Senin, 02 Mei 2011

Hikari NAN dan Lactogen Gold

Akhirnya bisa juga menyelesaikan pekerjaan itu sebelum jatuh tempo. Bersyukur karena Allah masih memudahkan urusan hingga tidak sampai menimbulkan hal-hal yang lebih menegangkan. 

Ada kesalahan dalam pengaturan jadwal dan penentuan skala prioritas. Tapi tak ingin menyalahkan siapa-siapa, karena tak ada gunanya juga. Dan bisa dibilang penyebab terbesarnya karena saya yang terlena dengan berpikir bahwa satu bulan itu adalah waktu yang lama, tapi ternyata tidak. Yang penting sekarang bisa mengambil nafas lagi dan istirahat sejenak walaupun deadline yang lain sudah menanti.

Hikari sudah resmi ganti susu. Kejadiannya bukan disengaja, tapi karena terpaksa karena kami salah mengecek persediaan susunya.

Hari itu Selasa, 22 Maret 2011.
Sesaat setelah azan maghrib lewat, Hikari, Hoshi dan Umminya sudah di dalam kamar. Ini memang sudah waktunya Hoshi tidur. Sementara Hikari biasanya masih bersemangat main di luar dengan saya. Tapi tumben dia sudah ikut masuk kamar dan ikutan tidur.

Saya di luar saja, tidur-tiduran malas di ruang depan. Kenapa tak ikut di dalam kamar? Karena Hoshi biasanya butuh konsentrasi penuh jika sedang menyusu untuk tidur. Jika saya ada di dalam kamar, dia akan menengok-nengok ke saya terus dan tidak jadi tidur. Pokoknya momen khusus antara Hoshi dengan umminya deh, nggak boleh ada abi. :)

Saat sedang malas-malasan itu, sekilas teringat susu Hikari. Rasanya sudah habis, tinggal tersisa yang di dalam wadah yang sudah terbuka itu. Meragu, tapi saya malas berdiri untuk mengecek seberapa banyak sisanya. Dan sekilas juga terlihat oleh saya masih ada satu kotak susu di bawah tempat dispenser air minum. Rasanya pengen sekali memastikan, tapi entah kenapa malam itu rasanya nyaman sekali berbaring dan malas untuk bangkit berdiri. Mengkonfirmasi kepada istri juga tak mungkin, apalagi sampai masuk kamar dan bertanya langsung.

Nanti saja, akhirnya pikiran saya mendapat pembenaran. Toh biasanya istri juga akan keluar dari kamar segera setalah Hoshi selesai menyusu. Maka kemudian saya tunda saja rasa penasaran itu hingga akhirnya ketiduran.

Terbangun dengan gelisah menjelang pukul setengah sepuluh. Itu artinya istri juga ketiduran. Karena jika tidak, dia pasti akan membangunkan saya untuk makan malam. Mungkin kecapekan seharian tadi mengurusi kedua anaknya. Sesaat lupa dengan urusan susu Hikari karena kelaparan. Lalu dilanjutkan dengan memasukkan motor ke dalam rumah dan mengunci pagar.

Tak lama terdengar rengekan Hikari. Sudah pukul sepuluh. Waktunya Hikari minum susu. Dan saat membuatkan susu untuknya itu lah baru ketauan kalau susu yang di dalam wadah tinggal tersisa untuk dua atau tiga kali minum. Tak akan cukup sampai pagi. Dan kotak yang saya lihat di bawah dispenser itu ternyata kotak kosong.

Istri masih tertidur dengan nyenyaknya. Saya memberikan susu ke Hikari yang meminumnya tanpa membuka mata. Menyesali dalam hati kenapa sore menuruti rasa malas. Dan berpikir-pikir kebingungan akan mencari susu kemana di malam selarut ini.

Bersamaan dengan selesainya Hikari meminum habis susunya, istri terbangun. Setengah sadar dia menjawab saat saya tanya. Lalu beberapa detik kemudian ekspresi wajahnya langsung serius. "Masa iya habis? Kan masih ada sekotak?" Ah, ternyata dia pun tertipu kotak kosong itu.

Motor yang sudah dimasukkan pun dikeluarkan lagi. Di mana hendak dicari NAN 3 yang legendaris itu ya? Seperti kita ketahui bersama, tidak mudah menemukan Nestle NAN 3 di Pekanbaru. Hanya ada di beberapa toko saja, dan stoknya tidak pernah banyak.

Setengah sebelas malam.

Di Pasar Buah 88 selalu ada tapi pasti sudah tutup sejak tadi. Toko-toko di Sudirman pun kemungkinan besar sudah tutup, apalagi jarak dari rumah pun tidak dekat. Minimarket 999 tutup pukul sepuluh juga. Di mana lagi? Minimarket langganan di dekat kampus Universitas Riau pun sudah tutup.

"klo gk ada nan beli lactogen gold aja mw kk. hati2 djalan."

Pesan masuk dari istri setelah berkeliling tanpa hasil. Bisa pas banget, saya juga baru saja memikirkan hal yang sama. Minimarket dekat lampu merah situ masih buka dan untunglah Lactogen Gold 3 tersedia. Beli yang kemasan kecil aja, yang penting cukup sampai besok siang. 

Yang paling merepotkan dari Nestle NAN 3 adalah (sekali lagi) susah didapat. Kalau soal harganya, masih bisalah diusahakan. Masih bisa diambilkan dari pos-pos pengeluaran yang lain. Apa sih yang nggak buat anak? Tapi kalo harganya relatif mahal dan susah didapat, ini sungguh kombinasi yang bikin sakit kepala.

Tak terhitung berapa banyak susu formula merk lain yang lebih mudah didapat yang kami cobakan ke Hikari. Tapi semuanya ditolak. Baru dicoba langsung dicampakkan itu botolnya. Yang terakhir kami coba ya Nestle Lactogen itu. Hikari mau minum walaupun tak sesemangat jika disodorkan NAN. Tapi jadilah. Komposisinya juga serupa. Yang membedakan adalah harganya yang nyaris 2 kali lipat. Mungkin karena NAN adalah produk impor buatan Filipina.

Sampai pagi harinya tak ada komplain dari Hikari tentang susunya. Rencananya siang hari di jam istirahat, kami baru akan pergi membelikannya susu yang biasa. Tapi siang harinya saat saya di kantor, istri mengirim pesan.

"Kta kk susunya gk enak tp abs jg udh 2x tp 125cc. Hime bla bla bla...."

Dan setelah Lactogen kemasan kecil yang saya beli malam itu habis, kami berspekulasi dengan membelikannya lagi susu yang sama, bukan NAN 3 seperti biasa. Syukurlah Hikari mau. Kadang kala masih terdengar juga dia komplain berkata "Ndak Enak", tapi selalu dihabiskannya juga.

Maka begitulah cerita Hikari berganti susu. :)

2 komentar:

  1. Salut deh buat hikari.. Masi kecil gitu udah belajar kompromi.. Good Job kaka ai

    BalasHapus
  2. alhamdulillah tante,
    sekarang udah nggak kompalin lagi dia dgn susunya
    udah mau... :)

    BalasHapus