Rabu, 14 Desember 2011

Hikari dan Ancaman

Tidak dianjurkan bagi orang tua untuk mendidik anak dengan metode ancaman. Saat anak bertingkah sangat menjengkelkan pun katanya tidak boleh mengancam dengan tujuan supaya dia menurut. Harus diupayakan dengan pendekatan dan komunikasi yang baik.

Teori selalu manis dibaca, tapi selalu sangat sulit diterapkan. Kondisi anak dan orang tua pun tidak pernah akan sama antara satu dengan yang lainnya. Terlalu banyak variabel bebas yang mempengaruhi untuk mencapai keadaan yang ideal. Bukannya tidak bisa, tapi sangat sangat sulit.

Mungkin ini akan dianggap mencari alasan saja. Ya biarlah kalau dianggap begitu. Tapi siapa pun yang pernah menghadapi balita secara langsung pasti setuju kalau kadang-kadang mereka bisa berubah menjadi sangat sulit dimengerti. Yang akhirnya membuat emosi orang tua pada suatu ketika akan terpancing juga.

Hikari ini cuek sifatnya. Dan sering semaunya. Jika sedang asik dengan sesuatu, susah sekali mengalihkannya terhadap sesuatu yang lain. Jika sudah jadi keinginannya, susah dibelokkan, susah dibujuk. Dan juga sering kali tidak mau dilarang.

Hal-hal yang mungkin terdengar biasa saja jika dituliskan seperti ini. Tapi bisa jadi sesuatu yang menguji kesabaran saat menghadapi langsung kejadiannya.

Sebenarnya masih bisa dibujuk kalau mau sabar merayu dan memberi pengertian. Memakan waktu lama dan butuh kesabaran yang tak ada habisnya. Dan ini sulit. Terutama bagi umminya yang masih harus juga memperhatikan dek Hoshi. Tidak bisa selamanya dengan Hikari karena Hoshi juga tak jarang merengek di saat bersamaan.

Maka kemudian jika keadaan sudah mencapai puncaknya, yang keluar adalah sedikit ancaman. Tapi bukan ancaman yang terlalu lho ya. Biasa saja, cuma agar dia mau mendengar perkataan umminya.

Begini misalnya.
Beberapa waktu yang lalu kami mendirikan pagar di depan rumah. Ada tukang yang bekerja dari pagi hingga sore hari. Juga saat kami memperbaiki kamar mandi. Lalu juga saat menambah ruangan di belakang untuk dapur.

Saat itu adalah masa-masanya Hikari males makan, susah disuapi. Umminya lalu bersiasat seolah-olah mengadukan dia kepada pak tukang yang sedang bekerja "Oom Hikari ni om, males makan dia." Nah biasanya setelah dibilang begitu Hikari lalu mau makan. Lumayan manjur juga.

Yang lucu kemudian adalah Hoshi. 
Dia rupanya memperhatikan saat kami marah kepada Hikari. Dan sepertinya ancaman "Oom" itu, walaupun sekali-sekali saja kami gunakan tapi ternyata begitu membekas di dalam pikirannya. Jika Hikari mulai bertingkah aneh-aneh dan kami menegurnya, bahkan saat masih dengan suara lembut, Hoshi akan langsung menimpali dengan berkata "Oom.." dengan suara cedelnya yang lucu itu. Haha.

Ilustrasinya seperti ini deh.
Hikari main pasir padahal baru saja mandi dan ganti baju.
Ummi/Abinya mengingatkan.
Hoshi langsung berkata : "Oom.."
Lalu kami tertawa bersama memandang dia dengan gemas. 

:D

Jangan mengancam anak, sebisa mungkin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar