Hikari dikhitan saat usianya dua bulanan. Di sini, biasanya anak perempuan langsung dikhitan sebelum usia satu bulan. Lalu kenapa Hikari dua bulan? Hikari lahir prematur, dan neneknya bilang kasihan kalau langsung dikhitan. Karena memang Hikari terlihat sangat rapuh saat itu. Dia lahir saat usia kehamilan umminya baru 8 bulan.
Neneknya yg mengkhitan. Saya tidak menyaksikannya dan juga tidak ingat lagi kapan tanggal pastinya. Yang saya ingat adalah saat itu hari kerja dan saya sedang di kantor. Jadi hanya dengar ceritanya saja dari istri bahwa Hikari sudah dikhitan. Alhamdulillah.
Khitan bagi wanita masih menjadi perdebatan banyak kalangan. Sebagian besar dokter saat ini tidak mau lagi mengkhitan anak perempuan dengan alasan kesehatan dan sebagainya. Sementara para alim ulama pun berbeda pendapat karena riwayat hadits seputar khitan wanita ini dipermasalahkan kekuatannya.
Lalu bagaimana?
Untuk yg alasan kesehatan kami kesampingkan saja. Karena toh sejak dulu orang tua orang tua kita sudah melakukannya dan menurut saya tidak ada data yang pasti tentang akibat buruk khitan perempuan bagi kesehatan mereka. Apakah sudah pernah ada penelitian yg melibatkan sekian orang wanita, sebagian dikhitan dan sebagian tidak, dari sejak balita hingga wanita-wanita itu dewasa dan diperiksa kesehatannya? Kayaknya nggak pernah. Atau ada?
Dan untuk bagian perselisihan pendapat di kalangan ulama itu, kami tentu saja tidak bisa memutuskan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Perlu pencerahan dari orang-orang yang lebih mengerti dan bijaksana untuk mengambil sikap. Makanya setelah membaca di sana dan di sini, bertanya ke sana kemari, kami memutuskan untuk mengkhitan kedua anak gadis kami. Dalil dan haditsnya tidak perlu ya saya jelaskan di sini, banyak kok pembahasannya, tinggal search di google saja.
Saat mengkhitan Hikari, Nenek tidak punya keraguan sedikitpun. Langsung mengiyakan saat kami memintanya. Tapi keadaan jadi agak berbeda dengan Hoshi. Entah kenapa Nenek sepertinya ogah-ogahan dan terkesan mengulur waktu.
Beberapa kali beliau mengatakan bahwa dokter-dokter di RSUD saat ini sudah tidak ada lagi yang mau mengkhitan anak perempuan. Pernyataan ini seolah ingin meyakinkan kami untuk tidak mengkhitan Hoshi. Mungkin ini perasaan kami saja, tapi memang akhirnya khitan terhadap Hoshi selalu tertunda.
Selain karena Nenek yang selalu bilang "nantiklah bulan depan aja" juga karena kami -entah bagaimana- seringkali lupa 'menagih' ke Nenek di bulan depannya itu. Dan saat kami ingat, Hoshi secara kebetulan sedang tidak terlalu sehat, demam atau flu. Hingga usianya setahun Hoshi belum juga dikhitan.
Kami mulai khawatir. Dengan usianya yang sekarang, bagaimana reaksi Hoshi nantinya? Saya coba bertanya di forum internal. Ternyata ada yang anak perempuannya baru dikhitan di usia 7 bulan dan tidak apa-apa, tidak rewel dan sakit. Akhirnya lebaran yang lalu kami memutuskan kalau Nenek tetap tak mau, akan kami bawa saja ke bidan lain.
Tapi ternyata Nenek bersedia, walaupun tetap sambil berkata dokter sekarang tidak ada yang mau mengkhitan anak perempuan.
Peristiwa bersejarahnya adalah tanggal 7 Oktober yang lalu. Hari jumat siang saat saya sedang istirahat setelah sholat jumat. Dan ternyata prosesnya secepat kilat. Padahal saya tak berani melihat. :(
Alhamdulillah setelahnya tidak terjadi hal yang mengkhawatirkan. Tidak rewel dan tidak nampak kesakitan. Diapakan sih? Kata umminya cuma digores sedikit saja, tidak ada yang dibuang atau digunting.
