Senin, 17 Desember 2012

H2 dan Keke : PKOR Way Halim

Salah satu tempat yang lumayan terkenal di Bandar Lampung adalah PKOR. Letaknya di Jalan Sultan Agung atau yang lebih sering disebut Jalur Dua Way Halim. Saat pertama kali dengar sih, saya pikir namanya PEKOR. Karena memang terdengar seperti itu. Orang-orang menyebutkannya dengan cara dibaca PeKOR, bukan dieja P-K-O-R. Haha.

Setelah hampir empat bulan tinggal di kota ini, akhirnya kami sampai juga di PKOR Way Halim ini. Berawal dari sms Ibu Keke di suatu pagi. Dia memberitahu akan pergi ke sana sekeluarga dan bertanya siapa tau kami ingin sekalian pergi bareng. Ya sudah ayuuk. Pas pula belum sarapan, jadi bisa sekalian cari makanan di sana. Hikari dan Hoshi antusias ketika saya memasukkan sepeda-sepeda mereka ke dalam mobil.

Dari rumah kontrakan di Kemiling, kami ke Pramuka dulu menjemput Ibu Keke. Hanya Ibu Keke yang bersama kami karena Ayah Keke menjemput Keke di rumah neneknya. Nanti kami akan ketemu di lokasi. Ternyata lumayan jauh juga tempatnya. Atau mungkin karean kami belum terbiasa dengan jalanan di kota ini ya, jadinya terasa jauh.

Ramai sekali ternyata. Tempat ini sepertinya memang sangat populer. Sejak dari pintu masuk, di sepanjang jalan berjajar pedagang kaki lima yang menjajakan bermacam barang dagangan. Dari mainan anak-anak hingga makanan, dari hewan peliharaan sampai pakaian. Ramai. Kata Ibu Keke sih kami datang sudah relatif siang. Jika datang lebih pagi, bisa ikut senam pagi yang diadakan gratis untuk masyarakat umum. :D

PKOR ini sendiri adalah singkatan dari Pusat Kegiatan Olah Raga. Merupakan suatu kompleks cukup luas yang isinya bermacam-macam. Juga sering digunakan untuk berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat bermain untuk masyarakat umum, sering juga digunakan sebagai tempat menggelar konser-konser musik. Dan setiap tahun di tempat ini selalu digelar LAMPUNG FAIR, pameran hasil-hasil pembangunan di Lampung selama setahun.

Di dalamnya berdiri rumah-rumah adat dari setiap kabupaten yang ada di Lampung. Semacam anjungan rumah adat seperti yang ada di Taman Mini Indonesia Indah itu lho. Rumah-rumah adat itu megah dan nampak mewah. Mungkin dibangun oleh masing-masing kabupaten ya. Untuk menaikkan gengsi jadi dibikinlah sebagus-bagusnya. Haha.. Atau dibangun dari anggaran Pemerintah Kota Bandar Lampung? Ya sudah lah, tak usah terlalu serius dibahas.

Lalu ada juga stadion yang bernama STADION SUMPAH PEMUDA. Di lihat dari luar sih sepertinya ini stadion sepakbola, tapi katanya sering juga dipakai untuk event-event olahraga lain semacam bulu tangkis. Di bagian depannya ada halaman yg lumayan luas ditutupi paving block

Nah di bagian depan stadion ini lah Hikari dan Hoshi asyik bermain bersama Keke (dan ratusan anak-anak lainnya). Puas bermain sepeda, mereka berlari-larian ke sana-kemari. Kadang tertawa-tawa memperhatikan orang-orang yang beratraksi macam-macam sampai yang hanya lalu lalang saja tak ada hentinya. Sementara Ummiyo dan Ibu keke asyik melihat-lihat lapak penjual yang bertebaran.

Seru juga. Lumayan untuk hiburan murah meriah di hari minggu pagi yang cerah.



Selasa, 04 Desember 2012

Hikari dan PAUD Mentari

Setelah dua bulan di Lampung, Hikari akhirnya minta sekolah lagi. Mungkin karena melihat teman-teman sebayanya di sekitar kontrakan yang semuanya berangkat sekolah di pagi hari. Mungkin juga dia memang kangen suasana sekolah karena bosan main di rumah bertiga saja dengan Ummi dan adeknya.

Tanggal 2 November 2012, Hikari resmi jadi murid percobaan di PAUD dan TK Mentari. Kenapa percobaan? Hihi. Ini karena Umminya kepengen liat dulu Hikarinya betah atau tidak. Ibu Guru dan Ibu kepala sekolahnya pun tak keberatan. Jadi belum bayar uang seragam dan uang gedung. Cuma bayar uang buku dan SPP untuk 1 bulan. Kalau ternyata Hikari tak betah, nggak usah lanjut sekolahnya. 

Tapi sepertinya Hikari betah-betah aja. Langsung mau ditinggal di hari pertamanya. Dia memang gampang berteman walaupun awalnya malu-malu. Dan kalau sesuatu itu memang keinginannya, biasanya dia memang akan konsisten dengan hal itu. Jadi lah Hikari sekolah dengan baju bebas sementara semua temannya berseragam.

Sekolahnya gabungan antara TK dengan PAUD. Jadi Hikari bisa bareng dengan Bang Latif dan Kak Keisha yang sudah TK. Tapi walaupun satu gedung, jam istirahatnya dibedakan. Jadi mereka jarang sih bersama-sama kecuali di saat berangkat dan pulang seolah. Juga saat senam pagi setiap hari jumat. 

Ibu guru di kelas Hikari namanya Ibu Grace. Masih muda, sedang hamil muda. Sepertinya sabar, tak kalah sabar dengan Ibu May di PAUD Thursina dulu. Yaa tipikal guru-guru yang mengajar di TK dan PAUD lah, sabar dan baik hati. 

Hanya saja ada satu hal yang dikeluhkan Hikari dari Ibu gurunya adalah : Ibu Grace nggak punya kerincingan. Hihi. Betul juga, kata Umminya yang sering berada di sekolah menyuapi Hoshi sambil main-main di halaman sekolah, Ibu gurunya memang tidak memakai kerincingan seperti Bu May dulu. Padahal kalau menurut pengalaman Bu May sih, kerincingan itu adalah semacam alat ajaib yang bisa membantu "menjinakkan" anak-anak. Hihi.

Tak terasa satu bulan sudah. Lagu-lagu yang dinyanyikan dan doa-doa yang diucapkan Hikari di rumah sudah mulai bertambah. Kalau sebelumnya hanya lagu-lagu dan doa-doa yang diajarkan Bu May, sekarang bertambah dengan lagu dari Bu Grace. Tak sebanyak lagu dan doa dari Bu May, tapi lumayan banyak.

Tak seperti sekolahnya di Pekanbaru, sekolahnya di sini masuk 6 hari seminggu. Jadi sejak Hikari mulai sekolah, tak ada lagi cerita bermalas-malasan di hari sabtu pagi. Karena sekarang Hikari maunya diantar Abi. Kalau Abi di rumah, pokoknya diantar Abi. Padahal sekolahnya masuk pukul 7.30 pagi. Ya sudah lah, Abinya merelakan sabtu paginya untuk mengantar Hikari sekolah dan menjemoutnya lagi nanti pada pukul 10.

Sudah satu bulan berlalu berarti Hikari sudah lulus masa percobaannya. Ibu kepala sekolahnya mengkonfirmasi kepada Ummi apakah Hikari akan lanjut atau tidak. Dan akhirnya Hikari pun resmi diberi seragam seperti yang dipakai teman-temannya. Tak terkira senangnya Hikari saat memakai seragam barunya. Tak terkira bahagianya hati Ummi dan Abinya melihat Hikari berseragam. Seperti sudah besar saja, padahal ya sebesar itu saja lah. :)


Sebelum dan sesudah dapet seragam. :)