tidak dianjurkan bagi orang tua untuk mendidik anak dengan metode ancaman. Saat anak bertingkah sangat menjengkelkan pun katanya tidak boleh mengancam dengan tujuan supaya dia menurut. Harus diupayakan dengan pendekatan dan komunikasi yang baik.

Teori selalu manis dibaca, tapi selalu sangat sulit diterapkan. Kondisi anak dan orang tua pun tidak pernah akan sama antara satu dengan yang lainnya. Terlalu banyak variabel bebas yang mempengaruhi untuk mencapai keadaan yang ideal. Bukannya tidak bisa, tapi sangat sangat sulit.

Mungkin ini akan dianggap mencari alasan saja. Ya biarlah kalau dianggap begitu. Tapi siapa pun yang pernah menghadapi balita secara langsung pasti setuju kalau kadang-kadang mereka bisa berubah menjadi sangat sulit dimengerti. Yang akhirnya membuat emosi orang tua pada suatu ketika akan terpancing juga.

Hikari ini cuek sifatnya. Dan sering semaunya. Jika sedang asik dengan sesuatu, susah sekali mengalihkannya terhadap sesuatu yang lain. Jika sudah jadi keinginannya, susah dibelokkan, susah dibujuk. Dan juga sering kali tidak mau dilarang.

Hal-hal yang mungkin terdengar biasa saja jika dituliskan seperti ini. Tapi bisa jadi sesuatu yang menguji kesabaran saat menghadapi langsung kejadiannya.

Sebenarnya masih bisa dibujuk kalau mau sabar merayu dan memberi pengertian. Memakan waktu lama dan butuh kesabaran yang tak ada habisnya. Dan ini sulit. Terutama bagi umminya yang masih harus juga memperhatikan dek Hoshi. Tidak bisa selamanya dengan Hikari karena Hoshi juga tak jarang merengek di saat bersamaan.

Maka kemudian jika keadaan sudah mencapai puncaknya, yang keluar adalah sedikit ancaman. Tapi bukan ancaman yang terlalu lho ya. Biasa saja, cuma agar dia mau mendengar perkataan umminya.

Begini misalnya.
Beberapa waktu yang lalu kami mendirikan pagar di depan rumah. Ada tukang yang bekerja dari pagi hingga sore hari. Juga saat kami memperbaiki kamar mandi. Lalu juga saat menambah ruangan di belakang untuk dapur.

Saat itu adalah masa-masanya Hikari males makan, susah disuapi. Umminya lalu bersiasat seolah-olah mengadukan dia kepada pak tukang yang sedang bekerja "Oom Hikari ni om, males makan dia." Nah biasanya setelah dibilang begitu Hikari lalu mau makan. Lumayan manjur juga.

Yang lucu kemudian adalah Hoshi. 
Dia rupanya memperhatikan saat kami marah kepada Hikari. Dan sepertinya ancaman "Oom" itu, walaupun sekali-sekali saja kami gunakan tapi ternyata begitu membekas di dalam pikirannya. Jika Hikari mulai bertingkah aneh-aneh dan kami menegurnya, bahkan saat masih dengan suara lembut, Hoshi akan langsung menimpali dengan berkata "Oom.." dengan suara cedelnya yang lucu itu. Haha.

Ilustrasinya seperti ini deh.
Hikari main pasir padahal baru saja mandi dan ganti baju.
Ummi/Abinya mengingatkan.
Hoshi langsung berkata : "Oom.."
Lalu kami tertawa bersama memandang dia dengan gemas. 

:D

Jangan mengancam anak, sebisa mungkin.

Kamis, 08 Desember 2011

H2, Ultah Nasya dan Walimah Tika-Benny

Banyak teman dan kenalan si ummi yang ulang tahun di bulan desember. Salah satunya Nasya, anak dari kawan si ummi waktu kerja di Telkom dulu. Ulang tahun kedua tanggal 3 Desember, tapi makan-makannya hari minggu kemaren, tanggal 4 Desember. Sore hari setelah ashar katanya.

Di hari yang sama juga ada undangan perkawinannya Tika-Benny, sepupunya mbak Nindi. Jadi jadwalnya pas dan nggak bentrok. Siang ke pesta Tika, lanjut sorenya ke pesta Nasya.

Tapi sekali lagi terbukti kalau jadwal yang disusun dengan balita itu selalu tidak pernah mudah ditepati. Entah bagaimana, Hikari dan Hoshi tertidur lamaa dengan manisnya. Mulai tidur jam setengah sebelas dan baru bangun saat azan ashar terdengar. Hampir 4 jam!

Mungkin mereka balas dendam karena malamnya kami memang pulang terlambat karena ikut menghadiri acara akad nikahnya Tika yang ternyata berlangsung sampai hampir jam 11 malam. Padahal Hikari dan Hoshi biasanya sudah beranjak tidur sebelum azan Isya. Jadi jam 11 malam sudah termasuk begadang buat mereka berdua.

Ditambah lagi malam itu mereka memang berlari-larian ke sana ke mari bersama anak-anak yang lain. Ikut kejar-kejaran dengan Dinda, 4 tahunan, sepupunya mbak Nindi juga.

Kami berdua berdebat sebentar. 
Saya pikir lebih baik ke pesta kawinan dulu baru ke ultah Nasya. Pertimbangannya karena saya pikir pestanya sudah akan selesai dan akan menjadi sedikit canggung kalau datang terlambat lalu ternyata sudah sepi. Sementara kalau terlambat pun ke pesta ultah anak-anak masih tetap bisa ngobrol santai karena orang tuanya kan kawan dekat si ummi.
Tapi si ummi pengen Hikari dan Hoshi ikut acara ulang tahun itu, karena Hikari sedang senang-senangnya menirukan lagu "selamat ulang tahun" yang didengarnya di rumah. 

Baiklah. Akhirnya berangkat ke rumah Nasya dulu. Sudah jam 4 lewat dan rumah Nasya ini lumayan jauh masuk ke dalam dari jalan besar. Dan ternyata kami terlambat. Tepat saat kami sampai, terlihat anak-anak baru berjalan pulang dari rumah Nasya. Yaaah...

Ternyata kata mamanya Nasya, acaranya memang mulai lebih cepat. Karena anak-anak sudah ramai berkumpul sejak jam 3 sore. Bahkan Nasya pun baru bangun tidur jam segitu.  Ya sudahlah. Tak jadi deh Hikari ikut nyanyi selamat ulang tahun. :(


Tapi tak apa lah, masih bisa foto-foto dengan Nasya dan makan kue ulang tahunnya. :) Selamat Ulang Tahun Nasya. Semoga sehat selalu dan makin pintar, jadi anak berbakti pada orang tua ya..

Pesta Tika? Ternyata masih sempat kami kejar. Sudah lewat dari jam 5 saat kami sampai di sana. Tapi masih ramai dan meriah. Keluarga besar pun masih ramai berkumpul. Alhamdulillah masih kebagian soto padang yang maknyus. Bilang ke istri minta dibuatkan. :)

Sayang mbak Nindi nggak pulang ke pekanbaru. Padahal acaranya seru, makanannya juga banyak. Selamat menempuh hidup baru ya Tika dan Benny. Semoga bahagia sampai tua. :)





Hikari dan Warna

Hikari sudah semakin kenal dengan warna-warna. Umminya yang telaten mengajari setiap hari. Bahan ajarnya bisa macem-macem, tergantung apa yang nampak. Warna mainannya, warna baju yang dipakai orang-orang, warna mobil, dan sebagainya.

Untuk warna-warna pokok, Hikari sudah sangat paham. Merah Kuning Hijau.  Walaupun warna Hijau sering kali jadi kacau jika disandingkan dengan Biru.
Hitam dan Putih juga sudah hapal. Tinggal warna-warna turunan dan gradasinya yang masih bingung. Abu-abu, Ungu, Coklat, Oren, warna muda-warna tua. :)

Tapi bukan Hikari namanya kalau nggak bertingkah. Kadang dia menjawab dengan asal-asalan saat ditanya. Jelas-jelas merah pun dibilang Kuning. Atau malah jawab "Ndak tau" padahal kami tau kalau dia tau.

Umminya yang sudah hapal dengan perilakunya ini langsung kasih umpan ke Hoshi. Dan kalau sudah dipancing begitu, Hikari akan langsung menyambar dengan jawaban yangbenar. Ahahaha

Ummi : Kalo sendal kakak warna apa?
Hikari : Ndak tau
Ummi : Eeh~ waqrna apa lah?
Hikari : Mmm.. Bilu
Ummi : Warna apa dek sendal kakak? 
Hoshi : Mmm?
Hikari : (teriak) KUNING!

Hahaha.

Rabu, 07 Desember 2011

H2 dan Upin Ipin

Hikari udah ganti tontonan.
Kemarin-kemarin keranjingan nonton RIO sama dek Hoshi. Sekarang udah ganti dengan serial Upin Ipin.

Dulu Hikari sempat kenal sebentar dengan Upin Ipin saat televisi di rumah masih hidup. Tapi lalu televisinya dimatikan dan dia tak pernah lagi nonton. Sekarang mulai nonton lagi setelah saya putarkan di youtube. 

Serupa dengan saat keranjingan RIO, sekarang pun setiap saat minta diputarkan Upin Ipin. Dari pagi sampai malam tak bosan-bosannya. Kalau dibilang laptopnya tak hidup, dia akan minta diputarkan pakai hape umminya.

Saya sudah donlotkan banyak episode untuknya. Tapi episode favoritnya adalah yg berjudul "Sakit Ke?" dari musim ke-5. Ini ceritanya saat Upin Ipin dan teman-temannya disunat. :)

Hoshi? Seperti biasa dia ikut saja dengan pilihan kakaknya. :)

Minggu, 27 November 2011

H2 dan Mandi

Suatu Pagi.
Ummi : Kak Ai ayo cepetan mandi sama adek sini.
Hikari : Mau mmana Mi?
Ummi : Ya mandi aja, abis tu makan.
Hikari : (ngeyel) Mau mmana Mi?
Ummi : Ini diajak mandi kok kayak abinya aja, pake nanya mau kemana.

Sejak kapan saya malas mandi ya?
Mungkin sejak membaca sebuah artikel tentang kebiasaan mandi orang Jepang. Jadi katanya orang-orang di Jepang itu hanya mandi sekali sehari, yaitu pada malam hari sebelum tidur. Sementara paginya mereka tak perlu merasa harus mandi. Toh malamnya sudah mandi dan selanjutnya tidur, jadi badan masih relatif bersih. Haha.

Ah tapi bukan berarti lalu saya nggak pernah mandi pagi. Tetap juga mandi, tapi hanya di hari kerja saja. Senin sampai jumat. Haha. Sabtu dan minggu biasanya saya tidak akan mandi pagi sampai istri berulang-ulang menyuruh saya mandi. Ngapain sih mandi? Toh cuma tidur-tiduran atau main-main dengan mereka di rumah. 

Kecuali kalau memang mau pergi ke suatu tempat, baru deh mandi. Pergi sarapan di luar, misalnya. Atau ada acara di luar rumah di pagi hari. Baru lah saya mandi pagi. Makanya kalau istri menyuruh saya mandi di hari libur, biasanya saya akan bertanya "Mau kemana?" Haha. Mungkin pertanyaan saya itu lah yang akhirnya ditiru oleh Hikari.

Hikari dan Hoshi selalu senang bermain air. Dan selalu gembira jika waktu mandi tiba. Jadi pertanyaannya ke umminya itu bukan merupakan bentuk keberatan. Karena meski bertanya seperti itu, dia tetap juga sambil berjalan ke kamar mandi dan melepaskan pakaiannya. Tapi sepertinya lebih kepada rasa ingin taunya saja. 

Mandi? 
Mau kemana?

Rabu, 23 November 2011

H2 dan RIO

Blu, seekor Macaw spesies langka, sejak kecil sudah terbiasa hidup dengan manusia di bawah peliharaan Linda. Blu tidak bisa terbang sebagaimana layaknya burung kebanyakan karena trauma masa kecilnya. Keakrabannya dengan manusia sering kali menjadi bahan ejekan burung-burung lain yang hidup di sekitar toko buku milik Linda

Datanglah seorang ornitologis (ahli burung) bernama Tulio Monterio yang sengaja mencari Macaw jantan untuk menjaga kelestarian spesies. Akan tetapi untuk itu Linda dan Blu harus terbang ke Rio demi menemui sang Macaw Spix betina, Jewel.  

Blu akhirnya bertemu dengan Jewel ternyata tak bisa langsung cocok. Pasalnya, Jewel yang memiliki jiwa free spirit dan selalu ingin bebas menganggap Blu sebagai burung yang terlalu bersahabat dengan manusia.

Mereka tak menyadari bahwa mereka menjadi incaran komplotan penyelundup burung langka pimpinan Marcel yang memelihara seekor Kakatua putih Nigel yang kejam.

Blu dan Jewel lalu tersesat  di hutan Brazil dan bertemu dengan burung Tukan Rafael. Petualangan kemudian mempertemukan mereka  dengan 2 sekawan burung kardinal Pedro dan kenari Nico, serta seekor bulldog bernama Luiz. 



Hikari  dan Hoshi sedang tergila-gila dengan film ini. Setiap hari minta diputerin. Sering kali bangun tidur pun sudah minta nonton. 

Jika leptop sedang hidup, Hikari akan langsung duduk di depannya dan bilang "Burung Bi/Mi". Jika leptop sedang tidak hidup dan disimpan, Hikari akan meminta leptopnya dulu : "Mau etop Mi/Bi" lalu setelah dihidupkan akan dilanjutkan dengan "Burung Mi/Bi". Hihi

Lain pula dengan Hoshi. Bagaimana pun keadaan leptopnya, dia akan menunjuk-nunjuk sambil berkata : "Ulong ulong ulong".

Kemudian duduklah mereka berdua dengan manisnya di depan leptop. Menonton dengan suka cita. Saking seringnya, tak terhitung lagi berapa kali diulang-ulang, mereka bisa hapal adegan-adegan di film itu. Adegan pesawat mengangkut burung, Linda memungut Blu, Linda bilang "It's OK", Blu tersangkut kabel, dan seterusnya.

Bagian favorit mereka adalah adegan saat para burung itu berpesta dan bernyanyi-nyanyi dalam perjalanan mencari Luiz si bulldog. Ada lirik lagunya Layya layya layya layyyaa di mana mereka selalu ikut bernyanyi. :)

:)

Minggu, 13 November 2011

H2 dan Ultahnya Nailah

Hari jumat dapat undangan acara ulang tahun dari Nailah Sabri Affanka. Ulang tahun yang kedua, di Vanhollano jalan jenderal sudirman. Acaranya hari minggu.
Nailah ini anak dari oom hlboy, yang bertahun-tahun menjadi teman kos saya sewaktu masih remaja bujangan dulu. Jadi udah kayak sodara sendiri lah, walaupun banyak ngeselinnya. Hahaha.

Oke, acaranya jam setengah tiga sore. Jadi akan berangkat dari rumah sekitar jam 11-an. Karena ada 2 undangan lain yang juga harus didatangi. Satu undangan perkawinan teman kantor saya di jalan inpres. Satu lagi undangan perkawinan adeknya kawan si ummi di jalan sekolah sana. Melihat lokasi masing-masing pesta, jadwal 'perjalanan' hari itu adalah Inpres-Vanholano-Sekolah.

Tapi rencana memang seringkali cuma terlihat mudah saat dibuat, tapi sangat sulit ditepati.

Hikari dan Hoshi begitu bersemangat bermain sejak pagi buta. Terus merusuh, berebut, kejar-kejaran, nangis bergantian sampai akhirnya diam karena kecapekan. Lewat sedikit dari jam 10, keduanya sudah tergeletak di kamar lalu tertidur. Umminya yang menemani pun akhirnya ikut tertidur dengan nyenyaknya.

Menjelang waktu dhuhur belum juga terbangun. Mau dibangunkan pun rasanya tak tega. Akhirnya saya biarkan saja. Menunggu mereka bangun sambil nonton film hasil donlotan di ruang depan. Sampai akhirnya saya pun tertidur. Mungkin karena udara yg memang sejuk.

Saya terbangun karena kaget tiba-tiba Hikari sudah duduk manis di dada. Sudah jam satu lewat. Ternyata Hoshi dan umminya pun sudah bangun. Hoshi malah sudah asik duduk manis disuapin umminya.

Setelah persiapan yang selalu heboh dan rame, tepat jam 2 kami berangkat. Rencana akan tetap 'patuh' pada jadwal yang sudah disusun. Tapi ternyata tidak berjalan mulus.

Belum beli hadiah untuk Nailah. Jadilah mampir dulu di toko kado-kado. menghabiskan waktu setengah jam untuk pilih-pilih dan bungkus-bungkus. Padahal undangannya kan setengah tiga. Kalau mampir dulu ke jalan Inpres, jam berapa sampai di sudirman mengingat jaraknya yang lumayan jauh dan hari minggu yang kemungkinan macet di jalan Nangka. Sempat ragu di simpang pasar pagi arengka. Tapi akhirnya diputuskan langsung ke Sudirman karena dan nanti sore aja ke jalan Inpres.

Ternyata memang sedikit macet di simpang Nangka. Hujan yang intensitasnya bervariasi sepanjang jalan, kadang lebat, kadang rinai saja. Tapi menjadi benar-benar lebat saat kami tiba di Vanholano. Tidak ada payung. Dan masih diperparah lagi, tidak ada tempat parkir yang kosong di sekitaran situ. Baiklah. Jadi saya turun duluan membawa Hikari dan Hoshi  sementara umminya berputar lagi masuk ke mal pekanbaru untuk parkir.

Lewat sedikit dari jam 3 sore, dan ternyata belum terlalu ramai anak-anak yg datang. Mungkin karena hujan. Acaranya di lantai 2. Sambil menggendong Hoshi saya berbincang2 sebentar dengan bapak Nailah di depan pintu. Lalu menyuruh Hikari masuk ke dalam ruangan yang di dalamnya sudah tertata kursi-kursi rendah dan sudah ada beberapa anak yang duduk di situ.

Hikari masuk dengan wajah senang. Perhatian saya teralihkan darinya sesaat karena melanjutkan obrolan. Dan terkejut tiba-tiba saat mendengar tangisan Hikari yang ternyata sudah berlari keluar ruangan langsung ke arah tangga turun. Saya berteriak tapi telat bereaksi. Beruntung bapak Nailah bisa menyusulnya tepat waktu sesaat sebelum Hikari mencapai tangga. Jika tidak, entahlah, mungkin anak gadis itu sudah terguling sampai ke lantai 1.

Dia masih menangis dalam gendongan bapak Nailah. Dan saya baru menyadari penyebab insiden barusan setelah menengok ke dalam. Ternyata ada 2 badut di situ, satu donal bebek dan satu lagi semacam tokoh joker yang ada di kartu remi. Pasti mereka itu sumber ketakutan Hikari.

Maaf ya Nak..
Sejak kapan Hikari takut badut? Ceroboh sekali sampai saya tidak menyadarinya. Tapi memang selama ini tidak pernah ada tanda-tanda itu. Pernah ketemu dengan badut KFC dan dia anteng-anteng saja. Pernah juga melihat badut Spongebob dan tidak ada reaksi berlebihan.


Selanjutnya adalah drama. Kami duduk jauh di pojokan menunggu umminya datang. Hikari terus merengek2 minta pulang sementara saya terus berusaha membujuknya, meyakinkan bahwa badutnya tidak jahat dan ada abi serta umminya. Hoshi pun tak mau kalah ikut berusaha mengelus-elus kepala kakaknya.

Tak lama umminya datang dan Hikari langsung menempel tak mau lepas. Acara di mulai dan Hikari terus begitu, di pelukan umminya yang duduk di bagian belakang bersama orang tua yang lain. Dia memang begitu. Sekali saja mengalami hal buruk, butuh waktu lama untuk recovery.


Hoshi?
Hoho.. Dia membaur dengan cepat. Saya dudukkan dia di kursi rendah itu bersama dengan anak-anak yang lain. Dan sepertinya dia merasa nyaman. Ikut bergembira dengan acara yang diramaikan oleh kak badut joker kartu remi. Bengong melihat ke arah badut. Lalu tersenyum-senyum dan sesekali tertawa jika semuanya tertawa. Juga sesekali ikut mengangkat tangannya bersama yang lain jika kak badut bertanya atau meminta sesuatu.

Sampai acara berakhir, Hoshi mengikuti dengan antusias. Ikut makan juga sama-sama dengany ang lain. Malah langsung akrab kalo ada kakak-kakak yang ngajak senyum ke dia. Sempat jahil juga godain kakak-kakak yang duduk di sebelahnya saat sedang makan.

Hampir jam lima sore saat kami bubaran. Dapat tentengan buat anak-anak, dan balon juga. Hikari sudah tersenyum lagi. Hoshi keliatan capek tapi senang. Hujan sudah reda, dan saya kelaparan karena siang tadi belum makan. :)



Pesta yang meriah dan berkesan. Selamat Ulang Tahun, Nailah. Semoga jadi anak pintar dan shalehah.



Kamis, 20 Oktober 2011

H2 dan Khitan

Hikari dikhitan saat usianya dua bulanan. Di sini, biasanya anak perempuan langsung dikhitan sebelum usia satu bulan. Lalu kenapa Hikari dua bulan? Hikari lahir prematur, dan neneknya bilang kasihan kalau langsung dikhitan. Karena memang Hikari terlihat sangat rapuh saat itu. Dia lahir saat usia kehamilan umminya baru 8 bulan.

Neneknya yg mengkhitan. Saya tidak menyaksikannya dan juga tidak ingat lagi kapan tanggal pastinya. Yang saya ingat adalah saat itu hari kerja dan saya sedang di kantor. Jadi hanya dengar ceritanya saja dari istri bahwa Hikari sudah dikhitan. Alhamdulillah.

Khitan bagi wanita masih menjadi perdebatan banyak kalangan. Sebagian besar dokter saat ini tidak mau lagi mengkhitan anak perempuan dengan alasan kesehatan dan sebagainya. Sementara para alim ulama pun berbeda pendapat karena riwayat hadits seputar khitan wanita ini dipermasalahkan kekuatannya.

Lalu bagaimana?

Untuk yg alasan kesehatan kami kesampingkan saja. Karena toh sejak dulu orang tua orang tua kita sudah melakukannya dan menurut saya tidak ada data yang pasti tentang akibat buruk khitan perempuan bagi kesehatan mereka. Apakah sudah pernah ada penelitian yg melibatkan sekian orang wanita, sebagian dikhitan dan sebagian tidak, dari sejak balita hingga wanita-wanita itu dewasa dan diperiksa kesehatannya? Kayaknya nggak pernah. Atau ada?

Dan untuk bagian perselisihan pendapat di kalangan ulama itu, kami tentu saja tidak bisa memutuskan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Perlu pencerahan dari orang-orang yang lebih mengerti dan bijaksana untuk mengambil sikap. Makanya setelah membaca di sana dan di sini, bertanya ke sana kemari, kami memutuskan untuk mengkhitan kedua anak gadis kami. Dalil dan haditsnya tidak perlu ya saya jelaskan di sini, banyak kok pembahasannya, tinggal search di google saja.

Saat mengkhitan Hikari, Nenek tidak punya keraguan sedikitpun. Langsung mengiyakan saat kami memintanya. Tapi keadaan jadi agak berbeda dengan Hoshi. Entah kenapa Nenek sepertinya ogah-ogahan dan terkesan mengulur waktu.

Beberapa kali beliau mengatakan bahwa dokter-dokter di RSUD saat ini sudah tidak ada lagi yang mau mengkhitan anak perempuan. Pernyataan ini seolah ingin meyakinkan kami untuk tidak mengkhitan Hoshi. Mungkin ini perasaan kami saja, tapi memang akhirnya khitan terhadap Hoshi selalu tertunda.

Selain karena Nenek yang selalu bilang "nantiklah bulan depan aja" juga karena kami -entah bagaimana- seringkali lupa 'menagih' ke Nenek di bulan depannya itu. Dan saat kami ingat, Hoshi secara kebetulan sedang tidak terlalu sehat, demam atau flu. Hingga usianya setahun Hoshi belum juga dikhitan.

