Selasa, 19 Maret 2013

H2 dan Atraksi Gajah di Bumi Kedaton

Sudah setengah tahun tinggal di Lampung sejak pindah dari Pekanbaru. Tapi belum pernah sekali pun melihat atraksi gajah. Ingin ke Pusat Pelatihan Gajah Lampung di Way Kambas sana. Tapi setelah tanya sana sini akhirnya nggak jadi. Katanya tempatnya lumayan jauh dari Bandar Lampung. Ya sudah akhirnya cukup puas lah dengan melihat patung gajah saja di Bundaran Gajah situ. :D

Well sebenernya udah tau sih kalau gajah itu ya cuma gitu-gitu aja. Dulu waktu SMA pernah pergi ke Way Kambas Juga. Dan Hikari Hoshi juga udah pernah liat gajah waktu main ke Kebun Binatang di Bukittinggi. Tapi tetep dong kepengen. Lampung kan terkenal dengan ikon gajahnya, masa belum pernah liat sih? :D

Sampai kemudian dapet undangan pesta perkawinan Mbak Yossi, teman di kantor sini. Pestanya tanggal 17 Maret 2013 di Bumi Kedaton. Katanya sih itu semacam Kebun Binatang dan tempat rekreasi keluarga gitu. Wah keren. Dan yang mengejutkan, begitu baca lengkap undangannya, ada keterangan di situ "HIBURAN : ATRAKSI GAJAH" Wow. Langsung semangat dan nggak sabar pengen pergi.

Kalau tengok lokasinya di peta sih kayaknya nggak jauh. Dan berdasarkan keterangan teman-teman di kantor memang tak jauh, tapi lokasinya memang di luar kota. Bunda Latif bilang lewat Lembah Hijau juga bisa. Okesip. Kalau nyasar ya tinggal buka map di android aja. Tapi nggak perlu juga karena beruntung sehari sebelumnya si Ummi BBM-an dengan Randhu. Ternyata mereka dapat undangan juga. Ya sudah akhirnya janjian mau pergi sama-sama.

Sekitar pukul 11 hari H, Randhu dan keluarga sudah menjemput ke rumah. Mereka terpaksa menunggu sebentar karena kami belum selesai bersiap. Dan tak lama kemudian berangkatlah. Randhu dan keluarga -yang sudah tau tempatnya- berjalan di depan sementara kami mengikuti.

Perjalanannya ternyata lumayan jauh. Sepertinya sih lewat jalan alternatif, karena tidak sesuai dengan peta yang ada di kartu undangannya. Melewati jalanan perkampungan yang relatif sepi. Jalanan bagus walaupun sedikit berlubang di sana dan di sini. Udaranya sejuk dan terasa bersih. Banyak pohon dan sedikit kendaraan. Asri. 

Ada satu ruas jalan yang menarik. Di tepinya tumbuh rapi berjajar pohon-pohon yang sudah cukup besar. Dahan dan rantingnya secara unik tumbuh lebih banyak ke arah jalan sampai memayungi jalannya. Teduh. Lewat di bawahnya seperti berjalan melewati terowongan berdinding ranting dan daun. Sayang tak sempat mengambil fotonya.

Sekira setengah jam perjalanan, kami pun sampai di Bumi Kedaton. Hikari dan Hoshi langsung antusias melihat banyak permainan di lokasi. Hari mendung dan gerimis. Parkir penuh dan kami kebagian tempat yang agak jauh di bawah. Hoshi memakai kantong plastik kresek untuk menutupi kepalanya karena tak ada payung.

Pestanya meriah. Pengantin duduk manis di pelaminan. Sekali-sekali berdiri saat ada undangan yang datang memberi selamat lalu berfoto. Pas jam makan siang dan kami memang belum makan sejak pagi. Banyak juga teman-teman kantor yang datang bersamaan dengan kami. Fuad dan Randhu pulang duluan karena ada acara lain katanya. 

Sekitar satu jam kemudian, Hikari dan Hoshi mulai nampak bosan. Hikari berkali-kali bertanya "Mana gajahnya?" Karena memang sudah diberitahu sebelumnya kalau akan melihat gajah. Pengumuman dari panitia sih atraksi gajahnya sekitar pukul 1 siang. Atraksinya bukan di gedung tempat berlangsungnya pesta, tapi di tempat lain lagi. Untuk menuju ke sana tersedia mobil terbuka yang akan mengantar tamu yang ingin menyaksikan.

Baiklah ikut antre menunggu mobil yang akan  membawa kami ke lokasi atraksi gajah. Mobilnya terbuka, tak berdinding tapi beratap. Bangkunya tiga baris menghadap ke depan. Lokasinya agak jauh juga kalau ditempuh dengan berjalan kaki.


Hanya ada 2 ekor gajah di situ. Sepertinya sih jantan dan betina. Atraksi belum dimulai, karena memang belum jam 1 seperti pengumuman panitian tadi. Dan juga tamu yang berkumpul masih sedikit. Hikari dan Hoshi bersemangat sekali memperhatikan gajah di kejauhan. Lalu berlari ke sana kemari bermain ini itu. Hoshi sempat menangis karena kepalanya terselip di pagar besi karena dia iseng memasukkan kepalanya. Untung bisa segera saya keluarkan sebelum dia menjerit-jerit lebih heboh lagi. :D

Orang-orang berdatangan lebih banyak lagi diantar mobil yang bolak-balik menjemput. Setelah lama menunggu, baru sekitar pukul setengah 2 atraksinya dimulai.

Gajahnya ternyata benar jantan dan betina. Yang Jantan bertubuh lebih besar dan memiliki gading yang nampak kuat dan gagah. Yang betina sedang hamil.  Mereka gajah afrika hasil didikan Way Kambas. Pawangnya pegang gancu sebagai alat untuk memberi instruksi. 

Dulu waktu SD atau SMP (lupa) pernah "dipaksa" nonton film Cintaku Di Way Kambas. Nontonnya rame-rame dengan teman-teman sekolah, pada jam sekolah, didampingi guru juga. Saya tak ingat ini program dari dinas apa dan lupa juga gratis atau bayar. Tapi senang sih karena itulah pertama kalinya saya nonton film di bioskop.



Selain kisah cinta remaja sebagai inti ceritanya, ada juga adegan-adegan tentang cara menjinakkan gajah supaya mereka mau menuruti pawangnya. Salah satunya ya dengan gancu itu. Sebenarnya agak kejam sih. Gajah diikat lalu dipukul berkali-kali dengan gancu di bagian kepalanya, tepat di antara kedua matanya. Gajah memiliki ingatan yang sangat kuat tentang segala sesuatu. Pelatihan dengan gancu itu berfungsi sebagai semacam shock therapy. Jadi di kemudian hari gajah akan menurut (karena ketakutan dan trauma?) jika diberi instruksi dengan gancu. Begitu lah.

Setelah diperkenalkan asal-usulnya, atraksi pun dimulai. Tapi sebelumnya diminta satu orang penonton sebagai voluntir untuk maju ke depan. Feeling saya sih akan dikalungi karangan bunga oleh gajahnya. Saya memberi semangat kepada Umminya H2 untuk maju ke depan. Si umminya mau, dan ternyata benar gajahnya mengalungkan karangan bunga. 

Atraksinya kalau dilihat dengan mata biasa sih ya begitu-begitu saja. Gajah disuruh duduk. Gajah mengangkat pawangnya dengan belalai. Pawangnya bergelantungan di gading gajah. Gajah disuruh berhitung. Dan hal-hal remeh semacam itu. Yang luar biasa adalah menyaksikan bagaimana seorang pawang bisa menggerakkan raksasa seberat 3 ton lebih untuk melakukan hal-hal remeh tersebut hanya dengan menekankan gancu kecil di kepala sang gajah. Itu mengagumkan dan pasti membutuhkan latihan yang tidak sebentar. Juga ikatan yang kuat antara gajah dengan pawangnya. Keren.


Sepanjang pertunjukan, Hikari antusias walaupun tak sampai bertepuk tangan. Dia memperhatikan dengan seksama. Lain halnya dengan Hoshi yang mengkerut ketakutan dalam gendongan saya setiap kali gajahnya mendekat ke arah penonton. Jika gajahnya menjauh, Hoshi mau sih menyaksikan dengan tenang. Tapi begitu gajahnya mendekat, Hoshi langsung memeluk saya erat sambil membenamkan mukanya dalam-dalam di badan saya. :)

Cukup lama atraksinya. Setengah jam. Di akhir pertunjukan, penonton diperbolehkan berfoto dengan gajah dan pawangnya jika ingin. Sayang sekali Hikari dan Hoshi ketakutan ketika saya ajak mendekat ke arah gajahnya. Akhirnya dibujuk-bujuk untuk mendekat dari belakang, tapi tak berhasil dengan baik. :)

 
 
*poster film diambil dari SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar