Rabu, 25 April 2012

Hilangnya Syarat Tidur

Beberapa hari sejak masuk PAUD, Hikari mendadak nggak mau lagi tidur memakai kompeng kesayangannya. Juga tak mau lagi sambil memegangi kain sebagai syarat tidurnya. Padahal sebelumnya tanpa kedua barang itu, jangan harap Hikari bisa tidur tanpa merengek-rengek. Syarat tidur ini juga yang pernah jadi masalah saat kami pulang ke Lampung tahun lalu.

Dan tiba-tiba saja Hikari melepaskan keduanya. Hebat. Apakah ibu gurunya mengatakan sesuatu tentang cara-cara tidur? Bisa jadi iya, karena sepertinya Hikari sangat mendengarkan apa yang dikatakan ibu gurunya di sekolah. 

Awalnya terlihat tidak mudah untuk Hikari. Biasanya jika sudah mengantuk dia akan berbaring di kamar lalu menyelipkan kompeng ke mulutnya dan mulai mempermainkan kain lalu tak lama kemudian akan terlelap. Tanpa kedua barang itu Hikari seperti kehilangan, tapi berusaha meneguhkan hati untuk bertahan. Matanya menerawang ke atas, tatapannya kosong. Sesekali berguling ke kanan dan ke kiri. Akhirnya memang tertidur juga, tapi waktu yang dibutuhkannya menjadi agak sedikit lebih lama. :)

Good job, Hikari-chan.

Lalu apa lagi yang berubah sejak dia masuk PAUD? Yok kita tengok sama-sama.

Sebelum sekolah, salah satu lagu yang dihapalnya luar kepala adalah satu-satu. Diajarkan umminya dengan lirik seperti ini :
Satu satu aku sayang ummi // Dua dua juga sayang abi // Tiga tiga sayang adek Hoshi // Satu dua tiga sayang semuanya
Setelah sekolah, lagu itu berubah lirik menjadi yg sebenarnya :
Satu satu aku sayang ibu // Dua dua juga sayang ayah // Tiga tiga sayang adek kakak // Satu dua tiga sayang semuanya

Lucunya adalah, Hikari menganggap frasa adek kakak dalam lirik Tiga tiga sayang adek kakak itu adalah tanda kepemilikan. Jadi dalam pemahaman dia, adek kakak berarti adeknya kakak. Dalam hal ini berarti adeknya Hikari, karena Hikari menyebut dirinya sendiri Kakak jika berbicara dengan Hoshi. Maka dia selalu marah kalau saya menggodanya dengan mengganti lirik itu menjadi adek abi, adeknya abi. Langsung diprotes dengan teriakan "Adek Kakak!" Ondeeeh sayang baetul lah dia dengan adeknya. :)

Perbendaharaan kosa katanya juga semakin bertambah. Salah satunya yang cukup mudah diamati adalah kata ganti untuk penyebutan dirinya sendiri. Sebelumnya dia hanya menyebut dirinya dengan Hikari, Ai, Kakak dan Kak Ai. Kini sudah bertambah dengan Aku, Saya dan Kami. Penempatannya pun sudah benar, sangat jarang tertukar. Hanya telinga saya saja yang belum terbiasa mendengar dia bercakap-cakap dengan teman-temannya menggunakan kata Aku dan Kami. :D

Oiya, satu hal lagi. Hikari sekarang sering kali memanggil Umminya dengan sebutan Mama. Mungkin karena teman-teman di sekolahnya sebagian besar memanggil ibunda mereka dengan Mama, jadi dia ikut-ikutan memanggil Mama. Tapi Ummi juga tetap dipakai, jadinya si ummi sekarang punya 2 panggilan dari Hikari. :)

Begitu lah.


Senin, 16 April 2012

Hikari dan Pawai PAUD

Hikari dapat undangan dari sekolahnya untuk mengikuti pawai dalam rangka memeriahkan acara Gebyar PAUD se-Kodya Pekanbaru. Kata bu gurunya acaranya digelar per kecamatan dan untuk tahun 2012 ini pertam akali dilaksanakan untuk PAUD yang ada di kecamatan Tampan.

Pawainya hari sabtu tanggal 14 April 2012, pukul 07.30 sampai dengan selesai. Tempat acaranya di pelataran parkir Ramayana Panam.

Pemberitahuannya sih udah sejak seminggu sebelumnya. tapi undangan resminya bari dikasihkan ke Hikari hari selasa yang lalu. Dianjurkan pakai pakaian adat daerah, tapi pakaian lain juga dibolehkan. Kami akhirnya yang kebingungan menentukan pakaiannya. Cari di mana? Sewa atau beli?

Tanya-tanya ke teman-teman si ummi, ternyata di dekat-dekat sekolah Hikari situ ada tempat penyewaan pakaian anak-anak. Tapi yang "ready stock" tak banyak. Hanya beberapa saja. Jika menginginkan model baju tertentu bisa dicarikan sesuai dengan ukuran si anak.

Hikari menolak saat dicobakan seragam polwan. Juga saat ditawari pakaian seragam angkatan udara. Dia memilih pakaian dokter. Warna putih. Mungkin dia tau kalau abinya sangat-sangat menyukai anak gadis yang memakai baju putih. :D

Satu stel pakaian dokter itu terdiri dari atasan ditambah bawahan berupa celana dan topi. Semuanya berwarna putih. Ada bordiran tulisan DOKTER KECIL di dada bagian kirinya. Sementara di topinya juga ada bordiran semacam logo yang juga ada tulisan DOKTER KECIL. Cantik.

Hari H-pun tiba lah.

Di undangan tertulis pukul 7.30wib. Tapi Bunda Dimas bilang, tak usah terlalu tepat waktu. Karena berdasarkan pengalamannya, acara semacam ini akan dibuka oleh seorang Pejabat setempat. Dan biasanya Pejabat setempat ini datangnya terlambat dan anak sering kali dibuat bosan menunggu.

Baiklah. Jadilah kami berangkat sekitar jam delapan dari rumah. Dan ternyata memang benar, acaranya belum dimulai. Anak-anak dan para orangtua masih tersebar tak beraturan di pelataran parkir depan Ramayana. Tapi meski terlihat semrawut, nampak jelas kalau masing-masing sudah berkumpul dengan kelompok sekolahnya. Maka begitu tiba kami pun langsung mencari kelompok PAUD Thursina. :)

Tak payah mencari karena tempat parkirnya juga tak terlalu luas. Hikari langsung berlari begitu melihat teman-temannya bersama Bu Mai -ibu gurunya- yang ramah. Di kelompok itu selain Hikari ternyata ada 2 anak lain yang juga memakai baju dokter. Yang lainnya berpakaian adat daerah, seragam polisi dan busana muslim.


Jika sehari-hari saya hanya mendengar saja Hikari bercerita menyebutkan teman-temannya di sekolah, dengan berkumpul seperti ini saya akhirnya bisa bertemu langsung dengan mereka. Ada Dinda yang pakaiannya sama dengan Hikari. Gilang itu yang berpakaian adat melayu. Tasya berbusana muslim, Ebel yang memakai baju adat jawa. Arif berseragam polisi lengkap dengan peluitnya. Ah senang sekali..

Hikari sedikit bertingkah. Mungkin karena ada saya di dekatnya. Karena jika hanya dengan ummi dan Hoshi, sehari-harinya dia mandiri di sekolah, tak rewel. Dia selalu begitu jika berada di tempat ramai dan ada saya di situ. Berubah manja ingin selalu dekat, kalau bisa menempel. Tapi syukurlah bertingkahnya masih normal dan tetap mau bersama dengan teman-teman.

Sekira satu jam kemudian ibu-ibu guru sibuk membariskan murid masing-masing. Bunyi kerincing bersahut-sahutan di sana dan di sini ditingkahi oleh suara ibu guru yang mengajak dan memberi perintah. Sibuk dan ramai.


Cuaca bersahabat sekali. Langit berawan tipis, cukup untuk menghalangi sinar matahari sehingga anak-anak tak kepanasan. Angin bertiup sekali-sekali, sejuk terasa di kulit. Rute pawainya ternyata singkat saja. Dimulai dari parkiran depan lalu menuruni sisi kanan gedung ramayana, berputar di parkiran belakang lalu naik lagi lurus dan kembali ke parkiran depan. Tak terlalu panjang.

Bergiliran tiap sekolah berbaris sambung menyambung. Sekolah Hikari nomor urut 12. Bu Mai berjalan di depan, memberi aba-aba. Sesekali menghampiri anak-anaknya untuk merapikan barisan. Mereka berdiri tiga berbanjar ke belakang. Tak pernah bisa rapih. Melenceng ke kanan dan ke kiri walaupun di sekeliling mereka dibatasi oleh tali yang dipegangi oleh orang tua murid. 


Ternyata ada penilaiannya juga. Apa saja ya kriterianya? Kerapihan mungkin. Atau aneka ragam pakaian yang dipakai. Bisa jadi juga kemandirian anak-anak balita itu. Biarlah itu menjadi rahasia tim juri. Anak-anak sudah cukup senang berkumpul dan berkegiatan bersama di pagi yang sejuk ini.

Hoshi gimana?
Agak rewel sejak saat pertama datang. Minta mimik ummi, padahal tadi pas mau berangkat sudah nyusu. Minta gendong abi, lalu sebentar kemudian minta gendong ummi, terus bertukar-tukar. Akhirnya jadi lumayan tenang setelah umminya membelikan mainan balon spongebob. :) Dan akhirnya digendong bundanya yang datang menyusul.



Pagi yang indah.
Rasanya belum lama kami menimang-nimang mereka kala masih bayi kecil mungil tak berdaya. Dan tengoklah sekarang.. 
Alhamdulillah. :)