Kami mulai khawatir. Dengan usianya yang sekarang, bagaimana reaksi Hoshi nantinya? Saya coba bertanya di forum internal. Ternyata ada yang anak perempuannya baru dikhitan di usia 7 bulan dan tidak apa-apa, tidak rewel dan sakit. Akhirnya lebaran yang lalu kami memutuskan kalau Nenek tetap tak mau, akan kami bawa saja ke bidan lain.

Tapi ternyata Nenek bersedia, walaupun tetap sambil berkata dokter sekarang tidak ada yang mau mengkhitan anak perempuan.

Peristiwa bersejarahnya adalah tanggal 7 Oktober yang lalu. Hari jumat siang saat saya sedang istirahat setelah sholat jumat. Dan ternyata prosesnya secepat kilat. Padahal saya tak berani melihat. :(

Alhamdulillah setelahnya tidak terjadi hal yang mengkhawatirkan. Tidak rewel dan tidak nampak kesakitan. Diapakan sih? Kata umminya cuma digores sedikit saja, tidak ada yang dibuang atau digunting.

Tidak dipestakan seperti khitan anak laki-laki? Hoo.. soal pesta nanti saja kalau mereka menikah. :)

Jumat, 14 Oktober 2011

Hikari dan Downgrade

Hikari sepertinya men-downgrade kemampuannya sendiri.

Sekarang sering kali kami dibuat kesal karena dia selalu menjerit-jerit saat meminta sesuatu. Padahal dulu dia bisa memintanya dengan baik. Sekarang hobi banget teriak. Apalagi jika tidak langsung dipenuhi, teriak sekuat-kuatnya. Dan timing-nya meminta itu sering kali bertepatan dengan saat kami sedang melakukan sesuatu. Misalnya saat umminya sedang menyusui Hoshi, atau sedang memasak yang tidak bisa ditinggal.

Sekarang pergi berbelanja adalah hal yang juga cukup merepotkan. Kenapa? Karena Hikari selalu minta gendong. Padahal Hoshi juga masih harus digendong. Apalagi kalau tempat belanjanya pas yang sedang ramai, tak mungkin Hoshi diturunkan.

Dulu biasanya jika berbelanja, saya menggendong Hoshi sambil menggandeng Hikari. Jadi umminya bisa leluasa memilih belanjaan. Atau jika belanjanya di supermarket atau hipermarket, saya menggendong Hoshi sambil mendorong trolly yang didalamnya duduk manis Hikari bersama dengan belanjaan.

Sekarang, baru turun dari mobil saja dia sudah heboh merengek-rengek minta gendong, yang kalau tidak dituruti akan merajuk lalu jongkok atau duduk sambil menangis. Kalau sudah begitu, Hoshi langsung berpindah ke ummi dan saya menggendong Hikari. Lalu selama belanja, tak pernah mau diturunkan barang sebentar.

Ini mengesalkan tapi juga membingungkan.
Kenapa Hikari jadi semakin manja? Kenapa dia akhirnya menjadi sering tidak mau mandiri? Kalau masalah perhatian, rasanya tidak pernah berkurang.

Atau downgrade atas sikapnya ini sebenarnya adalah salah satu bentuk kepintarannya dalam mencari cara agar mendapat perhatian lebih? Berarti mestinya disebut upgrade, karena dengan begitu berarti mulai kelihatan perkembangan logika berpikirnya?


Kamis, 13 Oktober 2011

H2 dan Kedip Mata

Hoshi sudah pandai mengedipkan mata untuk bermain-main.  Maksudnya bukan yang mengedipkan mata karena refleks dan nggak sengaja. Kalo itu sih setiap balita juga udah bisa dari sejak usia beberapa bulan. Tapi ini mengedipkan mata saat disuruh.

Kedip mata, Dek. 

Lucu sekali caranya dia mengedipkan mata. Benar-benar yang menutup mata rapat-rapat, lalu tersenyum manis menggoda. Tak bosan-bosan memintanya melakukan itu.

Lain Hoshi, lain pula Hikari.

Kebiasaannya yang paling baru adalah mengedipkan mata saat dimarahi umminya. Jadi, jika umminya marah dan mengomelinya, Hikari akan berdiri diam mematung menatap umminya  dengan mata mengedip-ngedip. 

Mungkin dia ingin meniru adeknya agar tak dimarahi. Karena kami selalu tertawa-tawa jika Hoshi bermain kedip mata. Mungkin dia berharap jika dia mengedipkan mata, umminya juga akan tertawa seperti mentertawakan Hoshi. Mungkin.

Rabu, 12 Oktober 2011

Akting Hoshi

Hoshi semakin menunjukkan sikap yang tak mau kalah dari kakaknya.

Jika Hikari kesakitan karena sesuatu, misalnya kesandung atau hal lainnya, selalu saya akan langsung memeluknya untuk menenangkan. Lalu bertanya bagian mana yang sakit. Selanjutnya meniup-niup bagian yang ditunjukkannya. Dan setelah itu, jika sakitnya biasa saja, biasanya Hikari akan langsung tenang dan tak menangis lagi.

Nah saat saya sedang menenangkan Hikari itulah Hoshi 'beraksi'.
Dia juga tak mau kalah. Hoshi akan langsung terduduk lalu memegang kaki atau tangannya. Lalu pasang wajah memelas dan merengek sambil memandang iba ke arah saya yang sedang memeluk Hikari. Mulutnya mengucap sakit dengan terbata-bata minta dipeluk juga.

Lucu.
Dan dia akan terus seperti itu sampai saya memperlakukannya seperti Hikari. Ditanya mana yang sakit lalu ditiu-tiup. Akting dibalas aktinglah jadinya.

Kamis, 06 Oktober 2011

Kaos DJP


versi 1.




versi 2.


Minggu, 02 Oktober 2011

Modal Jadi Ninja

Baiklah, mau ngomongin hal selain H2. Hihi.

Ini tentang Ninja. Orang-orang dengan kemampuan luar biasa yang punya seribu satu macam cerita. Tau ninja sih udah dari dulu, dari kecil. Suka maen ninja-ninjaan pake sarung yang diikatkan di kepala sedemikian rupa dan cuma nampak mata. Biasanya maennya malem di masjid pas lagi ngaji. Atau di halaman rumah pas terang bulan.

Ada pertanyaan besar yang tiba-tiba muncul saat saya mulai baca Naruto. Ini berkaitan dengan senjata lempar yang mereka pakai; Shuriken dan Kunai.

Jadi begini. Saat bertarung, ninja itu melempar shuriken atau kunai ke musuhnnya. Bisa kena bisa juga meleset. Nah selesai bertarung, kalau si ninja itu menang atau selamat, apakah senjata-senjata yang dilemparkannya itu tadi dipungut lagi? atau dibiarkan saja?

Well kalau dipungut lagi, pasti repot ya. Mesti kembali ke tempat kejadian dan nyari-nyari. Kalo duelnya di tempat yang bersih semacam gedung olahraga sih gampang, lha kalo duelnya di hutan? Pasti ada aja yang hilang dan nggak ketemu.

Atau senjata-senjata itu ditinggalkan saja? Wah kalao memang begitu, besar juga ya pengeluaran untuk setiap kali pertarungan. Apakah memang ada toko khusus di jaman dulu yang menjual shuriken dan kunai? Tapi memngingat mereka adalah organisasi rahasia, kecil kemungkinan ada toko semacam itu. Atau mereka membuat dan menempa sendiri?
Di Forum Jual Beli Kaskus, ada yang menjual Kunai dan Shuriken. 
Harganya ternyata lumayan terjangkau.
Satu set Kunai (isi 3 atau 6 pisau) harganya Rp 150.000,-
Sedangkan shuriken dengan macam-macam bentuk harganya mulai Rp 30.000, per buah

Tapi walaupun harganya relatif murah, tapi ninja kan kerjaannya memang bertarung dan bertarung ya. Dan dalam sekali pertarungan saja mungkin tak cukup hanya memakai 1 atau 2 buah kunai, tergantung musuh yang dihadapi. 

Ternyata tidak murah menjadi ninja.

Kamis, 15 September 2011

Hikari Main Sambung Kata

Katanya balita dan anak kecil itu rasa ingin taunya luar biasa. Segala hal ditanyakan. Makanya katanya orang tua dituntut punya kesabaran ekstra dalam menghadapinya. 
Juga mesti mempunyai kemampuan yang cukup untuk menjelaskan segala hal yang ditanyakan oleh anaknya dengan cara yang mudah dimengerti, walaupun mungkin akan terjadi banyak pengulangan yang bisa jadi membosankan dan bikin males.
Tapi katanya (banyak bener ya pake katanya) kita tidak akan pernah tau tingkat kerepotannya sampai mengalaminya sendiri secara langsung.

Hikari mulai maju ke fase ini. Ada-ada saja yang ditanyakan. Tak pernah habis rasa ingin taunya. Dan repotnya makin bertambah karena jawaban kami atas pertanyaannya terhadap sesuatu akan menimbulkan pertanyaan baru yang tak kalah ajaibnya.
Hobinya yang terbaru adalah "main sambung kata". Aturan dari permainan ini sederhana; Hikari bertanya-Kami menjawab dengan pengulangan tak terhingga dan tak tentu arahnya.

Apa itu Bi?
Daging
Daging apa?
Daging kambing
Kambing apa?
Kambing makan
Kambing makan apa?
Rumput
Makan rumput apa?
Hijau
Rumput Hijau apa?
Hijau daun
Hijau Daun apa?
Pintu.
...................

Dialog itu bisa semakin panjang sesuai kemampuan saya bertahan melanjutkan jawaban atas pertanyaannya. Bisa juga segera berhenti saat saya mengalihkan perhatiannya pada hal lain, atau saya membuka topik baru yang berbeda (tapi dengan kemungkinan topik baru itu akan menjadi panjang seperti sebelumnya).

Begitu lah. :)

Rabu, 14 September 2011

Hoshi dan Tata

Hoshi sudah mulai belajar bicara. Sebelum pandai berjalan malah. Satu dua kata sudah terucap dari mulutnya. Tidak sempurna memang, tapi sudah bisa ditangkap dan dimengerti apa maksudnya.

Jika kata-kata awal yang diucapkan Hikari dulu adalah panggilannya kepada abi dan umminya, lain halnya dengan Hoshi. Kata pertama yang lancar dan jelas diucapkannya adalah panggilannya kepada Hikari.

Kakak. Yang oleh lidah Hoshi dilafalkan sebagai TATA.
Cara pengucapannya selalu khas, mesra dan istimewa. Penuh sayang dan cinta. 
Jika sedang bermain-main di kamar atau tempat tidur, TATA itu diucapkannya dengan lembut dan nada biasa yang seolahmengajak bercerita. Saat Hikari dalam posisi yang agak jauh dari dia, TATA ini diucapkan dengan nada yang melengking dengan bunyi A yang panjang di bagian belakang.
Lucu sekali.

Senin, 12 September 2011

H2 dan Kuku Abinya

Hikari dan Hoshi itu akrab sekali. Keliatan sekali sayangnya satu sama lain. Walaupun selalu berebut mainan, walaupun satu sama lain sering tidak ada yang mau mengalah, tapi terbaca dengan jelas aura cinta di antara mereka. Hihi.

Jika ada orang baru yang menyapa Hoshi, Hikari akan dengan segera mengambil posisi di antara Hoshi dan orang tersebut, lalu memegang (atau sekedar menyentuh) Hoshi kemudian menghadap ke orang tersebut sambil berkata "Adek Kakak Ai ni"

Beberapa bulan yang lalu ada fase di mana Hoshi hobi banget mencakar Hikari, entah kenapa. Sering secara tiba-tiba tangannya mencakar wajah Hikari yang ada di dekatnya, tanpa sebab apa pun. Padahal baik Hoshi maupun Hikari mewarisi jenis kuku yang keras dan tajam seperti kuku saya. Maka tak heran saat itu wajah Hikari memiliki beberapa luka kecil bekas cakaran Hoshi. 

Tapi Hikari tak pernah marah. Juga tidak mengeluh apalagi membalas. Dia seperti tahu posisinya sebagai Kakak, atau mungkin mereka berdua hanya bercanda dan orang dewasa tidak mengerti?
Paling banter, kalau kami ada di dekat mereka dan mungkin cakaran itu sakit sekali, Hikari mengadu kepada kami sambil memegangi wajahnya di tempat cakaran Hoshi. Dan obatnya pun gampang, cukup dipeluk sebentar lalu ditiup mukanya. Selesai dan bermain kembali. Pintar.

Saat tidur pun mereka saling mencari. Jika dibiarkan tidur berdua, sering kali mereka akan berguling mendekat satu sama lain hingga posisinya berhimpitan. 

Rukun selalu ya Nak.. Sampai tua..

Hoshi Jarang Di-Tatah

Hoshi sudah 14 bulan usianya. Alhamdulillah sudah lancar berjalan. Sejak genap setahun sih sebenarnya sudah mulai berdiri sendiri dan semakin mahir sejak puasa kemarin.

Si pipi merah muda ini luar biasa lho. Dia belajar berdiri dan berjalan dengan sendirinya, padahal hanya sesekali saja kami mengajarinya.

Berbeda dengan Hikari dulu yang setiap pagi di-tatah (itu lho dipegangi kedua tangannya trus diikuti jalan pelan-pelan... apa ya bahasa indonesia bakunya?) oleh pengasuhnya dari usia 10 bulanan sampai bisa berjalan sendiri, Hoshi melakukannya nyaris tanpa bantuan. Tidak setiap pagi kami tatah, sesekali saja. Malah kalau jalan-jalan pagi bertiga seringnya saya gendong saja karena saya juga harus mengimbangi Hikari yang berlarian ke sana-kemari.

Hobinya sejak dulu mengekor kemana Hikari pergi. Dari sejak masih ngesot, sampe merangkak trus merayap di dinding dia terus mengejar Hikari. Apalagi sekarang sejak lancar berjalan, kemana pun dikejar.

Alhamdulillah. :)

Hikari dan AKU

Hikari mulai sering menggunakan kata AKU untuk menyebut dirinya. Padahal kami tidak pernah membiasakan sebutan itu di rumah. 

Dulu sebelum punya adik, panggilan kami kepadanya adalah HIKARI, sesuai namanya. Lalu saat dia mulai belajar bicara, sebutannya untuk diri sendiri adalah AI (karena cadelnya). Lalu setelah Hoshi lahir, kami memanggilnya dengan sebutan KAKAK dan dia menyempurnakannya dengan sebutan KAKAK AI untuk dirinya sendiri.

Penyebutan KAKAK AI ini bertahan sampai sekarang. Tapi beberapa hari belakangan ini, mulai sering terdengar dia memakai kata AKU. Entah itu untuk berkomunikasi dengan kami atau adiknya, maupun saat dia mengoceh sendiri.

Dari mana belajarnya?

Dugaan kami yang pertama adalah teman-teman dan saudara di sekitarnya.
Teman mainnya; Jeni, Ika, Gilang, Eci, semuanya menyebut diri meraka masing-masing dengan AKU. Mungkin dari mereka dia belajar. Lalu lebaran kemarin saat kami pulang ke lampung, sepupu-sepupu dan oom-oomnya yang masih kecil; Noval, Candra, Risma, juga menggunakan kata AKU. Mungkin dari mereka dia meniru.

Dan tebakan saya yang kedua adalah dari lagu-lagu anak-anak yang didengarnya setiap hari di mobil. Bisa jadi. Karena Hikari sudah bisa memilih lagu mana yang ingin dia dengarkan. Tidak pernah mau saat saya memutarkan lagu-lagu dewasa karena memang sejak dia bayi rumah kami terbiasa sepi saja tanpa musik. 
Koleksi kaset kami pun sampai saat ini cuma 4; GIGI(Raihlah Kemenangan), Haddad Alwi (Rindu Muhammadku), Rayhan (Senyum) dan Koleksi lagu anak-anak sepanjang masa. Itu saja yang kami putar berulang-ulang jika sedang dalam perjalanan ke suatu tempat.
Favoritnya saat ini adalah koleksi lagu anak-anak itu. Mungkin dari lagu-lagu itu dia menemukan kata AKU.

Cerita Indomie kami

Sekedar menuliskan kembali cerita lama, karena sekarang sedang rame iklan cerita indomie. Teman-teman di facebook mungkin sudah membacanya di status saya.

1.
Lewat tengah malam, istri sudah tertidur lelap bersama H2.
Rasanya kok lapar, tapi lauk di meja makan sudah habis. Cari-cari dapatlah Indomie.
Dulu terbiasa memasak indomie sendiri, tapi sejak menikah saya jadi manja karena ada istri yang memasakkan. Tapi tak mungkin juga membangunkannya dari tidur cuma untuk sebungkus indomie.
Masaklah sendiri.
Pas dimakan, kok rasanya ada yang kurang. Nggak seenak kalo istri yang masak, kayak hambar. Ah, tapi dimakan juga sampe habis. Mungkin karena lapar.
Ke dapur narok mangkok kotor, tak sengaja nengok ke arah bungkus indomie yang masih terserak di dekat kompor. Lho.. ternyata bumbunya masih utuh, belum dimasukkan. Haha..pantesan aja hambar.

2.
Suatu siang saat sedang bersantai-santai, istri tiba-tiba minta dimasakkan indomie. Kangen katanya pengen makan masakan suami.
Baiklah, ambil sebungkus indomie dan segera ke dapur.
Masak sebentar dan siap dihidangkan.
Pas dikasih ke istri..
"Lho suami, ini kan mi goreng kenapa berkuah gini?"
Eh?
Balik ke dapur lagi nengok bungkusnya. Dan ternyata memang mi goreng. Hahaha. Saking semangatnya sampe nggak periksa-periksa lagi.
Tapi tetap dimakan juga sama si istri.

Kamis, 04 Agustus 2011

Panggil Nama Langsung?

Salah satu yang baik dari budaya asia adalah memanggil seseorang sesuai dengan usia dan silsilah keluarga. Ini tentu saja supaya seseorang menghormati orang yang lebih tua. 

Semuanya teratur dengan pola yang jelas. Bahkan antar sepupu pun panggilannya bisa berbeda-beda, tergantung anaknya siapa dan bagaimana hubungannya dengan orang tua kita.

Ada banyak kasus yang paman atau bibinya berusia lebih muda, tapi tetap juga dipanggil paman atau bibi dan bukan langsung panggil nama. Orang-orang tua bilang bagaimana pun 'tanah'nya lebih tua walaupun usianya lebih muda. Agak panjang dan rumit juga penjelasannya, tapi begitu lah.

Kalau nonton film-film kungfu mandarin malah kayaknya lebih ketat lagi aturannya. Benar-benar disebut dengan detail; Kakak kedua, Kakak tertua, dsb. Hihi.
Saya termasuk orang yang netral dalam masalah ini. Maksudnya saya tidak keberatan memanggil anak pakde saya yang usianya lebih muda dengan sebutan Mas atau Mbak. Tapi juga tidak mempermasalahkan kalau seseorang yang seharusnya menyebut saya dengan Paman tetapi justru penggil nama langsung karena usia saya lebih muda. Biasa saja.

Tetapi kadang kala saya merasa dengan memanggil nama langsung justru bisa menimbulkan hubungan yang lebih dekat. Tidak ada jarak dan justru lebih akrab.

Dengan alasan itu lah saya tidak mengajarkan Hikari maupun Hoshi untuk memanggil Oom atau Paklek atau Paman kepada Andi, tapi langsung panggil nama saja. Andi. 
Saya ingin mereka bisa lebih dekat daripada hubungan Oom dengan keponakan, tapi sebagai teman saja. Tentu saja tetap Hikari maupun Hoshi harus tau kalau Andi itu Oom-nya mereka.

Awalnya tak ada masalah. Hikari dan Hoshi terlihat dekat dekali dengan Andi. Walaupun Andi jarang main ke rumah karena sibuk kuliah dan kerjaannya sebagai penjaga warnet, tapi kedua anak itu selalu langsung mau dengan Andi. Padahal biasanya jika dengan orang yang jarang berjumpa, mereka akan menolak dan bahkan merengek jika didekati. Tapi tidak dengan Andi. Hikari bisa main dengan tenang berlama-lama dan Hoshi juga bisa tenang dalam gendongannya.

Tapi beberapa hari yang lalu, sebelum  ramadhan tepatnya, beberapa orang protes dengan panggilan itu. Kenapa langsung panggil nama? Kan nggak sopan. Nanti kebiasaan sampe besar. Blablabla. 

Istri akhirnya mengalah dengan kritik tersebut. Dan mulailah dia mengajarkan Hikari panggilan yang sewajarnya kepada Andi. Oom Andi jadinya.

Seperti kata orang, anak-anak masih mudah dibentuk. Panggilan Hikari segera menyesuaikan dengan ajaran umminya walaupun sesekali masih juga dia panggil nama saja.

Rabu, 20 Juli 2011

Hikari sedang malas

Ada saja akal Hikari yang bikin geram tapi juga bikin ketawa. Yang awalnya kesal tapi jadi lucu nengok tingkahnya yang aneh tapi cerdik itu.

Jika dimintai tolong atau disuruh melakukan sesuatu dan dia sedang tidak mau atau sedang asik melakukan sesuatu, ada satu alasan yang diandalkannya untuk menolak. Dan sering kali alasannya itu maksa banget.

Dia akan berusaha memegang sesuatu. Apa saja yang ada di dekatnya akan dipegang supaya dia punya alasan. Jika memang benar-benar tidak ada benda apa pun di sekitarnya, dia akan memegang dinding atau lantai atau bahkan bajunya sendiri, Haha.

"Hikari, tolong Ummi ambilkan sendok itu"
"Kak Ai egang ini" 
-Kak Ai pegang ini- begitu katanya, sambil menunjukkan barang yang sedang di pegangnya.

Hihiy..

Minggu, 10 Juli 2011

Pemicunya adalah Pintu

Hikari sudah pinter berucap salam. Ya walaupun belum lengkap terdengar, tapi justru menggemaskan mendengar kalimat cadelnya itu: "Alam Ikum".

Hanya saja penggunaannya kadang-kadang terlalu berlebihan. Haha.

Kalau masuk ke dalam rumah sih sudah pasti diucapkan. Tapi Hikari mengucapkannya setiap kali masuk ke dalam ruangan melewati sebuah pintu. Jadi pemicu salamnya adalah pintu.

Masuk ke lift, ucap salam.
Masuk ke dalam mobil, ucap salam.
Masuk kamar, ucap salam.
Masuk kamar mandi pun ucap salam.

:)

Minggu, 19 Juni 2011

abi jangan jemur pakaian

Umminya sedang menyusui Hoshi.
Abinya bantu-bantu jemur pakaian yang baru selesai dicuci.

Hikari : Apa Bi?
Abinya : Jemur pakaian
Hikari : Ummi ana Bi? (Ummi mana Bi?)
Abinya : Bobokkan adek
Hikari : Anang Bi. (Jangan Bi)
Abinya : Ngapa kok jangan?
Hikari : Gugu ummi aja. (Tunggu ummi aja)
Abinya: Ngapain nunggu ummi?
Hikari : Abi gak isa. (Abi nggak bisa)


Haha.
Sepele kali ini anak sama Abinya.

Selasa, 14 Juni 2011

H2 dan Bukittinggi

Akhir Mei yang lalu kami membawa Hikari dan Hoshi pulang ke kampung Neneknya di Bukittinggi. Ini pertama kali untuk mereka. Dan pertama kali juga untuk saya, mengunjungi kampung halaman tempat Nenek dilahirkan. Ini perjalanan jauh yang kedua untuk Hikari. Dia sudah pernah kami bawa ke Lampung saat usianya 6 bulan. Sementara untuk Hoshi, ini lah yang pertama. :)

Berbekal cuti 3 hari ditambah 1 hari cuti bersama, berangkatlah kami berempat ditambah Ines yang sudah libur seusai ujian nasional dan pak sopir yang baik hati mengantarkan kami pada jumat malam tanggal 27 Mei. Sudah terbayang seminggu menikmati segarnya udara Bukittinggi

Sengaja berangkat malam hari dengan mempertimbangkan jam tidurnya Hikari dan Hoshi. Jadi mereka tak rewel sepanjang perjalanan. Dan memang benar saja, belum sampai satu jam perjalanan Hoshi sudah tidur nyenyak di pangkuan Umminya. Hikari pun demikian, terlelap di pangkuan saya yang duduk setengah sadar di bawah pengaruh tablet anti mabok. Hihi.

Sudah hampir pukul 3 pagi saat kami tiba di Bukittinggi. Lebih lama dari yang seharusnya karena pak sopirnya nggak biasa bawa sedan, jadi katanya matanya silau kena lampu kendaraan dari arah berlawanan alhasil bawanya jadi nggak bisa terlalu kencang karena mesti lebih hati-hati saat berpapasan.

Kampungnya benar-benar di kampung, sekitar setengah jam lagi dari kota Bukittinggi. Dari jalan besar masih harus masuk lagi ke jalan kecil. Ini juga salah satu yang bikin lama karena istri sudah beberapa tahun nggak pulang kampung sehingga tak ingat lagi jalannya, ditambah lagi suasana malam yang memang sepi tak ada orang untuk ditanyai. Tapi alhamdulillah sampai dengan selamat. Tak ada masalah di sepanjang perjalanan.

Rumah ini adalah rumah neneknya ummi H2. Yang tinggal di rumah ini sekarang adalah tantenya ummi H2 beserta keluarganya. Rumah super besar berlantai papan dengan banyak kamar. Kamar-kamar itu mengelilingi sebuah ruanganyang luas ditengah-tengahnya. Di ruangan ini lah Hikari bebas berlari-lari bermain riang gembira dengan oom dan tantenya.

 
Mereka adalah sepupu ummi H2, tapi masih kecil-kecil. Yang paling besar kelas 2 SMU dan paling kecil kelas 3 SD. Kalau patuh pada silsilahnya, Hikari dan Hoshi seharusnya memanggil mereka dengan oom dan tante. Tapi Hikari sepertinya kebingungan karena mereka masih kecil. Akhirnya Hikari memanggil mereka dengan Abang dan Kakak.

Di rumah besar ada Farhan dan Abitab (anak-anak dari tante Neni, ada satu lagi yang sulung tapi sedang kuliah di Padang). Sedangkan di rumah 'kecil' yang menempel dengan rumah besar ada Andi dan Dita (anak-anak dari tante Les). Dengan mereka inilah Hikari dan Hoshi setiap hari bermain.

Kebanyakan sih mereka bermain di dalam rumah besar saja. Karena meskipun Bukittinggi memiliki udara yang sejuk, tapi matahari siangnya lumayan terasa menyengat. Rumah ini punya ruangan super luas di bagian tengahnya, jadi bisa dipakai untuk macam-macam. Mulai dari kejar-kejaran sampai main bulu tangkis pun mereka lakukan.

Tapi tidak selalu di dalam rumah sih. Sering juga kami main di luar. Terutama saat pagi hari, ketika matahari masih bersahabat. Bermain di halaman, atau berjalan-jalan di sekitar rumah. Letak perkampungan ini tepat di sekitar kaki gunung Singgalang dan Merapi. Setiap hari bisa memandangi keduanya yang berdiri megah kebiru-biruan, itu juga mereka tidak sedang bersembunyi dalam selimut kabut putih.



Mengunjungi tetangga dan saudara yang sekian tahun tidak pernah bertemu. Yang selalu jadi bahan pembahasan adalah ummi H2 betapa gemuknya sekarang dan betapa kurusnya dulu, suaminya yang masih keliatan muda dan keliatannya baik serta penyayang (ohok!), dan tentu saja Hikari Hoshi yang membuat gemas semua orang.

Tak lupa mengajak semuanya ke Jam Gadang (yang ukurannya tidak terlalu gadang sebenarnya) yang lumayan legendaris. Berdesak-desakan di dalam mobil yang tidak terlalu besar. Hikari paling bersemangat saat diajak berjalan-jalan di kebun binatang.




Yang agak merepotkan buat saya pribadi adalah airnya yang sungguh keterlaluan sejuknya. Di siang hari yang terik pun kulit terasa membeku jika terkena air, apalagi pagi hari. Terlebih lagi malam hari. Dan ini sebenarnya menjadi alasan yang bagus untuk tidak mandi, walaupun dengan resiko diejek oleh seisi rumah yang bisa dengan santainya mandi jam 6 pagi.

Malam hari juga menjadi siksaan tersendiri untuk saya. Dinginnya terasa membekukan kaki dan tangan. Gigi sampai gemeletuk menahan dingin. Butuh jaket dan selimut yang tebal agar bisa tidur dengan tenang. Saya menyukai daerah yang dingin, tapi tubuh saya sepertinya tidak compatible dengan suhu di malam hari.

Berbeda dengan Hikari dan Hoshi yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan keadaan yang bertolak belakang dengan hari-hari di Pekanbaru. Oke, malam pertama masih tidur dalam satu selimut dengan saya. Eh, malam kedua sudah menolak diselimuti, tapi masih mau dipakaikan jaket. Dan malam ketiga... Sudah seperti biasa saja, seperti saudara-saudaranya yang lahir dan besar di sini. Tidur tanpa jaket dan selimut dengan nyenyaknya. Hebat. Sementara saya di sebelahnya menggigil di bawah selimut tebal.

Hari berlalu dengan cepat, dan sudah waktunya kami kembali ke Pekanbaru. Kami kembali hari jumat. Masih bisa sih sebenarnya sampai hari minggu, tapi Ines terima raport hari sabtu besoknya.  Pak sopir sudah tiba sejak pagi-pagi buta. Tapi ternyata persiapannya tidak bisa segera. Lewat dari pukul 9 kami berangkat pulang.

Oleh-olehnya banyak. Yang terutama sih hasil pertanian, karena memang komoditas ini yang jadi andalan di kampung. Sayuran dan sedikit buah-buahan. Serta tak lupa kerupuk sanjai dan lain-lain makanan olahan berbahan ubi kayu.

Khusus untuk Hikari, dia mendapat kesempatan untuk memilih boneka dari koleksi Dita yang ada se-lemari banyaknya. Banyak banget. Dan entah kenapa yang dipilih Hikari adalah boneka Dora. Hihi. Dora yang sudah kumal. Bajunya pun sudah tak ada lagi. Mungkin itu yang paling keren menurut dia.

Berbeda dengan saat berangkat yang dilalui dengan mulus, perjalanan pulang diselingi insiden muntahnya Hikari setelah melewati kelok sembilan yang legendaris. Mungkin karena perjalanannya siang, jadi dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Tapi alhamdulillah setelah itu tidak ada lagi halangan yang berarti. Dan sampai di rumah menjelang jam 5 sore.

Liburan yang menyenangkan. :)



Hikari dan Kulkas Tanpa Kunci

Dalam hidup, katanya, selalu ada kompensasi yang harus ditanggung untuk setiap hal yang terjadi. Ada harga yang mau tak mau harus dibayar untuk 'kesenangan' yang kita nikmati.

Temans yang pernah baca manga Full Metal Alchemist atau nonton animenya pasti masih ingat kalau di situ berlaku prinsip pertukaran yang seimbang. Maksudnya untuk melakukan transmutasi kimia menciptakan benda tertentu diperlukan "bahan baku" tertentu yang jumlahnya setara. 

Mmm... Pembukaannya terlalu keren nih. Haha.. Bikin bingung ya... Kalau gitu, mohon abaikan saja deh. Karena saya juga jadi susah mau menghubungkannya dengan cerita yang akan saya tuliskan.

Begini..

Sejak bisa berjalan dan berlari dengan baik dan benar, Hikari mulai tertarik dengan kulkas. Kulkas di rumah kami itu kulkas kecil, satu pintu. Jadi tidak terlalu tinggi. Tak butuh waktu lama Hikari pun bisa menjangkau pegangan kulkas itu dengan tangannya. Tapi meski begitu, awalnya dia belum bisa membukanya. Lalu umminya mengajari dia cara membuka dan menutup kulkas itu.

Awalnya tak ada masalah dengan kepandaian barunya itu. Justru lumayan berguna karena kadang Umminya jadi bisa minta tolong diambilkan sesuatu dari kulkas jika sedang memasak di dapur. Menyenangkan dan membanggakan melihat dia bisa melaksanakan perintah-perintah sederhana itu.

Tapi yang terjadi hari-hari berikutnya adalah hal yang lumayan merepotkan. Hikari menjadikan kulkas itu sebagai mainannya. Kulkas di rumah kami itu tidak ada kunci pengamannya, jadi dia bisa membukanya setiap saat.

