Yang namanya saudara itu, katanya seperti piring dan gelas kaca. Kalau berdekatan berisiknya bukan main. Berdenting-denting tiada henti setiap bersentuhan. Tapi kalau jauh jadinya sunyi dan kesepian. Ada juga yang bilang 'jauh harum bunga melati, dekat bau bunga bangkai'. Kalau sedang jauh terasa rindu dan sayangnya tak terkira, tapi begitu ketemu ya bertengkar dan berselisih.
Hikari begitu juga dengan Hoshi. Setiap hari bertengkar. Ada saja yang diributkan. Seringnya sih berebut mainan. Heran, padahal umminya sudah membelikan mainan sebanyak itu tapi tetap saja berebut. Apa yang dipegang Hoshi, itu yang dimaui Hikari dan sebaliknya.
Kadang kala Hikari yang memang iseng mengganggu adiknya. Hoshi sedang tenang-tenang bermain, lewatlah Hikari. Dengan sengaja dan sok cueknya, sambil lewat dicoleknya kepala adeknya. Atau kakinya seolah-olah tersandung ke Hoshi. Pokoknya semacam itu lah. Haha. Dan gayanya bener-bener profesional. Cuek kayak yang beneran nggak sengaja gitu. Pelan saja sebenarnya, tapi itu pun sudah cukup untuk membuat Hoshi merengek karena merasa terganggu.
Nah sekarang-sekarang ini, bertengkarnya juga bertambah dengan perang kata-kata. Berhubung Hoshi juga sudah semakin lancar bicara, maka perang kata-kata ini sering kali menjadi-jadi. Hasilnya sih 99% selalu Hoshi yang 'kalah' lalu menangis. Hikari menang dengan suaranya yang keras dan juga lebih kaya kosa kata. Hoshi ini pun, sudah tau dia yang kecil dan selalu 'kalah' tapi tak jarang dia juga yang memulai pertengkaran.
Yang dijadikan bahan berdebat pun hal-hal sepele. Mangga di depan rumah sudah berbuah atau belum. Balon yang ditiup umminya kecil atau besar. Telor asin rasanya asin atau enggak. Sepatu abinya masih baik atau sudah koyak. Juga berdebat tentang lirik lagu. Sepele dan nggak penting. :D
Paling seringnya sih mereka berebut klaim tentang segala sesuatu. Si Ika itu teman siapa? Teman adek atau teman kakak? Sepeda warna merah muda itu punya siapa? Sepeda kakak atau sudah menjadi sepeda adek? Kulkas punya siapa? Kursi di bawah pohon mangga punya siapa? Siapa yang paling sayang abi?
Serunya kalau yang jadi obyek perebutan adalah saya. Haha. Jadi kadang kala saat suasana sedang aman dan damai, tiba-tiba Hoshi memeluk saya sambil berkata "abi adek" plus ekspresi mengejek ke Hikari. Pelan saja, tapi selalu berhasil memprovokasi Hikari yang dengan lantangnya akan merespon dengan kalimat "abi kakak tu!" Dari perang mulut, biasanya dilanjutkan dengan saling berusaha menguasai saya. Hoshi memeluk punggung, Hikari menarik tangan. Hoshi memeluk leher, Hikari berusaha supaya Hoshi terlepas. Dan kalau dibiarkan, klimaksnya nyaris selalu sama : Hoshi menangis. :D
Begitu lah setiap hari.
Seru. Ramai. Ribut. Berisik.
Tapi sesungguhnya mereka itu saling menyayangi satu sama lain. Sebentar bertengkar sebentar sayang-sayangan. Apalagi Hikari, di balik sikapnya yang cuek dan semaunya itu jelas terlihat kalau dia sebenarnya sangat sangat penyayang.
Momen-momen paling mesra di antara mereka berdua adalah di waktu pagi, sesaat setelah bangun tidur. Berbaring berhadap-hadapan, saling mengelus satu sama lain. Berbicara berdua dengan suara yang lembut. juga bercerita tanpa kata. Tak jarang Hikari menciumi Hoshi sambil bercerita entah apa.
Dan walaupun setiap hari bertengkar, mereka saling terikat satu sama lain. Jika salah satunya tidak ada, yang lain seperti kehilangan semangat. Makanya masa-masa awal Hikari masuk sekolah, adalah saat yang berat untuk Hoshi. Cuma dua jam berpisah tapi nampak jelas kalau dia sangat menanti-nantikan kakaknya pulang.
Minggu yang lalu kami menghadiri undangan pernikahan seorang teman dari teman. Tempat duduk di tempat pestanya dipisah antara laki-laki dan perempuan. Awalnya tak masalah. Hikari yang mengantuk ikut dengan saya ke tempat duduk laki-laki. Sementara Hoshi ikut umminya. Tapi tak bertahan lama. Sesaat setelah saya selesai mengambil nasi beserta lauk-pauknya dan hendak duduk menyantap makanan, Hikari merengek-rengek. "Mau tempat ummi, mau tempat adek." Dan ternyata Hoshi pun bertingkah serupa. mencari-cari kakaknya. Beruntung di bagian belakang, tempat meletakkan soto, ada semacam area terbuka yang terhubung jadi mereka bisa bertemu di situ.
Saudara memang seperti itu. Nampaknya tak akur tapi sebenarnya saling terikat satu sama lain. :)