Tidak dipestakan seperti khitan anak laki-laki? Hoo.. soal pesta nanti saja kalau mereka menikah. :)
Neneknya yg mengkhitan. Saya tidak menyaksikannya dan juga tidak ingat lagi kapan tanggal pastinya. Yang saya ingat adalah saat itu hari kerja dan saya sedang di kantor. Jadi hanya dengar ceritanya saja dari istri bahwa Hikari sudah dikhitan. Alhamdulillah.
Khitan bagi wanita masih menjadi perdebatan banyak kalangan. Sebagian besar dokter saat ini tidak mau lagi mengkhitan anak perempuan dengan alasan kesehatan dan sebagainya. Sementara para alim ulama pun berbeda pendapat karena riwayat hadits seputar khitan wanita ini dipermasalahkan kekuatannya.
Lalu bagaimana?
Untuk yg alasan kesehatan kami kesampingkan saja. Karena toh sejak dulu orang tua orang tua kita sudah melakukannya dan menurut saya tidak ada data yang pasti tentang akibat buruk khitan perempuan bagi kesehatan mereka. Apakah sudah pernah ada penelitian yg melibatkan sekian orang wanita, sebagian dikhitan dan sebagian tidak, dari sejak balita hingga wanita-wanita itu dewasa dan diperiksa kesehatannya? Kayaknya nggak pernah. Atau ada?
Dan untuk bagian perselisihan pendapat di kalangan ulama itu, kami tentu saja tidak bisa memutuskan sendiri mana yang benar dan mana yang salah. Perlu pencerahan dari orang-orang yang lebih mengerti dan bijaksana untuk mengambil sikap. Makanya setelah membaca di sana dan di sini, bertanya ke sana kemari, kami memutuskan untuk mengkhitan kedua anak gadis kami. Dalil dan haditsnya tidak perlu ya saya jelaskan di sini, banyak kok pembahasannya, tinggal search di google saja.
Saat mengkhitan Hikari, Nenek tidak punya keraguan sedikitpun. Langsung mengiyakan saat kami memintanya. Tapi keadaan jadi agak berbeda dengan Hoshi. Entah kenapa Nenek sepertinya ogah-ogahan dan terkesan mengulur waktu.
Beberapa kali beliau mengatakan bahwa dokter-dokter di RSUD saat ini sudah tidak ada lagi yang mau mengkhitan anak perempuan. Pernyataan ini seolah ingin meyakinkan kami untuk tidak mengkhitan Hoshi. Mungkin ini perasaan kami saja, tapi memang akhirnya khitan terhadap Hoshi selalu tertunda.
Selain karena Nenek yang selalu bilang "nantiklah bulan depan aja" juga karena kami -entah bagaimana- seringkali lupa 'menagih' ke Nenek di bulan depannya itu. Dan saat kami ingat, Hoshi secara kebetulan sedang tidak terlalu sehat, demam atau flu. Hingga usianya setahun Hoshi belum juga dikhitan.
Kami mulai khawatir. Dengan usianya yang sekarang, bagaimana reaksi Hoshi nantinya? Saya coba bertanya di forum internal. Ternyata ada yang anak perempuannya baru dikhitan di usia 7 bulan dan tidak apa-apa, tidak rewel dan sakit. Akhirnya lebaran yang lalu kami memutuskan kalau Nenek tetap tak mau, akan kami bawa saja ke bidan lain.
Tapi ternyata Nenek bersedia, walaupun tetap sambil berkata dokter sekarang tidak ada yang mau mengkhitan anak perempuan.
Peristiwa bersejarahnya adalah tanggal 7 Oktober yang lalu. Hari jumat siang saat saya sedang istirahat setelah sholat jumat. Dan ternyata prosesnya secepat kilat. Padahal saya tak berani melihat. :(
Alhamdulillah setelahnya tidak terjadi hal yang mengkhawatirkan. Tidak rewel dan tidak nampak kesakitan. Diapakan sih? Kata umminya cuma digores sedikit saja, tidak ada yang dibuang atau digunting.
Tidak dipestakan seperti khitan anak laki-laki? Hoo.. soal pesta nanti saja kalau mereka menikah. :)
pertamax om
BalasHapussaya keduax deh kalo gitu
BalasHapus