Nenek dan Bunda H2 liburan ke Lampung. Mereka sudah ada di sini sejak hari rabu (26 Juni) yang lalu. Datang naik bus, karena tiket pesawat mahalnya minta ampun di musim liburan anak sekolah seperti saat ini. Ini kedatangan Bunda yang pertama di Lampung. Kalau Nenek sih udah 4 kali dengan ini ke Lampung. Oiya, sebelum bingung, Bunda ini adalah Tantenya H2, adek bungsu dari Ummiyo. Dia maunya dipanggil Bunda. :)
Hikari dan Hoshi senang bukan kepalang. Sejak jauh-jauh hari memang sudah diberitau kalau Nenek dan Bunda akan datang. Hikari yang paling sibuk bertanya-tanya hampir setiap hari. "Bunda kapan datang? Nenek kok belum datang?"
Hikari memang dekat dengan Bundanya. Ingin selalu sama-sama. Ketika di Pekanbaru, kalau kami di rumah Nenek, saya bisa tidur siang dengan tenang, terbebas dari 'gangguan' Hikari karena dia selalu lengket dengan Bundanya. Walaupun Bundanya kadang tak terlalu menghiraukannya, karena capek di sekolah, Hikari tetap saja nempel. :D
Sementara Hoshi, seperti biasa, selalu mengekor Hikari. Karena kakaknya bermanja-manja kepada Bundanya, dia pun begitu juga. Tak mau kalah.
Ke mana selama di Lampung? Ya jalan-jalan aja sih, keliling kota ke sana dan ke mari. Makan di sana dan di situ. Atau di rumah saja bercengkrama dengan H2. Main sembunyi-sembunyian. Nonton film kartun di laptop atau android. Kegiatan-kegiatan kecil yang dulu biasa mereka lakukan semasa di Pekanbaru.
***
Sejak awal si Bunda sudah bilang ingin ke pantai. Tapi baru terlaksana hari selasa (2 Juli) sore. Sebenarnya bisa sih hari sabtu atau minggu. Tapi sabtu itu kami pergi ke rumah Mbah di Pasuruan karena ada undangan pesta khitanan anak dari sepupu saya.
Dan setelah tertunda beberapa kali akhirnya jadi lah pergi ke pantai. Dan karena sejauh ini Pantai Mutun lah yang menurut kami paling menarik, maka kami bawalah Bunda dan Nenek ke sana.
Saya sih mengusulkan perginya pagi hari saja, tentu saja saya tak ikut karena hari kerja. Tapi Bunda katanya kepengen liat langit sore hari di pantai. Ya sudah, akhirnya pergilah sore hari sepulang jam kantor.
Baru sekali kami ke Pantai Mutun bersama Keke waktu itu. Rutenya sepertinya ingat, tapi juga samar-samar. Waktu itu saya tidak terlalu memperhatikan jalan karena mengurusi Hoshi yang sibuk merajuk sepanjang hampir separuh awal perjalanan. Maka daripada nyasar, saya minta tolong OKI membuatkan denah untuk sampai ke sana, karena ternyata tidak ketemu rutenya pas dicari di GPS android.
Saya sih mengusulkan perginya pagi hari saja, tentu saja saya tak ikut karena hari kerja. Tapi Bunda katanya kepengen liat langit sore hari di pantai. Ya sudah, akhirnya pergilah sore hari sepulang jam kantor.
Baru sekali kami ke Pantai Mutun bersama Keke waktu itu. Rutenya sepertinya ingat, tapi juga samar-samar. Waktu itu saya tidak terlalu memperhatikan jalan karena mengurusi Hoshi yang sibuk merajuk sepanjang hampir separuh awal perjalanan. Maka daripada nyasar, saya minta tolong OKI membuatkan denah untuk sampai ke sana, karena ternyata tidak ketemu rutenya pas dicari di GPS android.
Kami berangkat berbekal denah dari Oki yang ternyata lumayan akurat sehingga tak ada kesulitan sama sekali padahal lumayan banyak belokan dan persimpangan sepanjang jalan. Tak sampai satu jam ternyata melewati rute yang dibuat oleh Oki.
Sepanjang hari itu cuaca memang sudah mendung sejak pagi. Saya pesimis dalam hati kalau di pantai akan ada matahari. Tapi Nenek bilang siapa tau lain tempat lain pula cuacanya. Walaupun sepanjang perjalanan nampaknya mendungnya merata hingga ke luar kota, tapi kami tetap juga berangkat.
Sepanjang hari itu cuaca memang sudah mendung sejak pagi. Saya pesimis dalam hati kalau di pantai akan ada matahari. Tapi Nenek bilang siapa tau lain tempat lain pula cuacanya. Walaupun sepanjang perjalanan nampaknya mendungnya merata hingga ke luar kota, tapi kami tetap juga berangkat.
Dan ternyata benar, sampai di Mutun malah gerimis. Yaah. Bunda kecewa karena tak bisa melihat matahari sore di pantai. Hikari dan Hoshi kecewa karena tak diperbolehkan berlari-lari di pasir pantai.
Tapi tak boleh berlama-lama dong kecewanya. Sudah sampai di pantai, ya dinikmati saja walaupun gerimis membuat angin yang bertiup terasa dingin menusuk kulit. Nenek membuka bekal yang dibawa dari rumah. Di pondokan pinggir pantai yang sepi Hikari, Hoshi dan Bunda makan dengan lahap. Pondok ini normalnya disewakan kepada pengunjung. Tapi mungkin karena hari kerja dan sudah sore pula, jadi kami bebas duduk di situ tanpa ada yang memungut biaya.
Setelah makan, gerimis ternyata reda. Bisa main di pantai. Angin yang dingin tak menghalangi Hikari dan Hoshi untuk bermain air. Hikari sibuk berusaha membuat bangunan dari pasir. Tapi dia membuatnya terlalu dekat dengan air. Setiap kali dia buat, sekejab kemudian bangunannya hilang dihempas air yg datang ke tepian. Hoshi seperti biasa takut dengan ombak yang datang silih berganti. Berlari begitu ada ombak, kemudian berjalan lagi ke arah laut lalu berlari lagi begitu ombak menepi berulang-ulang. :)
Menjelang gelap ketika kami pulang. Azan magrib berkumandang sepanjang perjalanan. Mampir di masjid di pinggir jalan untuk sholat lalu melanjutkan perjalanan pulang. Karena rasanya tak puas bermain, si Ummiyo bilang "besok aja lagi kita pergi pagi ya," Tanpa saya tentu saja.
Tapi ternyata esok harinya mereka tak jadi pergi.
****
Tak terasa hampir 2 minggu berlalu. Nenek dan Bunda harus pulang lagi ke Pekanbaru karena Ramadhan tinggal beberapa hari lagi menjelang. Bunda masuk sekolah tanggal 11 Juli sih, tapi harus tetap pulang sebelum puasa dimulai karena tak mungkin Nenek membiarkan Atuk sendirian menjalani puasa di rumah Pekanbaru. :)
Selamat jalan Nenek, selamat jalan Bunda. Hati-hati di jalan ya. Nanti kalau liburan lagi main ke Lampung lagi yaa.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar