Kemarin, siang hari saat kami sedang bersiap2 pergi kondangan acara kawinan teman sekantornya istri, ada laki2 berdiri di depan pintu dgn wajah memelas. Suaranya pelan saat berkata minta makan siang karena kehabisan uang. Katanya dia datang dari Jambi dan sejak tadi malam belum makan. Terbersit curiga karena dia masih muda, tapi lebih banyak rasa iba melihat wajah sayunya. Hari itu istri sengaja nggak masak, karena mikirnya bakalan makan siang di tempat pesta. Akhirnya kami beri uang saja seharga sebungkus nasi ramas di kedai nasi depan kompleks, sambil tak lupa menunjukkan arah ke kedai dimaksud.
Sampai sore harinya wajah laki2 itu masih teringat-ingat. Dan saya merasa menyesal karena hanya memberi uang untuk membeli makan saja, padahal kalau saya makan di warung pasti tak lupa memesan teh es manis atau es jeruk. Ah, tapi di kedai depan kompleks itu kalau kita makan di tempat, tidak dibungkus untuk dibawa pulang, kita akan dapat bonus teh goyang dingin. Teh goyang adalah sebutan untuk teh yang tidak tawar tapi juga tidak terlalu manis. Jadi begini.. kalau misalnya untuk membuat teh manis kita butuh 2 sendok gula, maka di dalam teh goyang ini gulanya hanya 1 sendok. Sekedar ada rasa manis saja. Saya berusaha menghibur diri menghilangkan rasa bersalah dengan memikirkan mudah2an laki2 tadi cukup puas dgn nasi ramas dan teh goyang.
Laki2 di siang hari itu juga membuka ingatan saya tentang seorang laki2 setengah gila di masa kecil saya. Tidak ada lagi yang tau pasti nama aslinya, tapi orang2 memanggilnya dengan nama Mbah Ganto. Saya bilang setengah gila karena sepertinya dia memang tidak sepenuhnya gila. Dia masih merespon jika dipanggil. Masih mau mandi di kali walaupun hanya beberapa hari sekali. Dan beberapa tanda yang menunjukkan bahwa akalnya masih bekerja. Dia pun tidak mengganggu apalagi menyakiti orang lain di sekitarnya. Tapi saat kecil, saya tetap saja takut dgn Mbah Ganto ini. Karena bagaimana pun dia adalah orang dgn pikiran yang terganggu. Kita tidak tau apa yang ada dalam khayalannya kan..?
Yang ajaib dari Mbah Ganto ini adalah dia sopan sekali saat meminta makan ke orang lain. Jadi setiap hari -pagi-siang-sore- dia akan duduk manis di teras atau di samping pintu sembarang rumah secara acak lalu berbicara dalam bahasa jawa yg cukup halus untuk meminta makan. Dia akan terus duduk di situ sampai si empunya rumah memberi makan atau mengusirnya. Jika diberi makan, dia akan berterima kasih dgn sopan -juga dalam bahasa jawa halus- lalu pergi dan melanjutkan aktivitas gilanya. Jika disuruh pergi, dia akan pergi dan mencoba di rumah yang lain. Tidak ada dendam, karena suatu saat di lain hari dia bisa saja datang ke rumah yang pernah mengusirnya. Oiya, ada satu lagi yang menarik. Tiap kali dia minta makan dan lalu kita bertanya "mana wadahnya?" dia akan beranjak dari duduknya, mencari pohon pisang terdekat, lalu mengambil daunnya dan kembali lagi ke rumah. Pintar.
Saya lupa sampai umur berapa saya masih melihat Mbah Ganto itu. Tapi rasanya saat saya SMP, dia tak pernah lagi datang ke rumah saya. Tidak ada yang tau pasti kapan dan dimana dia meninggal. Tapi di manapun, udah2an ada orang baik yang mengurus dan menguburkannya.
pertama buat teh goyangnya, seleeraakuu bangeed deh wan...
BalasHapusbuat nasib mereka yg terpinggirkan, aku hanya bisa ber-empati dan smoga Allah memberi yang terbaik buat takdir mereka...
berarti cocok tinggal di Pekanbaru tuh, di sini teh goyang bisa dapet gratis :D
BalasHapusamiin
ayo ayo pada semangat bayar paj... ehm.. zakat
untuk meringankan beban sesama yang tidak seberuntung kita