Senin, 24 Maret 2014

Mendadak Pantai Klara

Minggu pagi. Subuh-subuh, Hikari mendadak merengek-rengek minta ke pantai. Bangun tidur langsung buka lemari pakaian dan menyodorkan pakaian renangnya ke saya yang sedang asik nonton anime. Padahal kan hari minggu biasanya jadwalnya si Ummiyo buka lapak di PKOR. Dan saya juga pengen beli jambu kristal karena stok di rumah juga tinggal beberapa buah. Hikari bertahan dengan keinginannya. Bahkan setelah dibujuk dan dirayu pergi dengan Hania dan Daffi minggu depan pun dia tetap bilang pokoknya mau ke pantai.

Tapi hari sebelumnya memang Ummiyo ada sih nyebut-nyebut soal pergi ke pantai karena katanya nggak semangat jualan minggu ini. Wallsticker yang dipesan, baru akan datang sekitar hari senin atau selasa. Yang ada di rumah tinggal stok yang lama. Makanya dia bilang tentang pergi ke pantai ke Hikari dan Hoshi.

Langit nampaknya mendung. Kalau ke pantai pun tak akan bisa bermain. Tapi pantainya kan jauh dari rumah, siapa tau keadaan langitnya beda. :D Ya sudah lah, ayok ke pantai.

Kami berangkat tak lama setelah mengemas pakaian dan peralatan untuk mandi serta membuat bekal untuk makan siang. Hikari dan Hoshi minta langsung dipakaikan baju renangnya sejak dari rumah. Bersemangat sekali. Sementara matahari masih saja muncul padahal sudah lewat dari jam tujuh pagi.

Sepanjang perjalanan jadinya harap-harap cemas. Gerimis bahkan turun agak lebat ketika kami melewati daerah Lembah Hijau. Ketika Ummiyo sekali lagi berusaha merayu Hikari untuk mengurungkan niatnya dengan alasan gerimis, Hikari justru menjelaskan proses terjadinya hujan dengan panjang lebar.
"Jadi Ummi ya... kan air hujan itu dari sungai. 
Ada juga yang dari laut.
Airnya kena matahari terus naik ke atas.
Terus jadi awan. Ngggg.... Awannya jadi hitam.
Turun hujan.
Hujannya tapi bukan di laut, Ummi. Tapi di sini.
Jadi di laut itu sekarang nggak hujan".

.................

Jadi mau ke pantai mana nih? Awalnya sih kepikiran untuk ke Pantai Mutun saja. Tapi dipikir-pikir lagi, kayaknya udah keseringan deh ke Mutun. "Atau ke Klara?" kata Ummiyo. Yak! Klara aja kalo gitu!

Dan seperti yang dibilang oleh Hikari, cuasa ternyata cerah ketika kami memasuki gerbang Kabupaten Pesawaran. Nggak panas sih. Langit sedikit berawan, tapi bukan mendung. Awan-awan tipis saja. Tapi jadinya malah adem karena mataharinya ketutupan.

Pantai Klara berada di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Arahnya sama dengan kalau kita akan pergi ke Pantai Mutun yang sekarang sudah menjadi salah satu pantai yang mainstream dikunjungi di  Lampung. 

Kami pede saja berangkat padahal sama sekali belum tau tempat yang dituju. Dari yang saya baca, setelah persimpangan Pantai Mutun, ambil jalan lurus saja. Teruuus saja ikuti jalan besar sekitar setengah jam.

Setelah persimpangan Pantai Mutun, jalannya relatif bagus dan mulus. Yaah ada lubang lah di satu dua bagian. Tapi tak terlalu mengganggu. Daerahnya juga sudah ramai dengan rumah di kanan kiri jalan. Jadi tak perlu takut karena sepi. Indomaret dan Alfamart juga sudah tumbuh di daerah ini. :D

Seperti perjalanan pada umumnya, saat berangkat ke tempat yang belum pernah didatangi selalu terasa jauh dan nggak sampe-sampe. Hikari mulai cerewet bertanya "Katanya kita mau ke pantai, Mi?"  Dan Kami berdua mulai ragu. Bener nggak nih jalannya? Salah ambil belokan nggak ya? Ahahaha.

Kami berhenti di Pasar Hanura untuk bertanya dan memastikan arah kepada penduduk sekitar. Wanita muda pedagang CD bajakan di sebuah lapak mengkonfirmasi kalau kami tidak tersesat. "Ikutin aja jalan ini terus ke sana", katanya menunjuk jalan di depan lapaknya. Baiklah.

Jalan masih mulus. Tapi ada belokan yang lumayan tajam di beberapa bagian. Kontur tanahnya juga naik turun, yang entah bagaimana mengingatkan kami pada Bukittinggi. Kami berhenti untuk bertanya sekali lagi di sebuah warung pinggir jalan di sebelah pom bensin. Ibu pemilik warung bilang Pantai Klara sudah dekat, sekitar 2 kilo lagi. Hikari merengek minta beli permen.

Pemandangan di kiri jalan mulai menunjukkan suasana laut dan pantai. Pohon kelapa berjajar tinggi menjulang. Tambak-tambak dengan turbin pemutar air juga mulai nampak di sana sini. Dan tak lama kemudian, kami memasuki gerbang Pangkalan TNI-AL Teluk Ratai. Pantai Klara memang dikelola oleh TNI-AL. Dan (katanya) TNI-AL sering latihan di sini.

Gerbang Teluk Ratai
Dari gerbang ini masih harus terus lagi sekitar 5 menit. Di sepanjang jalan aja pantainya udah bagus banget. Kami berhenti sebentar di salah satu bagian pantai di tepi jalan. Hikari langsung nyebur aja ke air. Ahaha. Banyak juga anak-anak kecil yang bermain-main di pantai yang di pinggir jalan itu. 

Pantai di bahu jalan
Lanjut jalan sedikit lagi, sampailah di Panta Klara. Di situ tertulis PINTU 2.  Berbeda dengan Pantai Mutun yang letaknya jauh dari jalan raya, Pantai Klara ini lokasinya persis di tepi jalan. Jadi nampak tuh lautnya dari jalan. Juga pondok-pondok yang dibangun berjajar sepanjang pantai. Tadinya mau masuk aja gitu. Tapi trus batal karena mikir "Berarti ada PINTU 1-nya? Liat yuuk kayak apa pintu yang satu lagi.." 

Akhirnya jalan lagi sedikit dan sampailah di PINTU 1. Harga tiket masuknya 25.000/mobil. Udah nggak ada pungutan lain lagi. Tepat di tepi pantainya berdiri pondok-pondok kecil yang bisa dipakai untuk duduk (atau berbaring) dan meletakkan barang. Harga sewanya 25.000/pondok. Cukuplah untuk 2 keluarga kecil. 

Tapi kami merasa tak perlu menyewa pondok. Tinggal parkirkan mobil di belakang pondok trus buka pintu belakang mobil, beres deh. Ummiyo bisa duduk-duduk di situ sementara saya dan H2 nyemplung ke laut. Oiya. Nama Pantai Klara ini konon katanya adalah singkatan dari KELAPA RAPAT. Maksudnya banyak pohon kelapa yang tumbuhnya rapat. Dan memang sih kalau kita memperhatikan ke sekeliling, memang banyak pohon kelapa yang tumbuh berkelompok dalam jumlah banyak sekali. Di pantainya sendiri juga masih banyak pohon kelapa.

Selain pohon kelapa, di sekitar pantai itu juga banyak tumbuh pohon waru yang sudah besar-besar. Dahan dan rantingnya yang rindang membuat pantainya terasa sejuk dan teduh. Ummiyo memarkir mobilnya di bawah pohon waru. Jauh dari pohon kelapa. Oiya, tips juga ya kalau ke Pantai Klara, hati-hati dengan buah kelapa yang bisa jatuh tiba-tiba. Karena pernah kejadian ada ibu-ibu yang kejatuhan buah kelapa di sini.

Garis pantainya panjang sekali. Kayaknya bakalan capek kalau jalan kaki menyusuri pantai dari ujung yang satu ke ujung yang lainnya.

Berbeda dengan Pantai Mutun yang selalu ramai oleh hiruk pikuk pengunjung di hari libur, Pantai Klara ini cenderung lebih sepi. Suasananya jadi leih santai dan menyenangkan. Hikari dan Hoshi langsung nyebur ke air yang tenang setelah sebelumnya minta menyewa ban. Harga sewanya 5.000 untuk ban yang kecil. Mungkin masih bisa ditawar sih.

Airnya jernih dan bersih. Kelihatan ikan-ikan kecil yang berenang-renang di situ. Pantainya dangkal sampai jauh ke tengah. Bahkan Hoshi pun tak sampai tenggelam kepalanya, hanya sebatas lehernya. Dan karena letaknya di daerah teluk, airnya juga tenang. Tak ada ombak besar. Saya bisa lebih tenang melepaskan Hikari yang lagaknya seperti orang besar saja tak mau dipegangi bannya ketika sedang bermain.

Hikari. Maunya main sendiri, nggak mau dipegangi. :p
Selain berenang dan main pasir, pengunjung juga bisa menyewa perahu Kanoe seharga 15.000/jam. Untuk yang menyukai permainan yang lebih seru, bisa juga naik Banana Boat bersama teman-teman.

Dari Pantai Klara ini, kita bisa menyeberang ke Pulau Kelagian. Katanya sih pulaunya indah banget. Perairannya tenang dan jernih berwarna hijau toska. Banyak ubur-ubur kecil transparan di pantai. Dan kalau datang di pagi hari, ada banyak bintang laut yang masih tinggal di pantai. Ada perahu bermotor yang bisa disewa kalau ingin kesana. Kata bapak yang punya perahu, harga sewanya 100ribu, pergi  pulang. Tapi Ummiyo tak mau ketika saya ajak ke sana. Takut, katanya. Ya sudah, menikmati Pantai Klara saja dulu.

Hikari dan Hoshi tak puas-puas bermain. Bosan di dalam air, mereka bermain pasir. Lalu main air lagi. Main pasir lagi. Begitu terus. Sampai tak terasa hari beranjak siang. Sudah hampir jam 11 siang. Ummiyo mengajak pulang. Mungkin karena bosan tak bisa ikut main air dan tak ada teman ngobrol. :D

Tersedia tempat untuk mandi dan berganti pakaian. Tempatnya cukup bersih. Airnya juga bersih dan segar. Bukan air payau yang berasa dan berbau. Sayangnya fasilitas mandi dan bilas ini nggak gratis. Bayar 3000 sekali masuk. :D

Setelah mandi dan berganti pakaian, kami pun pulang lah. Dan ternyata memang perjalanan pulangnya selalu terasa lebih dekat. Sebentar saja sudah sampai di persimpangan Pantai Mutun. Padahal pas perginya terasa jauh sekali. Hikari sepertinya sudah puas karena keinginannya terpenuhi. :)

Rabu, 12 Maret 2014

Hikari Dan Tidur Tanpa Diaper

Hikari tiba-tiba saja tak mau lagi dipakaikan diaper sebelum tidur. Padahal dia masih ngompol di malam hari. Tapi dia berkeras, pokoknya nggak mau. Entah idenya dari mana. Mungkin dari teman-temannya di sekolah.

Ya sudah diikuti apa maunya. Tidur tak pake diaper. Saya coba memakaikan ketika dia sudah tertidur, tapi selalu terjaga dan marah. Dan seperti yang sudah diduga, kasur pun basah. Padahal sudah pipis sesaat sebelum bersiap untuk tidur. Untungnya Hikari ini tidurnya nggak pindah-pindah posisi, jadi basahnya cuma di satu bagian itu saja.

Hoshi seperti biasa selalu ingin mengikuti apa yang dilakukan oleh kakaknya. Tak mau dipakaikan diaper juga. Sekali dua kali saya turuti, dan dia ngompol juga. Ahaha. Akhirnya saya pakaikan ketika dia sudah tertidur, untung dia tidak terjaga seperti kakaknya.

Tapi Yang kena azab pertama kali tentu saja abinya. Ahaha. Harus ikut bangun membuka baju dan celananya yang basah. Mengangkatnya ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Mengganti pakaiannya kemudian melapisi kasur yang basah dengan kain tebal agar dia bisa tidur lagi.

Dan Ummiyo tentu saja ikut kebagian repotnya. Harus mencuci sprei dan kain (kadang sarung bantal juga) setiap hari. Untungnya Hikari hanya ngompol sekali saja setiap malam. Jadi setiap habis diganti pakaiannya dengan yang baru, dia akan tidur nyenyak sampai pagi.

Yang lucunya. Kadang dia tak sadar dengan kejadian di malam harinya. Jadi bangun tidur kan pakaian kering. Dengan banggalah dia berkata "Kak Ai tadi malam nggak ngompol." Ahahaha.

Setelah berhari-hari kemudian, Hikari bertahan dengan keinginannya. Kejadiannya selalu sama dan berulang. Sampai saya kemudian jadi hapal bahwa Hikari ngompol setelah lewat tengah malam. Antara pukul 2 dan pukul 3 pagi. Maka terpikirlah untuk membangunkan dia sekali sebelum jam itu. Maksudnya supaya dia pipis dan betul-betul nggak ngompol sampai pagi. Tapi apa daya. Susah sekali membangunkannya. Pernah malah antara sadar dan tidak dia marah karena saya bangunkan. Kakinya menendang-nendang ke sana kemari. 

Ya sudah lah.

Sudah lebih dua minggu berlalu sejak pertama kali Hikari mendeklarasikan tidur nggak mau pake diaper. Ada sih 2 kali yang dia benar-benar tidak ngompol. Tapi sisanya ya begitu. Melewati malam-malam dengan ritual mengganti pakaiannya dan membereskan tempat tidur yang basah.

:D