Kamis, 22 Desember 2011

Mereka Cepat Belajar

Orang dewasa sering kali memandang remeh kemampuan balita dan anak-anak. Dalam banyak hal, oranag-orang dewasa sering berfanggapan bahwa balita dan anak-anak tidak mempunyai pemahaman yang cukup akan sesuatu.

Padahal, seperti kata orang-orang dewasa yang lain, mereka ibarat spons kering yang akan menyerap cairan apa saja yang ada di dekatnya. Anak-anak dan balita adalah kertas putih yang kosong. Tergantung orang tuanya akan diisi dan diwarnai apa. Coret-coret tak bermakna atau tulisan-tulisan yang memberi manfaat? Dilukis dengan cat dan warna-warna indah atau sekedar disiram dengan tinta hitam?
Mereka juga ibarat spons kering yang akan menyerap cairan apa saja yang ada di dekatnya.

Mengikuti perkembangan Hikari dan Hoshi dari hari ke hari membuka mata kami bahwa balita adalah peniru yang sangat handal. Mereka mempelajari pengetahuan baru dengan kecepatan yang membuat kami terkagum-kagum setiap hari.

Kami berusaha tidak pernah meremehkan. Tapi tetap saja, saat mereka melakukan sesuatu yang baru, kami selalu terbawa ke dalam perasaan heran dan takjub yang sama. Berulang-ulang setiap saat. 

Ekspresi yang "EH?? Kok bisa??!"  
Atau langsung tertawa keras spontan.
Atau melongo saling memandang satu sama lain -saya dan istri.
Atau langsung memeluk sambil menghujani wajah mereka dengan ciuman tanpa henti.

Beberapa hari yang lalu misalnya.
Seperti yang sudah saya tuliskan DI SINI dan DI SINI  Hikari dan Hoshi tergila-gila dengan film RIO dan serial UPIN-IPIN.  Well, saya pikir mereka hanya asyik menonton begitu saja. Sekedar mengagumi burung-burung yang berwarna-warni atau suara comel si kembar upin-ipin saja. Tapi ternyata salah. Mereka mengerti jalan ceritanya. Mungkin tidak semuanya. Tapi secara garis besar mereka mengerti.        

Buktinya?
Di serial UPIN IPIN episode SAKIT KE? diceritakan bahwa Upin dan Ipin akhirnya disunat. Juga kedua orang temannya Ehsan dan Fizi. Lain lagi dengan Ijat. Dia tidak jadi disunat karena lari ketakutan.
 
Nah, saat sedang menonton episode yang lain, Hikari tiba-tiba menunjuk ke layar laptop sambil bercerita : "Bi, upin ipin udah sunat. yang ini udah, yang ini udah, yang ini lari." 
Lalu dilanjutkan : "Ma-in (maksud dia Ma-il) udah sunat duluan, dia bohong" 
Hee? Di dalam kisah itu memang diceritakan kalau Ma-il sudah lebih dulu sunat dan dia berbohong kepada teman-temannya yang belum sunat bahwa disunat itu sakitnya seperti digigit harimau.
Sampai terkesima saya dibuatnya.

Dan cerita dari umminya.
Saat mereka bermain game Angry Birds, Hikari bisa mengidentifikasi dengan tepat mana burung yang jahat dan burung yang baik. "Ini baek" (sambil menunjuk burung warna biru) "Ini ahat" (sambil menunjuk burung warna putih)

Padahal film RIO itu berbahasa inggris dan Hikari belum bisa membaca subtitle-nya. Bagaimana mungkin dia bisa mengerti jalan ceritanya? Membedakan mana yang baik dan mana yang jahat?

Oh. Jelaslah, kami sudah meremehkannya. Balita 2.5 tahun ini ternyata daya tangkap dan kemampuan analisanya sudah berjalan dengan baik. Dan kami mungkin terlena karena selalu menganggapnya sebagai bayi saja. 

Ini kita membicarakan serial Upin dan Ipin yang menurut banyak orang adalah tontonan yang biasa saja. Lalu bagaimana jadinya jika anak-anak dan balita itu dibiarkan menonton sinetron seperti yang sekarang ini banyak ditayangkan di tivi swasta? Apa yang akan direkam dan tertanam di dalam ingatan mereka?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar