Berkaitan dengan entry ttg Marmut Pemberian Kakek yang oleh Hikari disebut sebagai Lici atai Cici, jadi teringat tentang nama-nama binatang yang sudah diketahui oleh Hikari sejauh ini. :)
Sapi.
Ini adalah binatang yang pertama kali dimengerti dan bisa dikomunikasikan dengan Hikari adalah sapi, walaupun secara langsung dia belum pernah melihat wujud sapi.
Awalnya adalah karena umminya membelikan permen susu lollypop milkita. Jadi di dalam bungkusnya ada sticker gambar sapi denganberbagai pakaian; ada yang pakaian pramuka ada yang pakaian dokter dan sebagainya. Saya tempelkan sticker sapi itu di pintu depan (bagian dalam) bersama Hikari sambil memberitahunya itu adalah gambar sapi. Dia mengulang "Pi".
Dan sejak itu resmilah Hikari mengenal sapi. Jika sedang bermain, lalu ada yang bertanya "mana sapinya?" maka Hikari akan berlari ke depan lalu menunjuk ke sticker yang menempel di daun pintu sambil berkata "Pi". :)
Anjing.
Selanjutnya adalah anjing. Tetangga di belakang rumah kami punya seekor anak anjing yang diberi nama Neli. Anak anjing itu diikat di samping rumah dan kerjanya adalah melolong-lolong sedih, mungkin minta dilepaskan dan ingin bermain. Sering kali di malam hari Hikari terbangun kaget mendengar lolongan si anjing lalu wajahnya mencari-cari dengan bingung. Umminya lalu akan menenangkan dengan berkata "Guguk tu, bobok lagi lah yuk." Lama kelamaan, jika terbangun di malam hari, dia akan langsung memandang umminya lalu menunjuk dan berkata "Guk-guk".
Untuk kasus anjing ini sepertinya Hikari sempat agak bingung. Umminya menyebut Guguk. Sementara Neneknya menyebut Gong-gong. Dan saya sendiri menyebutnya Anjing. Yang paling sering dipakai Hikari tetaplah Guk-guk, karena itu yang pertama kali dia dengar dari umminya. Kadang-kadang dia menyebut "Jing" jika bersama saya, atau gabungan keduanya: "Guk-guk-Jing" :)
Kucing.
Lalu ada kucing. Sama seperti kasus anjing, Hikari kami bingungkan dengan penyebutan yang berbeda. Kucing dan Meong. Hikari memakainya secara bergantian. Kadang-kadang menyebut Cing, kadang-kadang Miyong.
Nyamuk.
Berikutnya adalah Nyamuk. Kami tidak memakai obat anti nyamuk di kamar, jadi pembunuhan nyamuk dilakukan secara manual. Seringnya saya yang sibuk menepuk-nepuk nyamuk di malam hari setelah magrib. Dan Hikari selalu memperhatikan saya dengan wajah ingin tau jika sedang memburu nyamuk. Umminya memberitau "abi pukul nyamuk." Lalu lidah cadelnya pun mengucap sambil menunjuk ke atas "Muk".
Semut.
Semut dikenalnya karena di rumah kami memang banyak semut berkeliaran. Tapi karena lidahnya belum sempurna berlatih, pengucapannya persis seperti dia menyebut nyamuk : "Muk."
Cicak.
Saat umminya hamil tua hingga awal-awal kelahiran Hoshi, Hikari mendadak jadi manja sekali. Tidurnya pun jadi susah dan banyak syarat. Dia hanya akan tidur malam jika saya gendong sambil berjalan-jalan di luar atau sekedar diayun-ayun di teras depan. Sering kali hal itu berlangsung sampai lebih dari satu jam. Jika dia tak kunjung tidur dan saya sudah terlalu lelah, kami akan duduk berpangku saja sambil mengobrol. Obrolannya bermacam-macam tak tentu arah topiknya. Sesekali saya ajak dia mendongak ke atas ke aras plafon teras rumah memperhatikan cicak yang berkejaran di sekitar lampu. Dari situ lah Hikari mengenal cicak. Dia menyebutkannya dengan fasih walaupun dengan logat aneh : "Ciccak"
Sebutan Ciccak itu bertahan lama sampai suatu hari umminya mengajarkan lagu Cicak-Cicak di Dinding. Dengan susah payah Hikari berusaha mengikuti lagu ajaran umminya. Dan sejak itu, sebutannya kepada cicak berubah menjadi "Cak Dididin" atau sering disingkatnya menjadi "Dididin" saja. Haha
Ikan.
Saat berbelanja ke swalayan, Hikari sering saya ajak ke bagian ikan sementara umminya sibuk berbelanja. Biasanya lama kami berdiri di depan kotak kaca yang berisi ikan (biasanya gurami atau nila) yang berenang-renang sambil menunjuk-nunjuk. Dia senang sekali dan selalu berusaha menyentuh kaca dengan jarinya. Lalu menarik jarinya sesaat sebelum menyentuh kaca sambil tersenyum geli sendiri dengan ekspresi "kepengen tapi takut". Awalnya dia menyebut "Ikang" atau "Kang" tapi sekarang sudah berubah menjadi "Kan."
Ulat.
Suatu hari dia bermain di luar bersama teman-temannya lalu mereka asyik memperhatikan bangkai tikus di selokan yang dikerubuti belatung. Saya menariknya menjauh sambil berkata "Hii ada ulat, sana yuk." Dan saat itu juga Hikari langsung mengulang "Lak."
Kaki Seribu.
Di rumah kami, entah kenapa, banyak sekali kaki seribu yang berkeliaran di lantai, terutama pada malam hari. Hikari akan sibuk menunjuk-nunjuk si kaki seribu sambil berkata : "Lak lak." Hehe. Dia mengira kaki seribu sama dengan ulat, karena kami memang tidak mengajarinya menyebut nama binatang itu.
Begitulah. :)
semoga nama binatang itu benar diucapkan untuk hal yang benar ya mas... hhehehehe
BalasHapuskunjungan perdana
Amiin
BalasHapusmudah-mudahan begitu :)