Kamis, 20 Oktober 2011

H2 dan Khitan

Hikari dikhitan saat usianya dua bulanan. Di sini, biasanya anak perempuan langsung dikhitan sebelum usia satu bulan. Lalu kenapa Hikari dua bulan? Hikari lahir prematur, dan neneknya bilang kasihan kalau langsung dikhitan. Karena memang Hikari terlihat sangat rapuh saat itu. Dia lahir saat usia kehamilan umminya baru 8 bulan.

Neneknya yg mengkhitan. Saya tidak menyaksikannya dan juga tidak ingat lagi kapan tanggal pastinya. Yang saya ingat adalah saat itu hari kerja dan saya sedang di kantor. Jadi hanya dengar ceritanya saja dari istri bahwa Hikari sudah dikhitan. Alhamdulillah.

Khitan bagi wanita masih menjadi perdebatan banyak kalangan. Sebagian besar dokter saat ini tidak mau lagi mengkhitan anak perempuan dengan alasan kesehatan dan sebagainya. Sementara para alim ulama pun berbeda pendapat karena riwayat hadits seputar khitan wanita ini dipermasalahkan kekuatannya.

Lalu bagaimana?

Untuk yg alasan kesehatan kami kesampingkan saja. Karena toh sejak dulu orang tua orang tua kita sudah melakukannya dan menurut saya tidak ada data yang pasti tentang akibat buruk khitan perempuan bagi kesehatan mereka. Apakah sudah pernah ada penelitian yg melibatkan sekian orang wanita, sebagian dikhitan dan sebagian tidak, dari sejak balita hingga wanita-wanita itu dewasa dan diperiksa kesehatannya? Kayaknya nggak pernah. Atau ada?

Dan untuk bagian perselisihan pendapat di kalangan ulama itu, kami tentu saja tidak bisa memutuskan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Perlu pencerahan dari orang-orang yang lebih mengerti dan bijaksana untuk mengambil sikap. Makanya setelah membaca di sana dan di sini, bertanya ke sana kemari, kami memutuskan untuk mengkhitan kedua anak gadis kami. Dalil dan haditsnya tidak perlu ya saya jelaskan di sini, banyak kok pembahasannya, tinggal search di google saja.

Saat mengkhitan Hikari, Nenek tidak punya keraguan sedikitpun. Langsung mengiyakan saat kami memintanya. Tapi keadaan jadi agak berbeda dengan Hoshi. Entah kenapa Nenek sepertinya ogah-ogahan dan terkesan mengulur waktu.

Beberapa kali beliau mengatakan bahwa dokter-dokter di RSUD saat ini sudah tidak ada lagi yang mau mengkhitan anak perempuan. Pernyataan ini seolah ingin meyakinkan kami untuk tidak mengkhitan Hoshi. Mungkin ini perasaan kami saja, tapi memang akhirnya khitan terhadap Hoshi selalu tertunda.

Selain karena Nenek yang selalu bilang "nantiklah bulan depan aja" juga karena kami -entah bagaimana- seringkali lupa 'menagih' ke Nenek di bulan depannya itu. Dan saat kami ingat, Hoshi secara kebetulan sedang tidak terlalu sehat, demam atau flu. Hingga usianya setahun Hoshi belum juga dikhitan.

Kami mulai khawatir. Dengan usianya yang sekarang, bagaimana reaksi Hoshi nantinya? Saya coba bertanya di forum internal. Ternyata ada yang anak perempuannya baru dikhitan di usia 7 bulan dan tidak apa-apa, tidak rewel dan sakit. Akhirnya lebaran yang lalu kami memutuskan kalau Nenek tetap tak mau, akan kami bawa saja ke bidan lain.

Tapi ternyata Nenek bersedia, walaupun tetap sambil berkata dokter sekarang tidak ada yang mau mengkhitan anak perempuan.

Peristiwa bersejarahnya adalah tanggal 7 Oktober yang lalu. Hari jumat siang saat saya sedang istirahat setelah sholat jumat. Dan ternyata prosesnya secepat kilat. Padahal saya tak berani melihat. :(

Alhamdulillah setelahnya tidak terjadi hal yang mengkhawatirkan. Tidak rewel dan tidak nampak kesakitan. Diapakan sih? Kata umminya cuma digores sedikit saja, tidak ada yang dibuang atau digunting.

Tidak dipestakan seperti khitan anak laki-laki? Hoo.. soal pesta nanti saja kalau mereka menikah. :)

Jumat, 14 Oktober 2011

Hikari dan Downgrade

Hikari sepertinya men-downgrade kemampuannya sendiri.

Sekarang sering kali kami dibuat kesal karena dia selalu menjerit-jerit saat meminta sesuatu. Padahal dulu dia bisa memintanya dengan baik. Sekarang hobi banget teriak. Apalagi jika tidak langsung dipenuhi, teriak sekuat-kuatnya. Dan timing-nya meminta itu sering kali bertepatan dengan saat kami sedang melakukan sesuatu. Misalnya saat umminya sedang menyusui Hoshi, atau sedang memasak yang tidak bisa ditinggal.

Sekarang pergi berbelanja adalah hal yang juga cukup merepotkan. Kenapa? Karena Hikari selalu minta gendong. Padahal Hoshi juga masih harus digendong. Apalagi kalau tempat belanjanya pas yang sedang ramai, tak mungkin Hoshi diturunkan.

Dulu biasanya jika berbelanja, saya menggendong Hoshi sambil menggandeng Hikari. Jadi umminya bisa leluasa memilih belanjaan. Atau jika belanjanya di supermarket atau hipermarket, saya menggendong Hoshi sambil mendorong trolly yang didalamnya duduk manis Hikari bersama dengan belanjaan.

Sekarang, baru turun dari mobil saja dia sudah heboh merengek-rengek minta gendong, yang kalau tidak dituruti akan merajuk lalu jongkok atau duduk sambil menangis. Kalau sudah begitu, Hoshi langsung berpindah ke ummi dan saya menggendong Hikari. Lalu selama belanja, tak pernah mau diturunkan barang sebentar.

Ini mengesalkan tapi juga membingungkan.
Kenapa Hikari jadi semakin manja? Kenapa dia akhirnya menjadi sering tidak mau mandiri? Kalau masalah perhatian, rasanya tidak pernah berkurang.

Atau downgrade atas sikapnya ini sebenarnya adalah salah satu bentuk kepintarannya dalam mencari cara agar mendapat perhatian lebih? Berarti mestinya disebut upgrade, karena dengan begitu berarti mulai kelihatan perkembangan logika berpikirnya?


Kamis, 13 Oktober 2011

H2 dan Kedip Mata

Hoshi sudah pandai mengedipkan mata untuk bermain-main.  Maksudnya bukan yang mengedipkan mata karena refleks dan nggak sengaja. Kalo itu sih setiap balita juga udah bisa dari sejak usia beberapa bulan. Tapi ini mengedipkan mata saat disuruh.

Kedip mata, Dek. 

Lucu sekali caranya dia mengedipkan mata. Benar-benar yang menutup mata rapat-rapat, lalu tersenyum manis menggoda. Tak bosan-bosan memintanya melakukan itu.

Lain Hoshi, lain pula Hikari.

Kebiasaannya yang paling baru adalah mengedipkan mata saat dimarahi umminya. Jadi, jika umminya marah dan mengomelinya, Hikari akan berdiri diam mematung menatap umminya  dengan mata mengedip-ngedip. 

Mungkin dia ingin meniru adeknya agar tak dimarahi. Karena kami selalu tertawa-tawa jika Hoshi bermain kedip mata. Mungkin dia berharap jika dia mengedipkan mata, umminya juga akan tertawa seperti mentertawakan Hoshi. Mungkin.

Rabu, 12 Oktober 2011

Akting Hoshi

Hoshi semakin menunjukkan sikap yang tak mau kalah dari kakaknya.

Jika Hikari kesakitan karena sesuatu, misalnya kesandung atau hal lainnya, selalu saya akan langsung memeluknya untuk menenangkan. Lalu bertanya bagian mana yang sakit. Selanjutnya meniup-niup bagian yang ditunjukkannya. Dan setelah itu, jika sakitnya biasa saja, biasanya Hikari akan langsung tenang dan tak menangis lagi.

Nah saat saya sedang menenangkan Hikari itulah Hoshi 'beraksi'.
Dia juga tak mau kalah. Hoshi akan langsung terduduk lalu memegang kaki atau tangannya. Lalu pasang wajah memelas dan merengek sambil memandang iba ke arah saya yang sedang memeluk Hikari. Mulutnya mengucap sakit dengan terbata-bata minta dipeluk juga.

Lucu.
Dan dia akan terus seperti itu sampai saya memperlakukannya seperti Hikari. Ditanya mana yang sakit lalu ditiu-tiup. Akting dibalas aktinglah jadinya.

Kamis, 06 Oktober 2011

Kaos DJP


versi 1.




versi 2.


Minggu, 02 Oktober 2011

Modal Jadi Ninja

Baiklah, mau ngomongin hal selain H2. Hihi.

Ini tentang Ninja. Orang-orang dengan kemampuan luar biasa yang punya seribu satu macam cerita. Tau ninja sih udah dari dulu, dari kecil. Suka maen ninja-ninjaan pake sarung yang diikatkan di kepala sedemikian rupa dan cuma nampak mata. Biasanya maennya malem di masjid pas lagi ngaji. Atau di halaman rumah pas terang bulan.

Ada pertanyaan besar yang tiba-tiba muncul saat saya mulai baca Naruto. Ini berkaitan dengan senjata lempar yang mereka pakai; Shuriken dan Kunai.

Jadi begini. Saat bertarung, ninja itu melempar shuriken atau kunai ke musuhnnya. Bisa kena bisa juga meleset. Nah selesai bertarung, kalau si ninja itu menang atau selamat, apakah senjata-senjata yang dilemparkannya itu tadi dipungut lagi? atau dibiarkan saja?

Well kalau dipungut lagi, pasti repot ya. Mesti kembali ke tempat kejadian dan nyari-nyari. Kalo duelnya di tempat yang bersih semacam gedung olahraga sih gampang, lha kalo duelnya di hutan? Pasti ada aja yang hilang dan nggak ketemu.

Atau senjata-senjata itu ditinggalkan saja? Wah kalao memang begitu, besar juga ya pengeluaran untuk setiap kali pertarungan. Apakah memang ada toko khusus di jaman dulu yang menjual shuriken dan kunai? Tapi memngingat mereka adalah organisasi rahasia, kecil kemungkinan ada toko semacam itu. Atau mereka membuat dan menempa sendiri?
Di Forum Jual Beli Kaskus, ada yang menjual Kunai dan Shuriken. 
Harganya ternyata lumayan terjangkau.
Satu set Kunai (isi 3 atau 6 pisau) harganya Rp 150.000,-
Sedangkan shuriken dengan macam-macam bentuk harganya mulai Rp 30.000, per buah

Tapi walaupun harganya relatif murah, tapi ninja kan kerjaannya memang bertarung dan bertarung ya. Dan dalam sekali pertarungan saja mungkin tak cukup hanya memakai 1 atau 2 buah kunai, tergantung musuh yang dihadapi. 

Ternyata tidak murah menjadi ninja.