Banyak sanak saudara Ummiyo yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Seperti etnis minang pada umumnya yang tradisi merantaunya masih mengakar kuat, tak aneh sih kalau mereka ada di mana-mana. Kata Ummiyo sih di antara mereka ada saudara dari pihak keluarga Nenek maupun Kakek H2. Jadi memang keluarga dekat.
Sudah sejak awal pindah ke Bandar Lampung sih sebenarnya ingin mengunjungi mereka yang di Jakarta dan sekitarnya itu. Tapi tak pernah pas waktunya. sampai akhirnya ada undangan perkawinan dari Dodo di Bekasi. Yang menikah Iyan sih, abangnya Dodo. Tapi yang mengundang si Dodo lewat BBM dan Watsap. Calon pengantin pasti sibuk mengurus ini dan itu jadi tak bisa mengundang secara langsung.
Acaranya tanggal 6 April 2013, hari minggu. Kami berangkat jumat sore sepulangnya saya dari kantor. Menjelang isya sudah sampai di rumah Mbah H2. Istirahat sebentar sambil menunggu MasTo yang rencananya akan mengantarkan kami ke Bekasi. MasTo ini sehari-hari memang bawa mobil menyeberang ke pulau Jawa mengangkut hasil-hasil perkebunan dan pertanian untuk dijual. Dan karena kami belum pernah bawa mobil sendiri ke Jakarta, kami minta dia mengantarkan kami.
Setelah sholat isya, makan dan istirahat sebentar, kami berangkat. Hikari dan Hoshi langsung terlelap tak lama kemudian. Memang sudah masuk jam tidur mereka sih. Perjalanan lancar sampai Pelabuhan Bakauheni. Kondisi jalanan juga relatif bagus.
Masuk ke Pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 10 malam setelah melewati pos pemeriksaan yang bertanya macam-macam karena kendaraan kami berplat BM. Tarif penyeberangan per penumpang adalah Rp 11.500 sedangkan kendaraan sekelas avanza dikenai tarif Rp 232.500. Ternyata tak langsung naik ke atas kapal. Karena kapalnya memang belum ada yang bersandar di pelabuhan. Kami masuk ke dalam antrian yang sudah lumayan panjang.
Setelah menunggu hampir satu jam lamanya, antrian mulai bergerak naik ke kapal. Kendaraan besar sekelas truk dan bus masuk ke melalui pintu di lambung kapal. Sedangkan kendaraan kecil sekelas minibus naik ke atas geladak. Petugas sibuk mengatur posisi mobil sedemikian rupa supaya rapi. Kami mendapat tempat di tepi kiri, di geladak belakang dekat dengan pintu masuk penumpang kelas 3.
Hikari dan Hoshi yang sedari tadi tertidur akhirnya terbangun karena mesin mobil dimatikan. Udaranya panas terasa. Di atas kapal memang tidak dibenarkan menghidupkan mesin kendaraan. Kata MasTo sih, dulu boleh. Tapi sejak kejadian kebakaran di kapal beberapa bulan yang lalu, larangan ini diberlakukan. Hoshi rewel dan tak mau diam bahkan setelah saya gendong. Hikari bisa ditenangkan Umminya. Ini adalah pengalaman pertama mereka naik kapal laut.
Ingin masuk ke ruangan penumpang tapi urung begitu melihat asap rokok yang memenuhi ruangan. Sampai terasa pedih di mata. Akhirnya berjalan-jalan saja di sekitar koridor penumpang sambil menggendong Hoshi yang tak mau lepas. Tak lama kemudian kapal pun mulai meninggalkan pelabuhan Bakauheni. Hoshi nampaknya mengantuk dalam gendongan. Kami kembali masuk ke mobil di mana Hikari dan Ummiyo menunggu. Gerimis mendadak turun, udara terasa sedikit sejuk. Hoshi akhirnya tidur dalam pelukan Ummiyo sampai kapal bersandar di Pelabuhan Merak.
Menjelang tengah malam tapi Tol Jagorawi masih saja padat. MasTo yang tadi sudah tidur di atas kapal nampak waspada di antara ribuan kendaraan yang memenuhi jalanan. Hikari dan Hoshi langsung terlelap bagitu keluar dari kapal tadi. Ummiyo sibuk bertanya alamat dan rute kepada Iyan yang masih saja terjaga demi memandu kami. Sementara saya konsentrasi memperhatikan GPS di android berlayar kecil.
Malam itu kami akhirnya sukses tersesat di Bekasi. Tujuannya adalah daerah Jatiwarna. Kami salah mengambil jalan dan terlalu cepat keluar dari tol. Mestinya keluar di pintu tol Jatiwarna, tapi kami sudah keluar setelah melihat penunjuk arah yang menunjukkan Asrama haji Pondok Gede. Ditambah lagi MasTo ternyata belum pernah mengantar barang sampai ke Bekasi.
Beruntung berkat panduan dari Iyan yang sepertinya sangat memahami jalanan bekasi dan GPS yang alhamdulillah terus menyala, kami pun tiba di Jatiwarna. Iyan menunggu di depan mulut gang rumahnya. Hihi. Maaf ya, calon penganten, jadi begadang nungguin kami.
Di dalam rumah ternyata sudah ramai sanak saudara yang datang. Mereka nyenyak tidur bergelimpangan di ruang tamu ketika kami melewati mereka dengan hati-hati. Kami tidur di lantai atas, di kamar Iyan yang rapi. Iyan-nya sendiri entah tidur di mana. :D
Hari sabtu itu mendung sejak pagi. Acara dilangsungkan dalam satu hari saja. Ijab Kabulnya di pagi hari dilanjutkan dengan pesta sampai sore. Kehebohan di dalam rumah terasa sekali. Keluarga yang sudah ada di rumah -termasuk kami- bersiap-siap. Keluarga lain berdatangan; ada yang dari sekitar Bekasi saja, ada juga yang datang jauh dari Bandung. Setelah semuanya siap, kami pun berangkat ke rumah calon mempelai wanita di Pondok Melati.
Acara berlangsung tertib dan lancar sementara Hikari dan Hoshi sibuk sendiri tak mau diam. Heboh minta dibelikan balon gas karakter dan tak mau tunggu sampai nanti. Sampai saat berfoto dengan pengantin di atas pelaminan pun balonnya tak mau dilepas sebentar. :D
Gerimis yang akhirnya turun tak mengurangi kemeriahan pesta. Menjelang waktu zuhur, setelah puas menyantap makanan dan bercengkrama dengan saudara-saudara dan sesama tamu, kami kembali ke rumah Iyan di Jatiwarna. Tak ada satu pun yang membawa payung.
Si Ummiyo inginnya pulang hari minggu. Tetapi MasTo katanya ada kerjaan di hari minggu jadi kami akan pulang malam minggu. Om Wan dan Tante Etty mengajak kami berjalan-jalan sebelum pulang ke Lampung. Ke mana? Dengan mempertimbangkan waktu yang sudah tengah hari, akhirnya diputuskan untuk ke TMII saja. MasTo tinggal di rumah supaya istirahat karena nanti malam akan menyetir. Om Wan yang bawa mobil.
Saya baru sekali ke Taman Mini, dulu waktu SMP dalam rangka darma wisata bersama teman-teman kelas 3. Waktu itu pun tak terlalu menikmati karena saya mabuk sepanjang perjalanan. Kalau tak salah, rute jalan-jalan ketika itu adalah Masjid Istiqlal, Monas dan TMII.
Hoshi tidur sepanjang perjalanan dan masih terlelap ketika kami sampai di depan Istana Mainan. Berfoto-foto sebentar dengan para badut yang ramai - yang ternyata mereka minta dikasih uang setelah selesai foto-foto. Hikari sudah tak takut lagi berada di dekat badut.
Sampai lama kemudian, ketika sudah terasa semakin berat dalam gendongan, Hoshi akhirnya bangun dan bergabung dengan Kakaknya menjelajah ke sana kemari. Jauh-jauh pergi ke Taman Mini, ujung-ujungnya main di tempat mainan anak-anak juga. Lelah bermain, kami lanjut berkeliling. Hikari ditawari untuk naik kereta gantung tapi tak mau. Ya sudah akhirnya ke Dunia Air Tawar dan Museum Serangga.
Tiket masuknya 15ribu per orang. Anak-anak seusia Hikari dan Hoshi dikenakan tarif yang sama dengan orang dewasa. Tiket ini merupakan tiket terusan di dua tempat itu. Sepertinya sih ini strategi marketing. Karena nampaknya pengunjung lebih tertarik untuk masuk ke Dunia Air Tawar. Jadi dibuatlah sistem terusan ini agar Museum Serangganya juga sekalian dikunjungi. Om Wan dan Tante Etty tak ikut masuk, mereka menunggu di luar saja. Jadi kami berempat saja yang masuk.
Hikari dan Hoshi langsung heboh melihat bermacam-macam koleksi ikan yang ada di dalam ruangan gelap itu. Bener lho, ruangannya remang-remang. Sumber cahaya hanya berasal dari lampu yang ada di dalam akuarium masing-masing ikan. Hikari heboh berlari ke sana kemari. Dia hanya sekilas-sekilas saja melihat ikan-ikan yang ada. Meskipun antusias, tapi hanya ikan di beberapa akuarium yang membuat dia berhenti lama. Berbeda dengan Hoshi yang lebih tekun dan teliti. Selalu berhenti cukup lama di setiap akuarium dan mengamati dengan seksama ikan-ikan yang ada di dalamnya.
Menjelang bagian akhir bangunan, dekat dengan pintu keluar, ada satu bagian yang dibangun menjadi semacam hutan buatan yang lumayan luas. Di sini terang karena atapnya terbuat dari bahan yang t embus cahaya, Ada pepohonan buatan dan beberapa pohon asli. Juga ada kolam-kolam ikan yang mengalir seperti sungai kecil dengan air terjun kecil di bagian hulunya. Kami berhenti sebentar di sini. Ada petugas yang sedang memberi makan ikan-ikan. Petugasnya ramah, mengajak anak-anak untuk memberi makan ikan bersama dia. Sayangnya baik Hikari maupun Hoshi tak ada yang mau ikut serta. :)
Di pintu keluar, ada beberapa pedagang yang menjual cindera mata dan oleh-oleh. Juga ada yang menjual ikan-ikan kecil. Kami membelikan 2 ekor kura-kura kecil berwarna hijau untuk mereka berdua.
Di pintu keluar, ada beberapa pedagang yang menjual cindera mata dan oleh-oleh. Juga ada yang menjual ikan-ikan kecil. Kami membelikan 2 ekor kura-kura kecil berwarna hijau untuk mereka berdua.
Selesai di Dunia Air Tawar, kami lanjut ke Museum Serangga dan Taman Kupu-Kupu yang letaknya bersebelahan. Tapi Ummiyo katanya pusing dan tak sanggup lagi berjalan. Ya sudah, akhirnya kami bertiga ditemani Om Wan yang masuk.
Pengunjungnya sepi. Sesuai namanya, tempat ini berisi koleksi serangga dan kupu-kupu beraneka macam. Bermacam spesies serangga ada di sini, dari yang kecil sampai yang ukurannya raksasa. Tentu saja dalam keadaan sudah tak bernyawa dan diawetkan yaa.. Serangga-serangga dan kupu-kupu itu dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu dan dipajang dengan susunan yang rapi di dalam frame. Cantik. (Beberapa koleksi fotonya bisa dinikmati di blog INI).
Seperti di Dunia Air Tawar, di bagian akhir dari Museum Serangga ini juga terdapat satu area terbuka yang dikelilingi oleh jaring halus. Dari papan nama di pintu masuknya, mestinya sih tempat ini berisi banyak kupu-kupu hidup. Tapi saat kami masuk ke sana, kupu-kupu yang ada cuma sedikit. :(
Kami kembali ke Jatiwarna sekitar pukul lima sore. Hujan turun dengan lebatnya. Jalanan banyak yang tergenang dan nyaris macet di mana-mana. Kalau kami pulang hari minggu, Om Wan dan Tante Etty masih akan menginap juga di rumah Iyan bersama kami. Tapi karena kami akan pulang malam ini juga, jadinya Om Wan dan Tante Etty langsung pulang ke Bandung.
Perjalanan pulang ke Lampung terasa lebih mudah. Saya tak perlu lama-lama memperhatikan GPS. Mas To hanya perlu panduan hingga memasuki pintu tol Jagorawi karena setelah itu dia sudah hapal jalan ke Pelabuhan Merak. Kami semua tertidur dan baru terjaga ketika telah sampai pintu masuk pelabuhan. Antrian untuk masuk ke kapal cukup lama, Ummiyo sempat membeli Dunkin' Donuts untuk oleh-oleh.
Walaupun singkat, tapikondangan liburan kali ini cukup menyenangkan yaa. Banyak hal pertama kali yang dialami oleh Hikari dan Hoshi. :) Mudah-mudahan lain waktu bisa punya waktu senggang lebih lama jadi bisa lebih santai jalan-jalannya.
Walaupun singkat, tapi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar