Senin, 09 Desember 2013

Reuni Akbar SMA Alkautsar 2013

"Di sudut Sang Ruwa Jurai, Lampung yang indah dan permai
Di situ Alkautsar berada, mendidik putra negara
Seiring roda zaman, selaras pembangunan
kami berantas kebodohan dan bina isan beriman.
Bina mental umat manusia, belajar dan bekerja
Itu tujuan utama, Alkautsar jayalah."

Setelah belasan tahun sejak kelulusan saya dari SMU Alkautsar Bandar Lampung di tahun 1997 (iyaaa, memang udah tuaaa), akhirnya kemarin saya bisa menginjakkan kaki lagi di perguruan tercinta ini. Reuni Akbar ini terbuka untuk seluruh alumni SMU Alkautsar dari sejak angkatan pertama hingga yang baru lulus tahun 2013 kemarin. Tanpa biaya pendaftaran atau sumbangan.

Perihal reuni akbar ini saya ketahui pertama kali dari postingan Joko Susilo di grup facebook alumni tahun 1997 beberapa hari yang lalu. Lalu disusul dengan sms-an dengan Apri tak lama kemudian. Mendadak sekali beritanya. Entah memang tidak diumumkan secara terbuka, atau jangan-jangan memang saya yang kurang rajin membaca media massa. :D

Sampai hari jumat kemarin, saya belum juga sempat mendaftarkan diri ke Asrul Sani, koordinator angkatan saya. Hingga kemudian Ummiyo bbm-an dengan Yetti dan saya didaftarkan olehnya. :D

Selain reuni besar yang diselenggarakan oleh perguruan, sebenarnya nyaris setiap tahun ada saja sih reuni kecil-kecilan yang digagas oleh beberapa teman. Berkali-kali saya diundang untuk menghadiri acara temu kangen dengan mereka, yang biasanya diadakan beberapa hari setelah hari raya idul fitri. Tapi apa daya, jarak antara Pekanbaru dengan Bandar Lampung bukanlah dekat untuk ditempuh. Beberapa kali saya pulang ke Kalianda ketika hari raya, tapi waktu pertemuannya selalu tidak pas dengan masa cuti saya yang terbatas. Alhasil belum pernah sekali pun ikut hadir. Maka ini lah kesempatan untuk berjumpa dengan mereka lagi setelah sekian lama.

Acaranya dimulai sejak pukul 9 pagi. Tapi kami baru berangkat dari rumah menjelang pukul 11 siang. Tak apa lah terlambat. Ummiyo nampak bersemangat hendak melihat tempat suaminya dulu menghabiskan masa SMA yang biasa-biasa saja. :D Sementara Hikari dan Hoshi juga nampak antusias karena diberitahu akan pergi ke sekolah Abiyo.

Gerbang utamanya di jalan Soekarno-Hatta masih tetap seperti dahulu, hanya nampak lebih hijau. Security yang berjaga memberi petunjuk untuk parkir di tempat yang dahulunya saya kenal dengan nama Plaza Upacara. Sejak pertama kali turun dari mobil dan menapakkan kaki di lapangan luas ber-paving block itu, kenangan saya langsung terusik. Sesuai namanya, tempat ini dulunya memang dipakai untuk melaksanakan upacara bendera secara bersama-sama siswa SMP dan SMU (belum ada siswa SD dan anak-anak TK seperti sekarang). Entahlah sekarang, apakah masih dipakai untuk upacara atau dijadikan tempat parkir? Panel beton yang menutupi sisi sebelah kiri penuh dengan gambar-gambar dan grafitti yang tak jelas bertema apa.

Di tempat pendaftaran, ternyata daftar hadirnya dibagi-bagi berdasarkan tahun kelulusan. Oke, ini memudahkan untuk mengetahui siapa saja yang hadir di tiap angkatan. Ummiyo yang mengisi daftar hadirnya sementara saya mengikuti Hikari dan Hoshi yang berlarian tak tentu arah. Sempat melihat sekilas daftar hadir itu dan tak lebih dari 20-an orang saja yang sudah datang.

Oke, setelah mengisi daftar kehadiran, adik-adik berseragam SMU yang bertugas memberi tanda pengenal yang sobekannya bisa dimasukkan ke kotak undian. Kami juga mendapat satu botol minuman teh dalam kemasan. Kalau tak salah, merknya Mirai (atau apa ya?).

Yang pertama kali kami jumpai adalah Panca, di sekitar gedung TK. Dia sedang menemani anaknya, Audi, bermain. Ah tubuhnya sekarang berisi dan pembawaanya dewasa, jauh dari ingatan saya tentang Panca yang langsing. Tempat duduknya ternyata diatur berdasarkan tahun. Panca yang menunjukkan kami di mana letak tempat duduk tahun 1997. Suasana ramai sekali, tapi nampaknya angkatan 1997 adalah yang paling sedikit.

Saya bukan siswa yang populer semasa sekolah dulu. Bukan termasuk yang cerdas atau pun berkemampuan khusus. Tak pula aktif bergaul di mana-mana sehingga teman-teman saya juga terbatas hanya yang pernah duduk di dalam kelas yang sama saja. Ada sih beberapa teman yang berasal dari kelas lain, tapi cukup bisa dihitung dengan jari saja jumlahnya. Kalau wajah sih ya, tau lah. Dan kalau berjumpa di luar sekolah juga saling menyapa dan bertukar salam. Tapi sebatas itu saja.

Beruntung teman-teman yang hadir kemarin cukup banyak yang saya akrabi dan pernah satu kelas. Selain Panca, ada juga Susanti dan Oktora yang sama-sama di kelas 3 IPS 3. Susanti sekarang berhijab. Gestur dan caranya bertutur tetap sama seperti dulu. Antusias, rame dan ekspresif.. Oktora masih selalu tenang dan pendiam.

Lalu ada Joko Susilo, salah satu kebanggaan dari angkatan 1997 juga kebanggan seluruh perguruan. Dia ini anggota Paskibraka di peringatan ulang tahun emas Indonesia tahun 1995. Bayangkan betapa hebatnya.

Juga ada Apri, kawan karib saya di masa itu. Selalu bersama di kelas satu dan dua, lalu berpisah karena saya memilih jurusan IPS dan dia masuk IPA. Caranya tertawa masih seperti yang saya ingat. Besar dan lepas. Dan pembawaannya yang bisa langsung akrab ke segala arah juga tak hilang. Ini pertemuan saya yang kedua dengan Apri setelah sebelumnya dia mendatangi saya di kantor saat pertama kali saya mutasi ke Bandar Lampung.

Tak ketinggalan Yetti, yang datang bersama anak sulungnya yang tiap ketemu kayaknya jadi makin cakep (bisa masuk nominasi calon menantu kayaknya, ahahaha). Asrul Sani, ketua OSIS kami yang penampilannya selalu rapih. Lusi yang diam-diam sudah berteman dengan si Ummiyo bahkan sudah pernah bertransaksi jual beli bros  rajutan. ...

Wajah-wajah itu masih saya kenal. Yang tak saya kenali justru wajah bapak dan ibu guru. Saya tak mengenali pak Samsudin saat pertama kali melihat. Juga Pak Marwan dan Pak Agus. Perlu beberapa lama bagi saya untuk mengenali Miss Intan Suri, padahal beliau adalah salah satu guru favorit saya dulu. Yang tak berubah dan bisa langsung saya kenali adalah Pak Mesiyanto yang menyandang kamera.

Di panggung, acara terus berlangsung sementara kami tak terlalu memperhatikan karena asyik ribut sendiri-sendiri. Hikari dan Hoshi pergi dengan Panca dan istrinya bermain ke TK dengan Audi. Ini ajaib. Karena Hikari dan Hoshi normalnya tidak akan mau langsung akrab dengan laki-laki asing. Tapi dengan Panca, mereka langsung mengekor.

Oiya, yang paling heboh sepertinya adalah angkatan tahun 1998, adik kelas kami. Karena salah satu alumni yang sedang mencalonkan diri dalam pemilihan gubernur Lampung, M Ridho Ficardo hadir di acara ini. Heboh berfoto-foto dan ada juga yang wawancara.

Hikari dan Hoshi yang disusul Umminya kemudian rewel karena bosan dan kegerahan di bawah tenda. Saya mengajak mereka berkeliling sekitar gedung. Banyak hal yang berubah di sini. Bangunan-bangunan baru yang dulu belum ada di masa kami, kini bermunculan. Kantin yang dulu hanya berupa pondok-pondok sederhana juga sekarang sudah dibikin permanen. Dan kini ada musholla di bagian belakang gedung. Dahulu tidak ada musholla di sekolah. Kami semua wajib sholat berjamaah di waktu Dzuhur dan Ashar ke masjid Islamic Center yang letaknya di seberang perguruan. Seru. Apakah sekarang tidak ada lagi ritual pergi ramai-ramai ke masjid itu?

Ruang-ruang kelasnya kini seluruhnya memakai pendingin udara. Padahal dahulu kami senang sekali membuka jendela dan angin bertiup menyejukkan. Hal yang sering kali membuat terlena di jam-jam pelajaran sore hari. Dan jika sedang musimnya angin kencang, yang duduk di dekat jendela sering iseng. Jendela dibuka lebar-lebar, angin bertiup ke dalam kelas dan kertas-kertas berhamburan. :D 

Acara di panggung utama selesai menjelang tengah hari. Lalu dilanjutkan dengan makan siang dan foto-foto tiap angkatan bersama bapak dan ibu guru di pelataran gedung SMA. Ummiyo sibuk mengambil foto sementara Hikari dan Hoshi asyik di tepi kolam kecil yang berisi ikan-ikan berwarna-warni.

Terima kasih, teman-teman, sudah datang ke acara reuni dan sejenak menghempaskan kita semua ke masa lalu yang memang indah dan belum terlalu memikirkan kerasnya kehidupan.