Jumat, 20 Mei 2011

Hikari Memanggil (Part 2)

Hikari masih sering bermain-main jika memanggil kami, abi dan umminya, seperti yang saya ceritakan sebelumnya di postingan yang ini. Tapi untuk orang lain, panggilannya sudah tetap.

Karena masih cadel, beberapa panggilannya terdengar lucu.
Ini dia daftar panggilan Hikari kepada orang-orang di sekitarnya selain kami (beberapa orang memiliki panggiln yang kadang berbeda, tergantung mood Hikari) :

Hoshi = Hoshi, Oshi, Shi, 
Adek = Adek, Dek
Nenek = Nenek
Atuk = Atuk
Mbah = Mbah
Bunda = Nda, Ada, Bunda
Ayah = Ayah
Uncu = Ucu
Andi = Adi
Oom = Oom, Oong
Tante = Ate
Pakde = Pakde
Bude = Bude, Ude
Mbak = Mbak
Sarah = Ayah
Nindi = Didi
Abang = Abang, Bang
Kakak = Kakak
Rangga = Aga
Atar = Atang
Awan = Awang
Farhan = Ha-hang
Intan = Itang
Salsa = Sasa
Dafa = Apa
Jeni = Eni
Ika = Ika
Adil = Ading
Dimas = Mas
Tante Nadya = Ate Yaya


Begitu lah. 

Hikari Yang Romantis

Hikari romantis sekali kemarin sore.

Di Pekanbaru sini, camilan tahu isi goreng umumnya diisi dengan mihun dengan sedikit campuran wortel. Ada juga yang isinya campuran sayuran semacam buncis, wortel dan toge. Tapi yang banyak ditemui adalah yang isinya mihun.

Hikari sendiri tidak terlalu suka makan mihun, jika benar-benar dalam bentuk mihun saja. Well, maksud saya kalau mihun itu diletakkan di piring lalu diberikan kepada Hikari, dia tidak akan antusias. Malah cenderung menolaknya.

Lain halnya dengan mihun di dalam tahu isi itu. Dia suka sekali. Berikan tahu isi kepada Hikari dan dia akan asyik duduk tenang memakan mihun di dalamnya sedikit demi sedikit sampai habis. :)

Hikari romantis sekali kemarin sore.

Sesampainya di rumah seperti biasa saya bermain-main dulu dengan Hikari dan Hoshi sebelum mandi. Kemarin itu, sedang asyiknya kami bermain, lewatlah Intan dengan mamanya. Intan ini teman Hikari berselisih beberapa hari usianya. Sepertinya dari belanja di warung depan, karena mamanya menjinjing kantong plastik.

Pas sekali ummi H2 ada sedikit keperluan dengan mamanya Intan. Mengobrollah mereka sebentar di depan rumah sementara Hikari sibuk menggoda Intan.

Selesai obrolan ibu-ibu, Hikari dapat 1 tahu isi dari mama Intan. Bersenandung kecil dia saat berjalan masuk ke dalam rumah lalu memberikan tahu itu kepada saya.

Saya gigit sekali dan isinya memang mihun. Saya berikan lagi kepada Hikari. Dia menerimanya lalu mulai memakan mihun di dalamnya. Imut sekali gayanya. Mihun itu diambil dengan jari telunjuk dan ibu jari. Sedikit demi sedikit.

Lalu tiba-tiba dia mengulurkan tangannya ke arah mulut saya.

"kakak ai uap abi", katanya.

Dengan senang hati saya menerimanya. Walaupun tak terasa di lidah karena hanya sedikit sekali mihun yang disuapkannya (ibu jari dan telunjuk), tapi tak terlukiskan perasaan senang di hati.

Dia mengulanginya lagi berkali-kali dengan selalu disertai kalimat "kakak Ai uap abi".

Sampe abi tua nanti suapinnya?
Ha?
Sampe tua nanti suapin abi?
Haa?
Sampe tua nanti suapin abi?
Iya.

Suapan itu terus berlanjut sampai mihunnya habis.

Hikari romantis sekali kemarin sore.

Rabu, 04 Mei 2011

Balita Pantang Dipuji

Di Pekanbaru sini, berlaku semacam pamali di kalangan ibu-ibu tentang anak bayi dan balita. Yah di mana-mana juga pasti ada pamali sih, tergantung kearifan lokal masing-masing daerah. Tapi berhubung kami lama menetap di sini dan secara kebetulan sering mengalami, maka tak ada salahnya kan saya ceritakan yang satu ini. :)

Jadi begini, pamali ini berkaitan dengan berat badan anak bayi atau balita. Tak boleh memuji bayi atau balita langsung di depan mereka karena si bayi atau balita akan sakit dibuatnya. Jadi kalau sedang punya bayi atau balita, jangan kaget kalau ibu-ibu lain justru akan memburuk-burukkan mereka.

Tapi memburuk-burukkannya bukan dengan benci ya. Tetap ekspresinya senang dan gemas. Cuma kata-katanya aja yang nggak sesuai.

Ondeh buruak bana pipinyo. 
Buruak bana badannyo.

Begitulah kira-kira ucapan yang terlontar (dalam bahasa minang karena mayoritas penduduk pekanbaru adalah etnis ini), sambil memandang kagum ke arah si bayi yang montok. Atau sambil membelai-belai pipinya yang gembul dengan gemas. Atau sambil menciuminya dengan sayang.

Tak diketahui jelas bagaimana dulu awalnya bisa muncul pamali semacam ini. Tapi ibu-ibu di sini percaya kalau bayi atau balita dipuji-puji berat badannya, tak lama kemudian mereka akan demam dan menyusut beratnya.

Hikari lah salah satu contoh nyata yang sering jadi 'korban' dari pamali ini. Secara kebetulan kata-kata pujian yang ditujukan kepadanya benar-benar membuatnya demam dan alhasil menurunkan lagi berat badannya. Jika berat badannya naik dan hal itu terlihat dari pipinya yang menggembul dan kulitnya yang mengencang, lalu ada orang yang memujinya, entah bagaimana tak lama kemudian pamali itu bekerja padanya. Demam lalu susut lagi beratnya.

Tak cuma sekali dua kali Hikari mengalami hal itu, tapi berkali-kali.

Saat pergi ke dokter/bidan untuk imunisasi Hoshi, lalu sekalian Hikari ditimbang dan timbangannya naik, keluar pujian. Demam.
Saat sedang digendong neneknya dan terasa lebih berat dari biasanya, dipuji. Demam.
Saat sedang berganti baju dan terasa sempit, dipuji. Demam.

Tapi memang susah menahan diri untuk tidak memuji. Sering kali ucapan itu keluar spontan begitu saja tanpa sadar akibatnya kepada Hikari.

Begitulah. Aneh tapi nyata. Apakah Hikari sebenarnya juga seperti wanita dewasa pada umumnya yang langsung gelisah jika berat badannya naik? Lalu dia berusaha diet untuk menurunkan berat badannya? Entahlah.

Syukurlah Hoshi tidak sensitif dengan pamali ini seperti kakaknya. Dipuji berkali-kali pun tetap montok saja badannya. :)

Senin, 02 Mei 2011

Hikari NAN dan Lactogen Gold

Akhirnya bisa juga menyelesaikan pekerjaan itu sebelum jatuh tempo. Bersyukur karena Allah masih memudahkan urusan hingga tidak sampai menimbulkan hal-hal yang lebih menegangkan. 

Ada kesalahan dalam pengaturan jadwal dan penentuan skala prioritas. Tapi tak ingin menyalahkan siapa-siapa, karena tak ada gunanya juga. Dan bisa dibilang penyebab terbesarnya karena saya yang terlena dengan berpikir bahwa satu bulan itu adalah waktu yang lama, tapi ternyata tidak. Yang penting sekarang bisa mengambil nafas lagi dan istirahat sejenak walaupun deadline yang lain sudah menanti.

Hikari sudah resmi ganti susu. Kejadiannya bukan disengaja, tapi karena terpaksa karena kami salah mengecek persediaan susunya.

Hari itu Selasa, 22 Maret 2011.
Sesaat setelah azan maghrib lewat, Hikari, Hoshi dan Umminya sudah di dalam kamar. Ini memang sudah waktunya Hoshi tidur. Sementara Hikari biasanya masih bersemangat main di luar dengan saya. Tapi tumben dia sudah ikut masuk kamar dan ikutan tidur.

Saya di luar saja, tidur-tiduran malas di ruang depan. Kenapa tak ikut di dalam kamar? Karena Hoshi biasanya butuh konsentrasi penuh jika sedang menyusu untuk tidur. Jika saya ada di dalam kamar, dia akan menengok-nengok ke saya terus dan tidak jadi tidur. Pokoknya momen khusus antara Hoshi dengan umminya deh, nggak boleh ada abi. :)

Saat sedang malas-malasan itu, sekilas teringat susu Hikari. Rasanya sudah habis, tinggal tersisa yang di dalam wadah yang sudah terbuka itu. Meragu, tapi saya malas berdiri untuk mengecek seberapa banyak sisanya. Dan sekilas juga terlihat oleh saya masih ada satu kotak susu di bawah tempat dispenser air minum. Rasanya pengen sekali memastikan, tapi entah kenapa malam itu rasanya nyaman sekali berbaring dan malas untuk bangkit berdiri. Mengkonfirmasi kepada istri juga tak mungkin, apalagi sampai masuk kamar dan bertanya langsung.

Nanti saja, akhirnya pikiran saya mendapat pembenaran. Toh biasanya istri juga akan keluar dari kamar segera setalah Hoshi selesai menyusu. Maka kemudian saya tunda saja rasa penasaran itu hingga akhirnya ketiduran.

Terbangun dengan gelisah menjelang pukul setengah sepuluh. Itu artinya istri juga ketiduran. Karena jika tidak, dia pasti akan membangunkan saya untuk makan malam. Mungkin kecapekan seharian tadi mengurusi kedua anaknya. Sesaat lupa dengan urusan susu Hikari karena kelaparan. Lalu dilanjutkan dengan memasukkan motor ke dalam rumah dan mengunci pagar.

Tak lama terdengar rengekan Hikari. Sudah pukul sepuluh. Waktunya Hikari minum susu. Dan saat membuatkan susu untuknya itu lah baru ketauan kalau susu yang di dalam wadah tinggal tersisa untuk dua atau tiga kali minum. Tak akan cukup sampai pagi. Dan kotak yang saya lihat di bawah dispenser itu ternyata kotak kosong.

Istri masih tertidur dengan nyenyaknya. Saya memberikan susu ke Hikari yang meminumnya tanpa membuka mata. Menyesali dalam hati kenapa sore menuruti rasa malas. Dan berpikir-pikir kebingungan akan mencari susu kemana di malam selarut ini.

Bersamaan dengan selesainya Hikari meminum habis susunya, istri terbangun. Setengah sadar dia menjawab saat saya tanya. Lalu beberapa detik kemudian ekspresi wajahnya langsung serius. "Masa iya habis? Kan masih ada sekotak?" Ah, ternyata dia pun tertipu kotak kosong itu.

Motor yang sudah dimasukkan pun dikeluarkan lagi. Di mana hendak dicari NAN 3 yang legendaris itu ya? Seperti kita ketahui bersama, tidak mudah menemukan Nestle NAN 3 di Pekanbaru. Hanya ada di beberapa toko saja, dan stoknya tidak pernah banyak.

Setengah sebelas malam.

Di Pasar Buah 88 selalu ada tapi pasti sudah tutup sejak tadi. Toko-toko di Sudirman pun kemungkinan besar sudah tutup, apalagi jarak dari rumah pun tidak dekat. Minimarket 999 tutup pukul sepuluh juga. Di mana lagi? Minimarket langganan di dekat kampus Universitas Riau pun sudah tutup.

"klo gk ada nan beli lactogen gold aja mw kk. hati2 djalan."

Pesan masuk dari istri setelah berkeliling tanpa hasil. Bisa pas banget, saya juga baru saja memikirkan hal yang sama. Minimarket dekat lampu merah situ masih buka dan untunglah Lactogen Gold 3 tersedia. Beli yang kemasan kecil aja, yang penting cukup sampai besok siang. 

Yang paling merepotkan dari Nestle NAN 3 adalah (sekali lagi) susah didapat. Kalau soal harganya, masih bisalah diusahakan. Masih bisa diambilkan dari pos-pos pengeluaran yang lain. Apa sih yang nggak buat anak? Tapi kalo harganya relatif mahal dan susah didapat, ini sungguh kombinasi yang bikin sakit kepala.

Tak terhitung berapa banyak susu formula merk lain yang lebih mudah didapat yang kami cobakan ke Hikari. Tapi semuanya ditolak. Baru dicoba langsung dicampakkan itu botolnya. Yang terakhir kami coba ya Nestle Lactogen itu. Hikari mau minum walaupun tak sesemangat jika disodorkan NAN. Tapi jadilah. Komposisinya juga serupa. Yang membedakan adalah harganya yang nyaris 2 kali lipat. Mungkin karena NAN adalah produk impor buatan Filipina.

Sampai pagi harinya tak ada komplain dari Hikari tentang susunya. Rencananya siang hari di jam istirahat, kami baru akan pergi membelikannya susu yang biasa. Tapi siang harinya saat saya di kantor, istri mengirim pesan.

"Kta kk susunya gk enak tp abs jg udh 2x tp 125cc. Hime bla bla bla...."

Dan setelah Lactogen kemasan kecil yang saya beli malam itu habis, kami berspekulasi dengan membelikannya lagi susu yang sama, bukan NAN 3 seperti biasa. Syukurlah Hikari mau. Kadang kala masih terdengar juga dia komplain berkata "Ndak Enak", tapi selalu dihabiskannya juga.

Maka begitulah cerita Hikari berganti susu. :)