Kamis, 13 Januari 2011

Queen's Park

Menjelang akhir tahun 2010 yang lalu, tepatnya tanggal 26 Desember, kami bersilaturahmi ke rumah Mas Afif di daerah Perumdam situ. Ini sebenarnya dalam rangka memenuhi undangan mas afif ke rumah baru, selain karena sudah cukup lama kami tak jumpa dengan anak-anaknya.

Ummi H2 sengaja nelfon Ka Yanti dan Mba Imul untuk sama-sama ke sana, udah lama nggak kumpul-kumpul. Dan dari hasil nelfon itu diputuskan bahwa kami akan membawa makanan dari rumah untuk makan siang bersama agar tak merepotkan nyonya rumah yang sedang hamil besar.

Karena Mba Imul dan Ka Yanti sudah berbagi tugas membawa lauk pauk dan sambal, maka Ummi H2 memutuskan untuk membawa minuman dan kue saja. Rencananya akan membuat esbuah dan puding buah.

Sabtu pagi udah siap-siap mau bikin esbuah. Kenapa sabtu? Karena takut nggak keburu kalau bikinnya Minggu pagi. Lagian kan bisa masuk kulkas dan minggu siang tinggal dibawa. Beli buahnya di tukang buah langganan Hikari yang setiap hari lewat di depan rumah (seperti yang diceritakan DI SINI). Nenas, Pepaya dan Bengkuang sudah cukup berwarna-warni. Praktis, sudah dikupas dan dibersihkan, tinggal dipotong-potong saja. Tak perlu membeli banyak dan tak payah mengupas.

Hari H-nya,  berangkat dari rumah selepas zuhur. Rumah baru Mas Afif tak jauh dari kantor kami, dekat juga ke rumah Nenek Hikari. Hampir jam 1 saat kami tiba di sana.

Sudah ada Mba Imul dan keluarga. Hikari ketemu "kembaran"nya deh. Hihi. Anak Mba Imul yang bungsu namanya Salsa, mirip banget dengan Hikari. Malahan, kata ayahnya, ada satu video Hikari sedang bermain dengan Hoshi yang oleh Salsa jadi video pengantar tidurnya karena dia mengira itu adalah dirinya. :) Salsa ini secara usia lebih tua setahunan daripada Hikari. Tapi secara fisik, badannya memang tak jauh beda dengan Hikari. Jadi ya memang bisa dibilang mereka mirip satu sama lain.

Hikari, seperti biasa, jika di tempat yang baru pertama kali didatanginya, akan menempel lengket ke saya. Tak mau ngapa-ngapain. Hikari selalu perlu waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Sementara Dek Hoshi, juga seperti biasa, selalu menjadi pusat perhatian dan bahan pembahasan yang seru. Mulai dari badannya yang gemuk berisi sampai kulitnya yang bersih, jauh berbeda dengan saya dan Hikari. Dan semua pun seperti ingin menggendongnya.

Tak lama kemudian, Ka Yanti datang. Kali ini berdua dengan Sarah saja. Ah, keponakan favorit nomer satu. Mas Kabul katanya sedang ada pengajian. Tak apalah, yang penting Sarah datang. Kangen. Sudah berapa lama ya tak ketemu. Terakhir kami ke rumahnya, dia sedang menginap di rumah Habib.

Saya pertama kali mengenalnya sejak dia berumur 4 tahunan. Pertemuan pertama kami adalah ketika dia ikut menjemput papanya -yang satu ruangan dengan saya- ke kantor. Dulu selalu manja dan hobinya menggelayut  ke saya. Dulu nyaris setiap hari saya main di rumahnya. Tapi sejak saya menikah, frekuensi saya berkunjung ke rumahnya jadi jauh berkurang. Apalagi sejak ada Hikari dan Hoshi. Kangen.

Sekarang Sarah seperti malu-malu ke saya. Tak seperti dulu yang selalu nempel, sekarang tidak. Jika saya goda dan diajak becanda pun, senyumnya sedikit saja. Mungkinkah karena sekarang sudah agak besar -kelas 3sd- jadi mulai timbul malunya. Atau mungkin 'insting'nya yang ngasih tau kalo sekarang perhatian dan sayang saya ke dia tidak akan bisa seperti dulu lagi? 

Tapi Sarah secara kasat mata sangat menyukai Hikari. Dan Hikari pun sepertinya begitu. Mereka saling menyukai dan bisa dekat secara alami. Mungkinkah karena Sarah adalah anak bungsu dan dia kepengen punya adik? Atau lagi-lagi 'insting'nya yang bicara kalau Hikari adalah anak dari orang yang menyayangi dia sehingga dia pun lalu menyayangi Hikari? Ah. Yang mana sajalah. Saya selalu suka melihat Sarah bermain dengan Hikari.

Oke. Balik lagi ke acara kumpul-kumpulnya.

Karena udah lengkap semuanya, ya makanlah. :) Makan bersama memang nikmat rasanya. Lauk dan sambal yang dibawa Ka Yanti dan Mba Imul ditambah sayur asem yang dibeli Mas Afif dari Warung Sunda sungguh pas dinikmati di siang yang panas itu. Esbuah bikinan saya ternyata laku. Dan dibilang enak pula. Malah kata ibu-ibu nggak malu-maluin kalo dijual, haha. Puding bikinan Ummi H2 juga ludes tak bersisa.

Hikari sudah membaur dengan teman-temannya. Memang selalu begitu, grogi di awalnya saja. Dek Hoshi tidur di kamar Rangga yang sejuk dan dingin.

Hani bermain badminton dengan Rangga. Hikari sepertinya tertarik dan kepengen main juga. Tapi tentu saja dia tak berani merebutnya langsung dari Hani maupun Rangga. Dia beberapa kali memandang ke arah saya seperti meminta bantuan, tapi saya pura-pura tak melihat. Maka jadilah Hikari menempeli Hani penuh harap sementara Hani sibuk bermain dengan Rangga. Lucu melihat ekspresi Hikari.

Tapi seperti lazimnya anak-anak bermain. Ada saja yang dipertengkarkan. Setelah beberapa lama bergantian antara Hani, Rangga, Caca dan Rifqi, akhirnya berselisih juga. Caca maunya main dengan Rifqi, tapi Rangga bilang Rifqi masih kecil tak bisa main. Rangga marah, Caca merajuk, raket dilempar. Ah, Hikari akhirnya dapat juga giliran pegang raket. :)

Tak terasa hari menjelang sore. Mas Afif mulai sibuk karena diajak tetangganya memasang televisi di pelataran untuk nonton bareng Indonesia-Malaysia. Kami pamit pulang walaupun sebenarnya masih ingin membiarkan Hikari bermain.Tapi kami mesti bersiap-siap karena ada rencana untuk pergi ke rumah Andi yang hari itu berulang tahun.

Sepertinya acara seperti itu asik juga dijadikan agenda rutin. :)



2 komentar: