Senin, 10 Juni 2013

Hikari Dan Kisah Tiga Permen

Saya termasuk orang yang tidak suka jika berbelanja lalu diberi kembalian tidak dalam bentuk uang. Biasanya sih permen.
Rasanya jadi terpaksa padahal kita kan nggak ada niat untuk beli permen.
Apalagi kalau ngasih kembalian permennya nggak pake basa-basi. Langsung kasih gitu aja. Kalau pakai basa-basi sih masih mending, misalnya : "Mohon maaf yang teramat sangat ya Pak, kami kehabisan uang kecil. Sudah berusaha nukar ke mana-mana, sampe ke bank juga ternyata nggak dapet. Nukar ke kotak amal di masjid juga udah keduluan orang lain. Jadi khusus hari ini kami kembalikan uang bapak dalam bentuk permen ya.." dengan wajah yang sangat menyesal.
Tapi dalam praktek sehari-hari, amat sangat jarang ada yang seperti itu.
Banyak penjual yang mengambil langkah mudah. Daripada repot harus menukarkan uang besar dengan pecahan kecil untuk kembalian, kasih permen aja ke pembeli. Sungguh cerdas.
 
Jadi kemaren siang ke alfamat dengan Hikari.
Belanjanya 11.600, kasih uang ke kasirnya 12.000
Dan si mbak kasirnya ngasih kembalian permen.
Langsung pasang tampang males sambil bilang: "nggak usah deh, ambil aja permennya mbak" sambil siap-siap mau pergi aja.
Nggak taunya Hikari nyamber : "Kak Ai mau, Bi" sambil narik-narik ujung baju.
Nah. Jadi serba salah. Tadi udah pasang tampang jutek, masak mau diambil itu permen? Gengsinya mau dikemanain?
Tapi karena Hikari kayaknya mau banget, ya udah deh ngalah.. Gengsinya buang ke laut dulu.
Akhirnya poker face deh : "Oh Kak Ai mau katanya mbak"
.........



Tiga butir permen yang menghancurkan gengsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar