Rabu, 15 Februari 2012

H2 dan Mbak Jamu

Tukang jamu tradisional yang lewat di depan rumah kayaknya cuma satu itu deh. Perempuan kira-kira usia tiga puluhan tahun. Namanya nggak tau deh, nggak pernah nanya. Dan saya memang nggak pernah mahir dalam hal menebak usia seseorang. Sepertinya sih sedikit lebih tua dibanding ummi H2.

Dulu, waktu pertama kali kami tinggal di sini, dia berkeliling dengan menggunakan sepeda ontel. Tempat jamunya di bagian belakang. Di sebuah kotak kayu sederhana sedemikian rupa yang diletakkan di boncengan sepedanya. Isinya botol-botol berisi ramuan jamu (beras kencur, kunyit, dll), tas untuk meletakkan jamu berbungkus-bungkus, ember berisi air untuk mencuci gelas dan termos kecil berisi air panas.

Lalu sepertinya bisnis semakin berkembang. Si mbak jamu meninggalkan sepeda ontelnya dan berganti dengan sepeda motor matic. Upgrade yang cukup signifikan. Tapi meskipun kendaraannya baru, kotak kayunya tetap yang lama. Tak payah lagi si mbak jamu menggowes sepedanya menjajakan jamu.

Hikari termasuk salah satu pelanggan tetapnya. Biasanya selalu barengan dengan Awan, temannya di depan rumah. Kadang berhenti di depan rumah Awan, kadang di depan rumah H2. Tergantung siapa duluan yang manggil. Yang diminum mereka adalah Jamu Anak Sehat.

Kalau pas keluar bersamaan sih mereka pacu-pacuan minumnya.  
Ayo siapa cepat habis. 
Ayo Kak Ai, Bang Awan udah abis tuh.
Ayo Bang Awan, Dek Ai tinggal sikit lagi lho.

Tapi kalau pas si Awan tak ada pun, Hikari tetap semangat minum jamunya. Selalu habis. Kecuali jika saatnya memang tidak pas. Misalnya mbak jamunya datang pas sesaat setelah Hikari minum susu. Nah biasanya Hikari males-malesan tuh minumnya. Kalau tak habis, masuk ke kulkas dulu untuk diminum lagi nanti. 

Akhir-akhir ini Hoshi pun mulai ikut-ikutan minta minum jamu. Oleh mbak jamunya, dia diberi Beras KEncur saja. Pertama-pertama sih sedikit, tak sampai seperempat gelas. Kalau sekarang sudah lumayan banyak lho Hoshi minum.

Idul Fitri yang lalu Mbak jamunya mudik lebaran ke kampungnya di Jawa sana. Dan setibanya di sini, dia kembali menaiki sepedanya berkeliling. Sepeda motornya kemana? Katanya dijual. Kalo nggak salah dengar sih, untuk biaya anaknya yang di Jawa sana. Aduh. Kasiannya si Mbak Jamu harus menggowes lagi.


Ngomong-ngomong siapa ya nama Mbak Jamu itu? Ah. Dulu sepertinya udah pernah dikasih tau sama si istri. Tapi lupa lagi. :(




Senin, 13 Februari 2012

Hikari dan Huruf R [2]

Semakin hari semakin mahir lidah Hikari melafalkan bunyi huruf R.
Sudah semakin bersih dan fasih. Jelas sekali. RRRR.

Tapi jadinya malah kebablasan.
Entah saking senengnya karena baru lancar bilang R, entah karena mau pamer udah fasih bilang R, atau mungkin maksudnya berlatih mengucapkan R biar makin mahir, sekarang yang mestinya huruf L pun dijadikannya R.
Haha.

Oraa. (nama umminya)
Mobirr.
Beromm.


:D
Terserah deh.

Minggu, 12 Februari 2012

Hoshi dan Makan

Hoshi sangat suka makan telur, terutama telur rebus. Telur ayam maupun telur burung puyuh. Tapi tidak dengan telur asin, mungkin karena rasanya yang asin (ya iya deh!). Telur bebek yang tidak asin belum pernah sih dicobain, suka atau tidak. Demikian pula telur dinosaurus, belum pernah.

Tapi kalau telur rebus, hanya bagian putihnya saja sih yang dia mau. Kuning telurnya selalu disisihkannya terlebih dahulu. Kalaupun disuapkan, akan dilepehkannnya. Berbeda kalau telurnya digoreng, didadar, semuanya bisa masuk.

Dalam soal makanan, Hoshi sepertinya mewarisi bakat dari umminya. Nggak terlalu pemilih dan nggak ada pantangan. Gampang saja makan dengan lahap. Berbeda dengan saya dan Hikari yang cenderung susah makan. Harus begini danbegitu. Harus pakai ini dan pakai itu.

Menyuapi Hoshi bisa dilakukan umminya dengan santai dan nyaris tanpa insiden berarti. Nggak perlu tenaga ekstra untuk membujuk-bujuk. Berbeda dengan saat-saat mengajak Hikari makan. Butuh waktu yang sangat lama dan kesabaran tingkat tinggi. Yang dalam hal ini, sampai saat ini, hanya Nenek yang bisa meladeni Hikari makan.

Tapi segampang-gampangnya, tetap juga sih ada aneh-anehnya. Bukan anak balita namanya kalo lurus-lurus aja semuanya. Hihi. Jadi si Hoshi itu walaupun makannya gampang, tetep juga punya skala prioritas. Di atas piring kan ada nasi dan lauk pauknya tuh, ada sayur juga. Nah jika dibiarkan saja makan sendiri, Hoshi hanya akan memakan lauknya saja, atau sayurnya saja sampai habis sementara nasinya tak disentuh. Disuapin pun begitu. Sekali saja dia nampak isi piringnya, tak akan lagi mau makan nasi, minta lauknya terus.

Maka seringkali umminya akan menyuapkan nasinya terlebih dahulu sampai habis. Baru kemudian lauk dan sayurnya disuapkan. Hahaha. Toh akan tercampur juga di dalam lambungnya.

Akhir-akhir ini Hoshi sedang tergila-gila makan toge. Lahap banget. Tak perlu repot-repot diolah dijadikan sayur apa, cukup direbus saja, sudah deh tak berenti dia makan.

:D