Salah satu tempat yang lumayan terkenal di Bandar Lampung adalah PKOR. Letaknya di Jalan Sultan Agung atau yang lebih sering disebut Jalur Dua Way Halim. Saat pertama kali dengar sih, saya pikir namanya PEKOR. Karena memang terdengar seperti itu. Orang-orang menyebutkannya dengan cara dibaca PeKOR, bukan dieja P-K-O-R. Haha.
Setelah hampir empat bulan tinggal di kota ini, akhirnya kami sampai juga di PKOR Way Halim ini. Berawal dari sms Ibu Keke di suatu pagi. Dia memberitahu akan pergi ke sana sekeluarga dan bertanya siapa tau kami ingin sekalian pergi bareng. Ya sudah ayuuk. Pas pula belum sarapan, jadi bisa sekalian cari makanan di sana. Hikari dan Hoshi antusias ketika saya memasukkan sepeda-sepeda mereka ke dalam mobil.
Dari rumah kontrakan di Kemiling, kami ke Pramuka dulu menjemput Ibu Keke. Hanya Ibu Keke yang bersama kami karena Ayah Keke menjemput Keke di rumah neneknya. Nanti kami akan ketemu di lokasi. Ternyata lumayan jauh juga tempatnya. Atau mungkin karean kami belum terbiasa dengan jalanan di kota ini ya, jadinya terasa jauh.
Dari rumah kontrakan di Kemiling, kami ke Pramuka dulu menjemput Ibu Keke. Hanya Ibu Keke yang bersama kami karena Ayah Keke menjemput Keke di rumah neneknya. Nanti kami akan ketemu di lokasi. Ternyata lumayan jauh juga tempatnya. Atau mungkin karean kami belum terbiasa dengan jalanan di kota ini ya, jadinya terasa jauh.
Ramai sekali ternyata. Tempat ini sepertinya memang sangat populer. Sejak dari pintu masuk, di sepanjang jalan berjajar pedagang kaki lima yang menjajakan bermacam barang dagangan. Dari mainan anak-anak hingga makanan, dari hewan peliharaan sampai pakaian. Ramai. Kata Ibu Keke sih kami datang sudah relatif siang. Jika datang lebih pagi, bisa ikut senam pagi yang diadakan gratis untuk masyarakat umum. :D
PKOR ini sendiri adalah singkatan dari Pusat Kegiatan Olah Raga. Merupakan suatu kompleks cukup luas yang isinya bermacam-macam. Juga sering digunakan untuk berbagai kegiatan. Selain sebagai tempat bermain untuk masyarakat umum, sering juga digunakan sebagai tempat menggelar konser-konser musik. Dan setiap tahun di tempat ini selalu digelar LAMPUNG FAIR, pameran hasil-hasil pembangunan di Lampung selama setahun.
Di dalamnya berdiri rumah-rumah adat dari setiap kabupaten yang ada di Lampung. Semacam anjungan rumah adat seperti yang ada di Taman Mini Indonesia Indah itu lho. Rumah-rumah adat itu megah dan nampak mewah. Mungkin dibangun oleh masing-masing kabupaten ya. Untuk menaikkan gengsi jadi dibikinlah sebagus-bagusnya. Haha.. Atau dibangun dari anggaran Pemerintah Kota Bandar Lampung? Ya sudah lah, tak usah terlalu serius dibahas.
Lalu ada juga stadion yang bernama STADION SUMPAH PEMUDA. Di lihat dari luar sih sepertinya ini stadion sepakbola, tapi katanya sering juga dipakai untuk event-event olahraga lain semacam bulu tangkis. Di bagian depannya ada halaman yg lumayan luas ditutupi paving block.
Nah di bagian depan stadion ini lah Hikari dan Hoshi asyik bermain bersama Keke (dan ratusan anak-anak lainnya). Puas bermain sepeda, mereka berlari-larian ke sana-kemari. Kadang tertawa-tawa memperhatikan orang-orang yang beratraksi macam-macam sampai yang hanya lalu lalang saja tak ada hentinya. Sementara Ummiyo dan Ibu keke asyik melihat-lihat lapak penjual yang bertebaran.
Seru juga. Lumayan untuk hiburan murah meriah di hari minggu pagi yang cerah.