Kamis, 30 Desember 2010

Hikari dan Tukang Buah

Salah satu kata awal yang dikuasai Hikari saat mulai belajar bicara adalah BUAH. Awalnya diucapkan dengan lafal yang tidak pas, seperti ada bunyi huruf W setelah bunyi B. Jadi akan terdengar : BWAH. Tapi semakin ke sini, pengucapannya semakin lancar dan jelas : BUAH.

Ini berhubungan dengan penjual buah keliling yang setiap hari lewat di depan rumah.

Tukang buahnya yang setiap hari lewat ada 3 orang, dan urutannya nyaris tak pernah berubah. Yang pertama adalah seorang kakek yang mendorong gerobak ber-etalase. Kami tak tau pasti usianya berapa, tapi melihat dari cara jalannya yang perlahan mendorong gerobaknya sepertinya sudah lewat dari 60 tahun. Kakek pertama ini jika lewat tak pernah bersuara, hanya terdengar bunyi gerobaknya saja yang dipukul beraturan dengan katu. Tok-tok-tok-tok. Waktu lewatnya antara pukul sembilan sampai sepuluh pagi.


Sekitar pukul sebelas hingga dua belas siang, lewatlah yang kedua. Juga seorang kakek. Tapi usianya nampaknya lebih muda dibandingkan kakek yang pertama. Suaranya pun masih lumayan nyaring meneriakkan dagangannya. Buah buah buah. Kakek kedua berkeliling menggunakan sepeda. Etalase buahnya diletakkan di boncengan belakang. Sepedanya dituntun, tidak dinaiki. Entah kenapa. Mungkin tak kuat lagi meng-gowes, atau mungkin juga repot kalo ada yangbeli mesti turun dan naik lagi.


Dan yang ketiga akan lewat di antara pukul satu sampai dua siang. Bapak-bapak paruh baya memakai sepeda motor. Suaranya bersemangat berteriak, ditambah bunyi alat semacam terompet yang ujungnya ada semacam karet bulat dan cara membunyikannya dengan dipencet bukan ditiup.

Setelah melalui survey dan beberapa kali pembelian, yang jadi langganan kami adalah Kakek yang pertama. Buah yang dijualnya potongannya relatif lebih besar dan segar. Orangnya pun lebih ramah daripada kedua orang yang lain. Kakek yang kedua juga sekali-kali masih dibeli kalau terlewat yang pertama. Tapi yang ketiga nyaris tak pernah kami pedulikan. Buahnya jelas masih muda dan terasa kalau manisnya adalah manis buatan. Mungkin dicelup di dalam air gula, entahlah.

Mungkin karena setiap hari lewat dan kami juma sering membeli itulah Hikari cepat fasih dan lancar mengucapkan kata BUAH. Setiap kali mendengar suara Tok-tok kakek pertama atau teriakan kakek kedua atau 'terompet' ketiga, Hikari akan berlari ke ruang depan dan berteriak keras BUAAAH.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar