Kamis, 15 September 2011

Hikari Main Sambung Kata

Katanya balita dan anak kecil itu rasa ingin taunya luar biasa. Segala hal ditanyakan. Makanya katanya orang tua dituntut punya kesabaran ekstra dalam menghadapinya. 
Juga mesti mempunyai kemampuan yang cukup untuk menjelaskan segala hal yang ditanyakan oleh anaknya dengan cara yang mudah dimengerti, walaupun mungkin akan terjadi banyak pengulangan yang bisa jadi membosankan dan bikin males.
Tapi katanya (banyak bener ya pake katanya) kita tidak akan pernah tau tingkat kerepotannya sampai mengalaminya sendiri secara langsung.

Hikari mulai maju ke fase ini. Ada-ada saja yang ditanyakan. Tak pernah habis rasa ingin taunya. Dan repotnya makin bertambah karena jawaban kami atas pertanyaannya terhadap sesuatu akan menimbulkan pertanyaan baru yang tak kalah ajaibnya.
Hobinya yang terbaru adalah "main sambung kata". Aturan dari permainan ini sederhana; Hikari bertanya-Kami menjawab dengan pengulangan tak terhingga dan tak tentu arahnya.

Apa itu Bi?
Daging
Daging apa?
Daging kambing
Kambing apa?
Kambing makan
Kambing makan apa?
Rumput
Makan rumput apa?
Hijau
Rumput Hijau apa?
Hijau daun
Hijau Daun apa?
Pintu.
...................

Dialog itu bisa semakin panjang sesuai kemampuan saya bertahan melanjutkan jawaban atas pertanyaannya. Bisa juga segera berhenti saat saya mengalihkan perhatiannya pada hal lain, atau saya membuka topik baru yang berbeda (tapi dengan kemungkinan topik baru itu akan menjadi panjang seperti sebelumnya).

Begitu lah. :)

Rabu, 14 September 2011

Hoshi dan Tata

Hoshi sudah mulai belajar bicara. Sebelum pandai berjalan malah. Satu dua kata sudah terucap dari mulutnya. Tidak sempurna memang, tapi sudah bisa ditangkap dan dimengerti apa maksudnya.

Jika kata-kata awal yang diucapkan Hikari dulu adalah panggilannya kepada abi dan umminya, lain halnya dengan Hoshi. Kata pertama yang lancar dan jelas diucapkannya adalah panggilannya kepada Hikari.

Kakak. Yang oleh lidah Hoshi dilafalkan sebagai TATA.
Cara pengucapannya selalu khas, mesra dan istimewa. Penuh sayang dan cinta. 
Jika sedang bermain-main di kamar atau tempat tidur, TATA itu diucapkannya dengan lembut dan nada biasa yang seolahmengajak bercerita. Saat Hikari dalam posisi yang agak jauh dari dia, TATA ini diucapkan dengan nada yang melengking dengan bunyi A yang panjang di bagian belakang.
Lucu sekali.

Senin, 12 September 2011

H2 dan Kuku Abinya

Hikari dan Hoshi itu akrab sekali. Keliatan sekali sayangnya satu sama lain. Walaupun selalu berebut mainan, walaupun satu sama lain sering tidak ada yang mau mengalah, tapi terbaca dengan jelas aura cinta di antara mereka. Hihi.

Jika ada orang baru yang menyapa Hoshi, Hikari akan dengan segera mengambil posisi di antara Hoshi dan orang tersebut, lalu memegang (atau sekedar menyentuh) Hoshi kemudian menghadap ke orang tersebut sambil berkata "Adek Kakak Ai ni"

Beberapa bulan yang lalu ada fase di mana Hoshi hobi banget mencakar Hikari, entah kenapa. Sering secara tiba-tiba tangannya mencakar wajah Hikari yang ada di dekatnya, tanpa sebab apa pun. Padahal baik Hoshi maupun Hikari mewarisi jenis kuku yang keras dan tajam seperti kuku saya. Maka tak heran saat itu wajah Hikari memiliki beberapa luka kecil bekas cakaran Hoshi. 

Tapi Hikari tak pernah marah. Juga tidak mengeluh apalagi membalas. Dia seperti tahu posisinya sebagai Kakak, atau mungkin mereka berdua hanya bercanda dan orang dewasa tidak mengerti?
Paling banter, kalau kami ada di dekat mereka dan mungkin cakaran itu sakit sekali, Hikari mengadu kepada kami sambil memegangi wajahnya di tempat cakaran Hoshi. Dan obatnya pun gampang, cukup dipeluk sebentar lalu ditiup mukanya. Selesai dan bermain kembali. Pintar.

Saat tidur pun mereka saling mencari. Jika dibiarkan tidur berdua, sering kali mereka akan berguling mendekat satu sama lain hingga posisinya berhimpitan. 

Rukun selalu ya Nak.. Sampai tua..

Hoshi Jarang Di-Tatah

Hoshi sudah 14 bulan usianya. Alhamdulillah sudah lancar berjalan. Sejak genap setahun sih sebenarnya sudah mulai berdiri sendiri dan semakin mahir sejak puasa kemarin.

Si pipi merah muda ini luar biasa lho. Dia belajar berdiri dan berjalan dengan sendirinya, padahal hanya sesekali saja kami mengajarinya.

Berbeda dengan Hikari dulu yang setiap pagi di-tatah (itu lho dipegangi kedua tangannya trus diikuti jalan pelan-pelan... apa ya bahasa indonesia bakunya?) oleh pengasuhnya dari usia 10 bulanan sampai bisa berjalan sendiri, Hoshi melakukannya nyaris tanpa bantuan. Tidak setiap pagi kami tatah, sesekali saja. Malah kalau jalan-jalan pagi bertiga seringnya saya gendong saja karena saya juga harus mengimbangi Hikari yang berlarian ke sana-kemari.

Hobinya sejak dulu mengekor kemana Hikari pergi. Dari sejak masih ngesot, sampe merangkak trus merayap di dinding dia terus mengejar Hikari. Apalagi sekarang sejak lancar berjalan, kemana pun dikejar.

Alhamdulillah. :)

Hikari dan AKU

Hikari mulai sering menggunakan kata AKU untuk menyebut dirinya. Padahal kami tidak pernah membiasakan sebutan itu di rumah. 

Dulu sebelum punya adik, panggilan kami kepadanya adalah HIKARI, sesuai namanya. Lalu saat dia mulai belajar bicara, sebutannya untuk diri sendiri adalah AI (karena cadelnya). Lalu setelah Hoshi lahir, kami memanggilnya dengan sebutan KAKAK dan dia menyempurnakannya dengan sebutan KAKAK AI untuk dirinya sendiri.

Penyebutan KAKAK AI ini bertahan sampai sekarang. Tapi beberapa hari belakangan ini, mulai sering terdengar dia memakai kata AKU. Entah itu untuk berkomunikasi dengan kami atau adiknya, maupun saat dia mengoceh sendiri.

Dari mana belajarnya?

Dugaan kami yang pertama adalah teman-teman dan saudara di sekitarnya.
Teman mainnya; Jeni, Ika, Gilang, Eci, semuanya menyebut diri meraka masing-masing dengan AKU. Mungkin dari mereka dia belajar. Lalu lebaran kemarin saat kami pulang ke lampung, sepupu-sepupu dan oom-oomnya yang masih kecil; Noval, Candra, Risma, juga menggunakan kata AKU. Mungkin dari mereka dia meniru.

Dan tebakan saya yang kedua adalah dari lagu-lagu anak-anak yang didengarnya setiap hari di mobil. Bisa jadi. Karena Hikari sudah bisa memilih lagu mana yang ingin dia dengarkan. Tidak pernah mau saat saya memutarkan lagu-lagu dewasa karena memang sejak dia bayi rumah kami terbiasa sepi saja tanpa musik. 
Koleksi kaset kami pun sampai saat ini cuma 4; GIGI(Raihlah Kemenangan), Haddad Alwi (Rindu Muhammadku), Rayhan (Senyum) dan Koleksi lagu anak-anak sepanjang masa. Itu saja yang kami putar berulang-ulang jika sedang dalam perjalanan ke suatu tempat.
Favoritnya saat ini adalah koleksi lagu anak-anak itu. Mungkin dari lagu-lagu itu dia menemukan kata AKU.

Cerita Indomie kami

Sekedar menuliskan kembali cerita lama, karena sekarang sedang rame iklan cerita indomie. Teman-teman di facebook mungkin sudah membacanya di status saya.

1.
Lewat tengah malam, istri sudah tertidur lelap bersama H2.
Rasanya kok lapar, tapi lauk di meja makan sudah habis. Cari-cari dapatlah Indomie.
Dulu terbiasa memasak indomie sendiri, tapi sejak menikah saya jadi manja karena ada istri yang memasakkan. Tapi tak mungkin juga membangunkannya dari tidur cuma untuk sebungkus indomie.
Masaklah sendiri.
Pas dimakan, kok rasanya ada yang kurang. Nggak seenak kalo istri yang masak, kayak hambar. Ah, tapi dimakan juga sampe habis. Mungkin karena lapar.
Ke dapur narok mangkok kotor, tak sengaja nengok ke arah bungkus indomie yang masih terserak di dekat kompor. Lho.. ternyata bumbunya masih utuh, belum dimasukkan. Haha..pantesan aja hambar.

2.
Suatu siang saat sedang bersantai-santai, istri tiba-tiba minta dimasakkan indomie. Kangen katanya pengen makan masakan suami.
Baiklah, ambil sebungkus indomie dan segera ke dapur.
Masak sebentar dan siap dihidangkan.
Pas dikasih ke istri..
"Lho suami, ini kan mi goreng kenapa berkuah gini?"
Eh?
Balik ke dapur lagi nengok bungkusnya. Dan ternyata memang mi goreng. Hahaha. Saking semangatnya sampe nggak periksa-periksa lagi.
Tapi tetap dimakan juga sama si istri.