Rabu, 26 Mei 2010

Sang gigi yang dinanti

Terbangun dari tidur dengan terkejut karena merasakan sakit di pipi. Sayup-sayup terdengar azan isya entah dari masjid yang mana. ‘Udah sadar?’ tanya istri yang menatap dengan gemas. Saya bingung, sambil meraba pipi kiri yang tadi terasa sakit dan menyebabkan saya bangun. Basah. Butuh beberapa saat untuk saya menyadari bahwa rasa sakit di pipi tadi adalah akibat dari gigitannya.

‘Apaan sih?’  Dia tertawa lalu bilang saya mengigau mencari-cari Hikari. Padahal anak gadis tidur tepat di sebelah saya. Dan memang saya yang menidurkannya selepas maghrib tadi.

Katanya saya tak juga sadar padahal sudah berusaha membangunkan. Tapi kenapa mesti digigit sih? Dan kenapa juga harus pipi yang digigit. Jangan-jangan dia adalah pengikut dr.Hanibal Lecter yang bilang bahwa bagian terlezat dari makhluk hidup adalah pipinya. Dia pun lalu bercerita dan terus tertawa sambil meniru-nirukan bagaimana saya mengigau. 

Ah. mata kok rasanya berat, mungkin saya masih berada di bawah pengaruh antimo yang saya minum pagi tadi  saat hendak berangkat ke Kerinci dalam rangka pemeriksaan. Tak lama saya pun tertidur lagi dan baru terbangun menjelang jam 10 malam.

Membahas perjalanan ke Kerinci pagi tadi. Berangkat jam sembilan pagi dari Pekanbaru menggunakan kendaraan yang disediakan oleh PT. KMI yang kami periksa. Tak lupa antimo sebelum berangkat karena seperti yang telah kita ketahui bersama saya adalah seorang pendekar mabuk.  Sepanjang perjalanan yang lamanya satu setengah jam itu saya pun sukses melewatinya tanpa muntah karena pulas tertidur. Begitu pun dalam perjalanan pulangnya, tak sadar apa-apa. Saat berhenti di perjalanan untuk sholat pun rasanya saya dalam keadaan setengah sadar karena mata yang terasa berat untuk dibuka. Haha.

Sore hari sudah sampai lagi di Pekanbaru. Hikari langsung lengket tak mau lepas. Mungkin karena siang tidak ketemu. Dan begitulah, sampai kemudian dia tidur dengan saya.

Neneknya menyampaikan berita besar. Gigi Hikari sudah tumbuh. Pertama kali terlihat siang tadi, kata neneknya. Alhamdulillah. Sungguh senang karena sebelum ini kami selalu bertanya-tanya kenapa giginya belum muncul juga, padahal beberapa hari lagi usianya sudah 1 tahun.

Awalnya orang-orang dan tetangga bilang mungkin karena saya mengubur ari-arinya terlalu dalam. Ketemu takhayul lagi deh.  Dan lagi saya menguburnya tidak terlalu dalam kok. Lha wong saya menggali lubangnya hanya menggunakan pisau dapur, karena di rumah tidak ada cangkul.

Tapi walaupun tak percaya, tak urung saya sempat juga memikirkan hal yang tidak logis. Ari-arinya Hikari saya kuburkan tepat di belakang rumah yang sekarang sudah berubah menjadi dapur. Dan otomatis tempat terkuburnya ari-ari itu sekarang tertutup semen. Saya berpikir, jangan-jangan karena itu jadi giginya tak kunjung tumbuh. Sungguh pemikiran yang tidak masuk akal.

Syukurlah akhirnya gigi yang dinanti-nanti kemunculannya segera terlihat. Dan mulai sekarang sepertinya saya mesti bersiap-siap menerima gigitan dari 2 orang karena bisa saja Hikari mewarisi hobi menggigit dari umminya.

4 komentar:

  1. ahahahahha,,,, beliin mainan yg bisa digigit om. daripada jadi korban 'keganasan' gigi hikki. :D

    BalasHapus
  2. dia sebenernya dah punya banyak mainan gigit-gigit kok sejak umur berapa bulan
    saking lamanya nunggu giginya tumbuh, sekarang malah ada nggak keliatan tuh mainan
    hahay

    BalasHapus
  3. ahahahhaha..... saatnya mainan itu dikeluarkan, pasti gatel itu gusi om

    BalasHapus
  4. dimana ya nyimpennya?
    malah lupa

    BalasHapus