Tiap sebentar buka kulkas..
Mengambil makanan atau minuman yang tersimpan, baik makanan yang siap makan atau bahan mentah seperti sayuran. Paling merepotkan saat dia mengambil batu es di dalam freezer lalu menjadikannya mainan di lantai yang tentu saja akan mengundang kemarahan umminya karena lantai jadi becek dan licin.
Memindah-mindahkan barang-barang yang ada. Dikeluarkan seluruhnya, lalu dimasukkannya lagi. Seolah-olah dia ingin menyusun ulang barang-barang itu.
Main-main dengan saklar lampunya.
Dan yang paling parah adalah dia menjadikan kulkas itu sebagai tempat untuk mendinginkan badan. Jadi dia buka pintu kulkas itu, lalu duduklah dia di tepi kulkas dan pintunya ditutupnya (walaupun tentu saja tidak akan bisa tertutup karena terhalang badannya). Duduklah dia berlama-lama di situ sampai kami bujuk atau tarik paksa untuk pindah.

Terpikir untuk memodifikasi pintu kulkas itu supaya bisa dikunci, tapi belum tau caranya bagaimana. Ada teman yang memberutahu kalau ada semacam alat yang bisa dijadikan kunci yang biasanya dijual di hipermarket besar di bagian barang-barang dari jepang, tapi kami belum ketemu alat yang dimaksud.

Jumat, 20 Mei 2011

Hikari Memanggil (Part 2)

Hikari masih sering bermain-main jika memanggil kami, abi dan umminya, seperti yang saya ceritakan sebelumnya di postingan yang ini. Tapi untuk orang lain, panggilannya sudah tetap.

Karena masih cadel, beberapa panggilannya terdengar lucu.
Ini dia daftar panggilan Hikari kepada orang-orang di sekitarnya selain kami (beberapa orang memiliki panggiln yang kadang berbeda, tergantung mood Hikari) :

Hoshi = Hoshi, Oshi, Shi, 
Adek = Adek, Dek
Nenek = Nenek
Atuk = Atuk
Mbah = Mbah
Bunda = Nda, Ada, Bunda
Ayah = Ayah
Uncu = Ucu
Andi = Adi
Oom = Oom, Oong
Tante = Ate
Pakde = Pakde
Bude = Bude, Ude
Mbak = Mbak
Sarah = Ayah
Nindi = Didi
Abang = Abang, Bang
Kakak = Kakak
Rangga = Aga
Atar = Atang
Awan = Awang
Farhan = Ha-hang
Intan = Itang
Salsa = Sasa
Dafa = Apa
Jeni = Eni
Ika = Ika
Adil = Ading
Dimas = Mas
Tante Nadya = Ate Yaya


Begitu lah. 

Hikari Yang Romantis

Hikari romantis sekali kemarin sore.

Di Pekanbaru sini, camilan tahu isi goreng umumnya diisi dengan mihun dengan sedikit campuran wortel. Ada juga yang isinya campuran sayuran semacam buncis, wortel dan toge. Tapi yang banyak ditemui adalah yang isinya mihun.

Hikari sendiri tidak terlalu suka makan mihun, jika benar-benar dalam bentuk mihun saja. Well, maksud saya kalau mihun itu diletakkan di piring lalu diberikan kepada Hikari, dia tidak akan antusias. Malah cenderung menolaknya.

Lain halnya dengan mihun di dalam tahu isi itu. Dia suka sekali. Berikan tahu isi kepada Hikari dan dia akan asyik duduk tenang memakan mihun di dalamnya sedikit demi sedikit sampai habis. :)

Hikari romantis sekali kemarin sore.

Sesampainya di rumah seperti biasa saya bermain-main dulu dengan Hikari dan Hoshi sebelum mandi. Kemarin itu, sedang asyiknya kami bermain, lewatlah Intan dengan mamanya. Intan ini teman Hikari berselisih beberapa hari usianya. Sepertinya dari belanja di warung depan, karena mamanya menjinjing kantong plastik.

Pas sekali ummi H2 ada sedikit keperluan dengan mamanya Intan. Mengobrollah mereka sebentar di depan rumah sementara Hikari sibuk menggoda Intan.

Selesai obrolan ibu-ibu, Hikari dapat 1 tahu isi dari mama Intan. Bersenandung kecil dia saat berjalan masuk ke dalam rumah lalu memberikan tahu itu kepada saya.

Saya gigit sekali dan isinya memang mihun. Saya berikan lagi kepada Hikari. Dia menerimanya lalu mulai memakan mihun di dalamnya. Imut sekali gayanya. Mihun itu diambil dengan jari telunjuk dan ibu jari. Sedikit demi sedikit.

Lalu tiba-tiba dia mengulurkan tangannya ke arah mulut saya.

"kakak ai uap abi", katanya.

Dengan senang hati saya menerimanya. Walaupun tak terasa di lidah karena hanya sedikit sekali mihun yang disuapkannya (ibu jari dan telunjuk), tapi tak terlukiskan perasaan senang di hati.

Dia mengulanginya lagi berkali-kali dengan selalu disertai kalimat "kakak Ai uap abi".

Sampe abi tua nanti suapinnya?
Ha?
Sampe tua nanti suapin abi?
Haa?
Sampe tua nanti suapin abi?
Iya.

Suapan itu terus berlanjut sampai mihunnya habis.

Hikari romantis sekali kemarin sore.

Rabu, 04 Mei 2011

Balita Pantang Dipuji

Di Pekanbaru sini, berlaku semacam pamali di kalangan ibu-ibu tentang anak bayi dan balita. Yah di mana-mana juga pasti ada pamali sih, tergantung kearifan lokal masing-masing daerah. Tapi berhubung kami lama menetap di sini dan secara kebetulan sering mengalami, maka tak ada salahnya kan saya ceritakan yang satu ini. :)

Jadi begini, pamali ini berkaitan dengan berat badan anak bayi atau balita. Tak boleh memuji bayi atau balita langsung di depan mereka karena si bayi atau balita akan sakit dibuatnya. Jadi kalau sedang punya bayi atau balita, jangan kaget kalau ibu-ibu lain justru akan memburuk-burukkan mereka.

Tapi memburuk-burukkannya bukan dengan benci ya. Tetap ekspresinya senang dan gemas. Cuma kata-katanya aja yang nggak sesuai.

Ondeh buruak bana pipinyo. 
Buruak bana badannyo.

Begitulah kira-kira ucapan yang terlontar (dalam bahasa minang karena mayoritas penduduk pekanbaru adalah etnis ini), sambil memandang kagum ke arah si bayi yang montok. Atau sambil membelai-belai pipinya yang gembul dengan gemas. Atau sambil menciuminya dengan sayang.

Tak diketahui jelas bagaimana dulu awalnya bisa muncul pamali semacam ini. Tapi ibu-ibu di sini percaya kalau bayi atau balita dipuji-puji berat badannya, tak lama kemudian mereka akan demam dan menyusut beratnya.

Hikari lah salah satu contoh nyata yang sering jadi 'korban' dari pamali ini. Secara kebetulan kata-kata pujian yang ditujukan kepadanya benar-benar membuatnya demam dan alhasil menurunkan lagi berat badannya. Jika berat badannya naik dan hal itu terlihat dari pipinya yang menggembul dan kulitnya yang mengencang, lalu ada orang yang memujinya, entah bagaimana tak lama kemudian pamali itu bekerja padanya. Demam lalu susut lagi beratnya.

Tak cuma sekali dua kali Hikari mengalami hal itu, tapi berkali-kali.

Saat pergi ke dokter/bidan untuk imunisasi Hoshi, lalu sekalian Hikari ditimbang dan timbangannya naik, keluar pujian. Demam.
Saat sedang digendong neneknya dan terasa lebih berat dari biasanya, dipuji. Demam.
Saat sedang berganti baju dan terasa sempit, dipuji. Demam.

Tapi memang susah menahan diri untuk tidak memuji. Sering kali ucapan itu keluar spontan begitu saja tanpa sadar akibatnya kepada Hikari.

Begitulah. Aneh tapi nyata. Apakah Hikari sebenarnya juga seperti wanita dewasa pada umumnya yang langsung gelisah jika berat badannya naik? Lalu dia berusaha diet untuk menurunkan berat badannya? Entahlah.

Syukurlah Hoshi tidak sensitif dengan pamali ini seperti kakaknya. Dipuji berkali-kali pun tetap montok saja badannya. :)