Si Ummiyo kan punya acara arisan bulanan dengan istri-istri pegawai DJP di Bandar Lampung. Arisannya biasanya sih bergiliran dari rumah ke rumah. Yang jadi tuan rumah adalah yang pada bulan tersebut mendapat uang arisan. Waktu itu kami mendapat giliran pertama, pas masih tinggal di jalan Merak.
Yang ikut arisan kebanyakan dari kantor sebelah, yang sekantor dengan saya cuma 2 orang. Waktu itu kami baru pindah ke Bandar Lampung. Acara kayak gini berguna sih untuk silaturahim sekaligus menambah kenalan baru. Karena selama tinggal di sini, yang dikenal ya paling-paling orang-orang di kantor serta tetangga-tetangga di sekitar rumah kontrakan.
Acaranya tak selalu di rumah sih. Pernah juga beberapa kali di luar, di tempat makan. Kalau tak salah sudah 2 kali acaranya bertempat di Warung Steak di jalan ZA Pagaralam situ. Nah pas kemaren itu tuh ceritanya semacam penutupan arisan gitu deh (nggak terasa udah setahun lebih di Bandar Lampung), kocokan yang terakhir. Yang dapat istrinya Tomo. Kata Ummiyo sih ada kelebihan dari uang kas yang dikumpulkan setiap bulannya. Rencananya sih akan digunakan untuk jalan-jalan ke mana gitu. Tapi setelah diskusi dan segala macam, akhirnya diputuskan untuk makan-makan aja di Waroeng Diggers. Acaranya malam minggu tanggal 23 November 2013.
Walaupun sudah lebih setahun tinggal di kota ini, kami belum pernah sekali pun makan di tempat ini. Dengar pun baru sekali ini. Haha. Semenjak di sini memang bisa dibilang jarang pergi makan ke tempat yang jauh dari Kemiling. Makanya karena penasaran, kami pun mencoba tempat makan ini di hari selasa, di jam istirahat siang saya.
Waroeng Diggers ini letaknya di jalan Way Sungkai, Pahoman. Tempatnya bukan di tepi jalan besar, tapi agak masuk ke dalam. Tepatnya di kompleks perumahan Besi Baja (kalau tak salah). Dekat sih dari kantor saya. Mestinya sih nggak sampai 10 menit udah bisa sampai ke lokasi. Tapi karena saya tak paham jalan dan GPS di android nggak bisa 'mengunci' alamat yang dicari, jadilah kami berputar-putar sebentar mencari-cari.
Tempatnya asyik. Bangunan utamanya ada di bibir tebing. Atau bisa juga kayaknya kalo disebut lereng bukit. Dari sini kita bisa menikmati pemandangan yang memanjakan mata. Jauh di sana ada laut dengan kapal dan perahu-perahu kecilnya. Lalu di sisi satu lagi adalah pegunungan kecil dalam jajaran Bukit Barisan. Juga bisa menikmati sebagian kecil kota Bandar Lampung.
Lalu ada tangga yang menghubungkan dengan bangunan yang ada di bagian bawah. Di sini ada tempat untuk lesehan. Juga terdapat areal terbuka yang sepertinya akan asyik sekali di malam hari. Terdapat semacam panggung rendah tempat seorang pemuda sedang bernyanyi dengan ceria. Suaranya bagus dan merdu.
Menu yang ditawarkan ada bermacam-macam. Ada nasi dengan berbagai lauk dan sayur. Ada juga pilihan lain seperti pempek, mi goreng, dsb. Tinggal pilih saja sesuai selera. Siang itu kami memesan paket nasi dan empal daging lengkap dengan lalapannya. Hikari dan Hoshi memesan mi goreng. Minumannya pun tersedia dalam banyak pilihan, tapi kami memesan yang mainstream saja, teh dalam kemasan botol. Haha.
Soal rasa yaa lumayan lah. Tapi tentu beda lidah beda pula penilaiannya. Dan bisa lain pula tergantung suasana hati dan orang yang menemani. Hihi. Jadi saya tak akan berkomentar tentang rasa. Yang jelas sih penyajiannya agak lama. Padahal siang itu sepi. Untunglah pemandangan yang bagus membuat kami tak terlalu mempermasalahkan lamanya waktu menunggu.
Karena sudah tau tempat pastinya. Kami tak kesulitan lagi pas datang di malam minggu itu. Lepas sholat maghrib berangkat dari rumah dan sebelum pukul 7 malam sudah tiba di tempat. Tomo dan Ana serta anaknya sudah menunggu. Mereka mengambil meja di bagian bawah, di dalam semacam ruangan dengan meja panjang gitu. Tapi kemudian pindah ke bagian luar ketika yang lain sudah berdatangan.
(yang ini fotonya dari google yaa...) |
Seperti perkiraan saya sebelumnya. Tempat ini terasa lebih menarik lagi di malam hari. Lampu-lampu sengaja dipilih yang cahayanya tidak terlalu terang. Banyak pasangan yang duduk di area terbuka di dekat tempat kami duduk. Di ujung sebelah kanan terpasang layar besar yang menayangkan pertandingan sepakbola. Hikari dan Hoshi tak bisa diam. Berlari ke sana kemari tak henti-henti. Saya jadi tak bisa duduk karena mereka kadang berdiri di samping pagar. Lalu berlari naik turun tangga karena di bagian atas ada lampu warna-warni yang sinarnya bergerak-gerak di lantai. Mereka asyik berusaha menginjak lampu-lampu itu.
Suasananya menyengkan. Langit cerah dan udara terasa sejuk. Angin yang bertiup juga sepoi-sepoi, tidak sampai mematikan lilin-lilin yang ada di tiap meja. Selain pasangan-pasangan muda, banyak juga yang datang bersama keluarga. Waroeng Diggers penuh sekali malam itu. Katanya sih Warung ini memang adalah salah satu tujuan kuliner yang lumayan populer di Bandar Lampung.
Acara selesai menjelang pukul setengah sembilan malam. Oiya, di bagian depan ada semacam dinding dengan logo Waroeng Diggers gitu. Kayaknya sih itu sengaja dibuat untuk tempat berfoto-foto. Dan memang banyak sih yang foto-foto di situ. :D
Jadi kalau suatu saat main ke Bandar Lampung dan kepengen makan di tempat yang suasananya nyaman, bisa coba ke Waroeng Diggers deh. Kalau payah nyari tempatnya, bisa kok ngajak kami. Hihihi.
kok saya g tahu ya kl ada arisan kek gitu,,, padahal sdh bertahun2 di sini...
BalasHapus*tyt syaratnya adalah mjd istri pegawai*
-kiki, kpp telukbetung (pernah di kpp kedaton juga)-
iya, Kiki, arisan istri2 pegawai
BalasHapus:)